Zakat Harta Haram
Harta haram seperti harta curian, risywah, riba, atau yang lainnya pada hakikatnya bukanlah harta yang dimiliki oleh orang yang memegangnya. Karena itu, harta haram tidak diwajibkan zakat padanya dan tidak sah jika dizakatkan, sebab di antara syarat zakat adalah kepemilikan sempurna oleh pemiliknya, sedang harta haram bukanlah harta yang dimiliki oleh pemegangnya.
Selain itu, harta haram juga merupakan harta kotor, sedang Allah ﷻ tidak menerima harta kotor. Rasulullah ﷺ bersabda,
أَيُّها النَّاسُ، إنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لا يَقْبَلُ إلَّا طَيِّبًا، وإنَّ اللَّهَ أمَرَ المُؤْمِنِينَ بما أمَرَ به المُرْسَلِينَ، فقالَ ﴿يَاأَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًاۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ﴾ وقالَ: ﴿يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ﴾
“Sesungguhnya Allah itu Maha baik dan tidak menerima, kecuali sesuatu yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kaum Mukminin dengan perintah yang Allah gunakan untuk memerintahkan para rasul. Maka Allah berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah segala sesuatu yang baik dan beramal shalihlah (Al-Mukminun:).” Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah segala sesuatu yang baik, yang telah kami berikan kepada kalian.’ (Al-Baqarah: 172).”([1])
Yang menjadi kewajiban bagi pemegang harta haram adalah mengembalikannya kepada pemilik sebenarnya jika bisa diketahui, jika tidak maka wajib baginya untuk mengeluarkannya sebagai bentuk berlepas diri dari harta haram, bukan sebagai bentuk sedekah.
Footnote:
_____