Orang-orang Yang Didoakan Buruk Oleh Malaikat
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Di samping malaikat mendoakan kebaikan, mereka juga mendoakan keburukan bagi orang-orang yang berhak untuk mendapatkan keburukan. Kita tahu bahwasanya malaikat adalah makhluk yang ‘muqarrabun’ (sangat dekat) dengan Allah ﷻ, sehingga doa para malaikat sangat mudah dikabulkan. Oleh karenanya, di dalam suatu hadis yang diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ketika Rasulullah ﷺ menjenguk Abu Salamah radhiyallahu ‘anhu yang hendak meninggal dunia ketika itu, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata,
دَخَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَلَمَةَ وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ، فَأَغْمَضَهُ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ، فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ، فَقَالَ: لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ
“Rasulullah ﷺ masuk menjenguk Abu Salamah dalam keadaan matanya terbuka (meninggal dunia), lalu beliau menutupnya, kemudian bersabda, ‘Sesungguhnya jika ruh dicabut, maka mata akan mengikuti arah keluarnya ruh tersebut’. Setelah itu terjadilah hiruk pikuk di keluarga Abu Salamah, maka beliau ﷺ bersabda, ‘Janganlah kalian mendoakan kepada diri kalian kecuali kebaikan, karena para malaikat mengaminkan apa yang kalian ucapkan’.”([1])
Rasulullah ﷺ mengingatkan agar tidak mendoakan kepada orang yang meninggal dunia kecuali dengan kebaikan, karena malaikat mengaminkan doa tersebut, artinya malaikat ikut mendoakan. Maka, sangat bahaya jika doa tersebut berupa keburukan, lalu dikabulkan oleh Allah ﷻ. Jika doa tersebut adalah kebaikan, maka akan didoakan dan diaminkan juga oleh para malaikat.
Para ulama berdalil dengan hadis ini, sekaligus menunjukkan bahwa doa malaikat itu dikabulkan. Oleh karenanya, sangat dianjurkan untuk mendoakan kebaikan dan memintakan ampunan bagi orang yang telah meninggal dunia saat itu([2]).
Ada orang-orang yang berbahagia karena di doakan oleh malaikat dan ada juga orang-orang yang celaka karena didoakan keburukan oleh para malaikat. Adapun orang-orang yang celaka tersebut adalah:
- Orang-orang yang meninggal dunia dalam kondisi kafir.
Berdasarkan firman Allah ﷻ,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ . خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ
“Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya (laknat), tidak akan diringankan azabnya, dan mereka tidak diberi penangguhan.” (QS. Al-Baqarah: 161-162)
Allah ﷻ menggandengkan laknat Allah ﷻ dengan laknat malaikat. Apa maksudnya malaikat melaknat? Artinya adalah الطَّرْدُ مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ‘jauh dari rahmat Allah’, yakni malaikat berdoa agar orang-orang kafir dijauhkan dari rahmat Allah ﷻ. ([3])
Orang-orang kafir berhak untuk dijauhkan dari rahmat Allah ﷻ, karena mereka melakukan perbuatan syirik dan menyembah selain kepada Allah ﷻ. Maka, celakalah orang-orang kafir, baik dari Yahudi, Nasrani, Ateis atau para penyembah berhala, pohon, jin, matahari, bulan, batu, setan dan orang-orang yang semisal dengan mereka. Silakan bagi mereka bersenang-senang di atas muka bumi ini dengan kekayaan yang mereka miliki. Toh, kesenangan mereka hanyalah sesaat. Sebagaimana firman Allah ﷻ,
وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
“Dan orang-orang yang kafir menikmati kesenangan (dunia) dan mereka makan seperti hewan makan; dan (kelak) nerakalah tempat tinggal bagi mereka.” (QS. Muhammad: 12)
Jika orang-orang kafir telah masuk ke dalam neraka, maka mereka juga dilaknat oleh Allah ﷻ, malaikat, manusia dan tidak ada syafaat yang memberi manfaat kepada mereka. Abu Al-‘Aliyah rahimahullah berkata,
إِنَّ الْكَافِرَ يُوقَفُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَلْعَنُهُ اللَّهُ، ثُمَّ تَلْعَنُهُ الْمَلَائِكَةُ، ثُمَّ يَلْعَنُهُ النَّاسُ أَجْمَعُونَ
“Sesungguhnya orang kafir diberhentikan pada hari kiamat, lalu Allah ﷻ melaknat mereka, kemudian, malaikat melaknat mereka, kemudian orang-orang pun melaknatnya.”([4])
Bagaimana tidak celaka orang-orang seperti ini, di mana terkumpul kepadanya laknat Allah ﷻ, Rabb Al-Alamin, laknat malaikat dan juga laknat manusia seluruhnya, sehingga mereka masuk kepada neraka Jahanam kekal selama-lamanya.
- Orang-orang yang murtad.
Di antara orang-orang yang mendapatkan laknat dari para malaikat adalah orang-orang yang telah memeluk agama Islam, sudah merasakan rahmat Islam, telah mengetahui kebenaran, lalu murtad/keluar dari agama Islam. Mereka murtad hanya karena perkara-perkara dunia, atau mengikuti hawa nafsu mereka.
Allah ﷻ berfirman tentang mereka,
كَيْفَ يَهْدِي اللَّهُ قَوْمًا كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ وَشَهِدُوا أَنَّ الرَّسُولَ حَقٌّ وَجَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ . أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ أَنَّ عَلَيْهِمْ لَعْنَةَ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ . خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ . إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman, serta mengakui bahwa Rasul (Muhammad) itu benar-benar (rasul), dan bukti-bukti yang jelas telah sampai kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk kepada orang zalim. Mereka itu, balasannya ialah ditimpa laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak akan diringankan azabnya, dan mereka tidak diberi penangguhan. Kecuali orang-orang yang bertobat setelah itu, dan melakukan perbaikan, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran: 86-89)
Oleh karenanya, ketika seseorang telah mengenal Islam, hendaknya dia meminta petunjuk kepada Allah ﷻ agar diberikan istikamah. Terutama pada zaman sekarang, banyak syubhat yang tersebar di mana-mana, sehingga bisa saja iman setiap muslim menjadi goyah karenanya. Jika dia tidak belajar, terlebih rasa ingin tahunya sangat tinggi, sehingga membaca perkataan-perkataan orang-orang kafir atau Ateis yang memberikan racun syubhat, maka hal itu dapat menggoyahkan imannya, atau bahkan bisa saja seseorang meninggalkan keislamannya.
Terkadang Allah ﷻ telah memberikan hidayah kepada seseorang, tetapi dia sengaja mencari banyak permasalahan. Adakah orang yang seperti ini? Jawabannya ada. Bahkan, ada sebagian orang yang terkenal dengan keilmuannya, seorang tokoh di Arab Saudi yang pernah menulis buku yang sangat bagus yang berjudul ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻉُ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻹْﺳْﻼَﻡِ ﻭَﺍﻟْﻮَﺛَﻨِﻴَّﺔِ ‘Pertarungan antara Islam dan Paganisme’. Buku yang tebal sebanyak dua jilid. Akan tetapi, di penghujung hayatnya, penulis buku tersebut meninggalkan agama Islam.
Oleh karenanya, meskipun hidayah di tangan Allah ﷻ, maka hendaknya setiap orang tidak merasa ‘ujub dengan iman yang dia miliki. Hendaknya dia senantiasa bersandar kepada Allah ﷻ, senantiasa meminta agar diberikan petunjuk keistikamahan berjalan di atas petunjuk Allah ﷻ. Karena kita tahu, ada saja orang-orang yang murtad setelah Allah ﷻ memberikan iman kepada mereka. Mereka telah mengetahui kebenaran tentang indahnya Islam, tauhid dan perbuatan syirik, namun karena terlalu menuruti hawa nafsunya, mengakibatkannya membelot kepada kekufuran. Maka, orang-orang yang seperti ini berhak untuk mendapatkan laknat dari Allah ﷻ, laknat malaikat dan manusia seluruhnya. Kecuali jika dia bertobat kepada Allah ﷻ dan banyak berdoa, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ,
يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Ya Muqallibal quluub tsabbit Qabii ‘alaa diniika”
“(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu).” ([5])
- Pelaku kemaksiatan
Ada juga dari golongan orang-orang Islam yang dilaknat oleh malaikat. Mereka adalah para pelaku kemaksiatan, di antaranya adalah:
- Orang yang mencaci maki para sahabat Nabi Muhammad ﷺ.
Sahabat adalah orang yang paling mulia dari kalangan umat Nabi Muhammad ﷺ. Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda tentang mereka,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik generasi adalah generasiku (sahabat), kemudian setelahnya, dan kemudian setelahnya.” ([6])
Mereka adalah murid-murid Nabi Muhammad ﷺ, mereka dibina langsung oleh beliau ﷺ. Ketika Nabi Muhammad ﷺ membina mereka, Allah ﷻ mengawasi mereka secara langsung.
Kita telah mengetahui bagaimana jasa para sahabat dan perjuangan mereka. Bagaimana ibadah mereka yang menakjubkan, jihad mereka, sedekah mereka. Jasa mereka yang sangat besar bagi Islam dan kaum muslimin. Tetapi, ada sekelompok manusia yang sakit hatinya, di mana dengan kebenciannya mereka banyak mencaci maki para sahabat. Padahal, diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Barang siapa yang mencela sahabat-sahabatku, maka atasnya laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia.”([7])
Barang siapa yang mencaci, mencela para sahabat, maka dia berhak mendapatkan laknat Allah ﷻ, para malaikat dan seluruh umat manusia. Rasulullah ﷺ telah mengingatkan tentang keutamaan para sahabat. Para sahabat bukanlah orang yang maksum, mereka juga mempunyai kesalahan. Akan tetapi, janganlah menjadikan kesalahan mereka sebagai bahan cacian untuk mencaci para sahabat, karena kesalahan mereka hanyalah sedikit dibandingkan dengan lautan jasa mereka bagi Islam dan kaum muslimin.
Nabi Muhammad ﷺ pernah mengingatkan,
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ، ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ، وَلاَ نَصِيفَهُ
“Janganlah kalian mencela para sahabatku, seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan (hartanya) sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan menyamai infak mereka, (meskipun) sebesar satu mud atau setengahnya.” (([8]))
Akidah Ahlusunah wal-Jamaah tidak mencaci para sahabat, kecuali kebaikan. Jasa mereka sangat luar biasa. Mereka adalah murid-murid Nabi Muhammad ﷺ. Rasulullah ﷺ melarang kita untuk mencaci sahabat-sahabat beliau ﷺ. Jika kita memiliki emas sebesar 1000 ton sekalipun, lalu disedekahkan, maka sejatinya sedekah itu tidak mampu menyamai sedekah salah seorang sahabat yang hanya berupa satu kilo kurma atau gandum. Karena kemuliaan para sahabat, mereka hidup di zaman yang penuh dengan kesulitan dan perjuangan untuk membela Rasulullah ﷺ ([9]). Oleh karenanya, sudah seharusnya kita berterima kasih kepada para sahabat.
Akan tetapi, ada golongan orang yang memiliki penyakit di dalam hatinya, di mana pekerjaan mereka hanyalah mencaci maki para sahabat. Mereka adalah orang-orang Syiah Rafidah. Mereka menjadikan perbuatan mencaci maki para sahabat sebagai ibadah dan mendapatkan pahala. Bahkan, orang-orang yang nekat di antara mereka berani mengkafirkan para sahabat. Menurut mereka semua sahabat yang meninggal dunia murtad seluruhnya, kecuali lima orang sahabat, yaitu Ali bin Abu Thalib, Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, Ammar bin Yasir dan Salman Al-Farisi.
Siapa yang mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah setelah Nabi Muhammad ﷺ, maka dia telah murtad, karena Abu Bakar telah mencuri kekhalifahan dari Ali bin Abu Thalib. Demikian perkataan mereka yang penuh dengan kedustaan dan bagaimana mereka menjadikan caci maki kepada para sahabat sebagai ibadah yang agung.
Oleh karenanya, di antara doa mereka ketika beribadah dikenal dengan doa “Shanamai Quraisy”, maksudnya doa dua berhala Quraisy. Sebagaimana yang tertulis di dalam sebagian kitab mereka disebutkan bahwa doanya sebagai berikut,
اللَّهُمَّ الْعَنْ صَنَمَيْ قُرَيْشٍ وَجِبْتَيْهَا وَطَاغُوْتَيْهَا وَابْنَتَيْهِما
“Ya Allah, laknatlah dua berhala Quraisy (Abu Bakar dan Umar), setan mereka, thaghut mereka dan kedua putri mereka (‘Aisyah dan Hafshah).”
Jadi, bagi orang-orang Syiah mendoakan keburukan bagi para sahabat adalah ibadah, sementara Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Barang siapa yang mencela sahabat-sahabatku, maka atasnya laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia.”([10])
- Orang yang melakukan kezaliman dan kemaksiatan yang besar di kota Madinah.
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad ﷺ tentang keistimewaan kota Madinah,
الْمَدِينَةُ حَرَمٌ، مَا بَيْنَ عَائِرٍ إِلَى كَذَا، مَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا، أَوْ آوَى مُحْدِثًا، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Madinah adalah tanah suci yang wilayahnya antara gurun sahara hingga ini. Maka barang siapa yang berbuat kemungkaran (bidah) yang dilarang agama di dalamnya atau membantu orang berbuat bidah maka orang itu akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia.” ([11])
Ibadah seseorang bisa tertolak atau tidak diterima oleh Allah ﷻ hanya karena berbuat kemungkaran di Madinah, kota yang dicintai oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Rasulullah ﷺ bersabda,
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ، اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي صَاعِنَا وَفِي مُدِّنَا، وَصَحِّحْهَا لَنَا، وَانْقُلْ حُمَّاهَا إِلَى الجُحْفَةِ
“Ya Allah, jadikanlah kami cinta kepada kota Madinah sebagaimana cinta kami kepada kota Mekah atau lebih lagi. Ya Allah berkahilah sha’ dan mud kami (yaitu alat-alat takaran di kota Madinah-pen), jadikanlah kota Madinah tempat yang sehat bagi kami, dan pindahkanlah demamnya ke al-Juhfah.”([12])
Nabi Muhammad ﷺ juga bersabda,
وَهَذَا أُحُدٌ، جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ
“Inilah Uhud, gunung yang mencintai kami dan kami pun mencintainya.”([13])
Barang siapa yang datang dari luar ke kota Madinah untuk berbuat kemungkaran di dalamnya, maka dia akan mendapatkan laknat Allah ﷻ, malaikat dan seluruh manusia. Selain itu, Allah ﷻ juga tidak akan menerima amalan wajibnya dan sunahnya.
- Menzalimi penduduk kota Madinah
Berdasarkan doa yang pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad ﷺ,
اللَّهُمَّ مَنْ ظَلَمَ أَهْلَ الْمَدِينَةِ وَأَخَافَهُمْ فَأَخِفْهُ، وَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لَا يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلَا عَدْلٌ
“Ya Allah, barang siapa yang berbuat zalim kepada penduduk Madinah dan menakut-nakuti mereka, maka jadikanlah mereka takut. Atas mereka laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia. Allah tidak menerima ibadah wajib dan sunahnya.” ([14])
Barang siapa yang berbuat zalim kepada penduduk Madinah, maka dia akan mendapatkan banyak ancaman dari Allah ﷻ sebagaimana disebutkan di dalam hadis. Karena dengan kezalimannya itu, dia telah memberikan rasa takut kepada penduduk kota Madinah, mengganggu mereka dan mengganggu ketenteraman mereka([15]).
Di dalam riwayat yang lain, sebagaimana riwayat Sa’d bin Abu Waqqash radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ, bersabda,
مَنْ أَرَادَ أَهْلَ الْمَدِينَةِ بِسُوءٍ، أَذَابَهُ اللهُ كَمَا يَذُوبُ الْمِلْحُ فِي الْمَاءِ
“Barang siapa yang hendak berbuat keburukan kepada penduduk kota Madinah, maka Allah akan membuatnya meleleh sebagaimana melelehnya garam di dalam air.”([16])
Tentu saja, ini membahayakan bagi orang-orang yang membuat keributan dan kerusakan di kota Madinah. Sebagian orang jauh-jauh datang ke kota Madinah untuk membuat kemungkaran, menyebarkan kemaksiatan dan merusak ketenteraman di sana. Maka, sebagai balasannya mereka mendapatkan azab berupa laknat dari para malaikat.
- Orang yang mengaku nasab palsu.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ، أَوِ انْتَمَى إِلَى غَيْرِ مَوَالِيهِ، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ الْمُتَتَابِعَةُ، إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa menisbahkan dirinya kepada selain ayahnya, atau berafiliasi kepada selain tuannya, maka atasnya laknat Allah berturut-turut hingga hari kiamat.” ([17])
Barang siapa yang mengaku sebagai anak Fulan, padahal dia bukan anak Fulan, atau mengaku berasal dari suku Fulan, padahal berasal dia tidak dari suku Fulan, atau dia mengaku berafiliasi kepada orang yang bukan orang yang memerdekakannya, padahal sejatinya tidak, maka atasnya laknat Allah ﷻ, malaikat dan seluruh manusia, dan Allah ﷻ tidak menerima ibadah wajib dan sunah yang dia kerjakan.
Inilah bahayanya bagi orang yang mengaku-ngaku berasal dari suku atau keturunan tertentu, padahal sama sekali bukan. Dia mengaku berasal dari satu keturunan, darah biru, orang saleh atau suku tertentu, padahal bukan, sedangkan dia sendiri tahu bahwa dia bukan berasal darinya. Orang yang berbuat semacam ini, sejatinya dia terlaknat.
Kenapa orang yang berbuat demikian ini terlaknat? Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan,
لِمَا فِيهِ مِنْ كُفْرِ النِّعْمَةِ وَتَضْيِيعِ حُقُوقِ الْإِرْثِ وَالْوَلَاءِ وَالْعَقْلِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مَعَ مَا فِيهِ مِنْ قَطِيعَةِ الرَّحِمِ وَالْعُقُوقِ
“Karena perbuatan tersebut termasuk kufur nikmat dan menghapuskan hak-hak waris, wala’ dan akal dan lain sebagainya termasuk memutus hubungan kekerabatan dan durhaka kepada orang tua.” ([18])
Barang siapa yang mengaku dengan nasab palsu, maka dia telah melakukan perbuatan yang terlaknat. Hal itu, dikarenakan orang tersebut sejatinya kufur terhadap nikmat, ketika dia mengakui nasabnya yang sebenarnya, seakan-akan dia berasal dari keturunan yang buruk, sehingga berat baginya untuk mengakuinya. Oleh karenanya, Imam An-Nawawi rahimahullah menggolongkannya sebagai perbuatan kufur nikmat.
Sejatinya yang menjadikan seseorang mulia bukanlah nasabnya, tetapi karena ketakwaannya. Dari suku mana pun dia berasal, berkulit apa pun dia, jika dia bertakwa kepada Allah ﷻ, maka dia akan menjadi mulia di sisi Allah ﷻ.
Oleh karenanya, barang siapa yang tidak mengakui nasabnya yang sebenarnya, maka dia telah kufur terhadap nikmat Allah ﷻ. Perbuatannya menggambarkan seakan-akan apa saja yang telah Allah ﷻ berikan kepadanya, dia tidak mengakuinya dan tidak menganggapnya, sehingga dia harus mengaku-ngaku dari orang lain, keluarga yang lain atau suku yang lain. Tentu saja, perkara ini termasuk dosa besar yang dilaknat oleh Allah ﷻ dan para malaikatnya.
Bayangkan, jika ada orang tua yang memiliki anak, namun anak tersebut tidak mau mengakuinya sebagai orang tuanya sendiri, maka siapa yang tidak sedih dengan kondisi seperti ini? Tentu saja, ini adalah perbuatan durhaka. Oleh karenanya, orang yang seperti ini berhak untuk mendapatkan laknat malaikat dan didoakan oleh para malaikat agar dijauhkan dari rahmat Allah ﷻ.
- Wanita yang diajak berhubungan badan oleh suaminya, namun dia enggan tanpa uzur.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا المَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
“Jika seorang suami mengajak istrinya untuk digauli di tempat tidurnya, lalu istrinya enggan dan suaminya murka, maka malaikat melaknatnya sampai pagi.”([19])
Sungguh celaka, wanita yang seperti ini. Bayangkan, jika seorang suami mengajak istrinya untuk berhubungan badan pada malam hari, tetapi istri menolaknya, sehingga semalaman suami tidak menggauli istrinya dalam keadaan marah. Maka, selama itu pula istri mendapatkan laknat dari malaikat sampai waktu subuh. Bagaimana bisa wanita seperti ini ingin mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah ﷻ dari malam sampai pagi hari. Oleh karenanya, bagi para kalangan wanita, jika suaminya mengajaknya untuk berhubungan badan, maka janganlah menolaknya.
Dalam masalah ini, Imam An-Nawawi rahimahullah berkata,
هَذَا دَلِيلٌ عَلَى تَحْرِيمِ امْتِنَاعِهَا مِنْ فِرَاشِهِ لِغَيْرِ عُذْرٍ شَرْعِيٍّ وَلَيْسَ الْحَيْضُ بِعُذْرٍ فِي الِامْتِنَاعِ لِأَنَّ لَهُ حَقًّا فِي الِاسْتِمْتَاعِ بِهَا فَوْقَ الْإِزَارِ
“Ini menjadi dalil bahwa haram bagi para wanita untuk menolak ajakan suaminya tanpa uzur syar’i. Haid bukanlah uzur untuk menolak ajakan suaminya, karena suaminya masih bisa menikmati istrinya pada bagian tubuh yang lain.”([20])
Jika seorang istri sedang sakit atau tertimpa suatu musibah dan yang semisalnya, maka tidak masalah baginya menolak ajakan suaminya. Namun, jika tidak ada uzur yang menghalangi untuk melayani suaminya, maka dia tidak boleh menolak ajakan suaminya tersebut. Bahkan, haid tidak menjadi penghalang istri untuk menolak ajakan suaminya, karena seorang suami bisa bersenang-senang dengan bagian lain dari tubuh istrinya.
Oleh karenanya, hendaknya istri sungguh-sungguh dalam memperhatikan kondisi suaminya. Terutama pada zaman sekarang ini, di mana para suami setiap keluar dari rumahnya, baik ketika bekerja atau dalam suatu urusan tertentu, membuatnya tak luput dari pandangan wanita. Apalagi jika seorang suami yang bekerja di kantor, di mana lelaki dan wanita berbaur di dalam kantor tersebut, sedangkan suami tidak bisa lepas dari memandang, bertemu atau bermuamalah dengan mereka, namun jika ketika dia pulang ke rumahnya mendapati istrinya tidak menyambutnya dengan ramah, aroma badan yang tidak sedap, apalagi ketika diajak berhubungan badan, lalu menolaknya, kemudian suami menjadi murka, maka sungguh celaka seorang istri tersebut, karena mendapatkan laknat dari malaikat sejak malam harinya hingga waktu pagi.
Tentu saja, hal ini menjadi perkara yang menyedihkan bagi para wanita. Maka, hendaknya seorang istri memberikan perhatian lebih kepada suaminya, menyambutnya dengan hangat dan senyuman, memberikan aroma yang harum pada tubuhnya, dan ketika suaminya mengajaknya untuk berhubungan badan, maka dia tidak menolaknya. Hendaknya dia selalu berjuang untuk meraih surga Allah ﷻ yang di antaranya dengan mencari keridaan suaminya dengan melayaninya ketika dia mengajaknya untuk berhubungan badan.
Di dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi ﷺ bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا تُرْفَعُ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُءُوسِهِمْ شِبْرًا: رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ
“Ada tiga orang yang shalatnya tidak diangkat dari atas kepalanya meskipun hanya sejengkal (tidak diterima -pen), yaitu: lelaki yang mengimami kaumnya, sedangkan mereka membencinya, wanita yang bermalam sementara suaminya dalam keadaan marah kepadanya dan dua saudara yang saling bermusuhan.”([21])
Di antara tiga golongan yang tidak diterima shalatnya adalah wanita yang suaminya marah kepadanya, karena ketika diajak berhubungan badan, dia menolak ajakannya([22]).
Sebagai seorang suami saleh yang berharap agar istri tidak dilaknat oleh para malaikat, hendaknya banyak memberikan maaf atas uzur dari istrinya. Terutama ketika suami ingin berhubungan badan dengan istrinya, namun ternyata istri sedang tidak mampu melayaninya. Jika ajakan seorang suami ditolak oleh istrinya, kemudian dia tidak marah karenanya, maka malaikat tidak melaknat istrinya. Akan tetapi, jika suami mengeluh dan marah, maka istri akan mendapatkan laknat oleh malaikat.
Bahkan, disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهَا، فَتَأْبَى عَلَيْهِ، إِلَّا كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang lelaki yang mengajak istrinya ke tempat tidurnya (untuk berhubungan badan), lalu dia menolaknya, kecuali yang ada di langit murka kepadanya, sehingga suaminya meridainya.”([23])
Sebagai seorang istri yang salihah, hendaknya tidak memaparkan dirinya kepada laknat para malaikat, sebagaimana dia tidak memaparkan dirinya kepada kemurkaan Allah ﷻ. Kehidupan istri harus diperjuangkan untuk bisa memberikan pelayanan kepada suaminya. Bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata bahwa jika seorang istri sudah menikah, maka harus lebih berbakti kepada suaminya dari pada kepada orang tuanya([24]).
Wanita salihah harus bisa mengamalkan perkara ini. Tidak hanya pintar dalam hal belajar, diskusi, mencari dalil, rajin dalam penyelenggaraan acara sosial, ramah terhadap gurunya atau rajin menuntut ilmu saja, tetapi ternyata tidak perhatian kepada suaminya, bahkan menolak ajakannya, sehingga dia mendapatkan laknat dari para malaikat. Oleh karenanya, tidak ada uzur bagi mereka untuk tidak melayani para suaminya. Karena percuma saja bagi wanita yang rajin beribadah, tetapi amalannya tidak diterima oleh Allah ﷻ sehingga menyesal pada hari kiamat, disebabkan menolak ajakan suaminya untuk berhubungan badan.
- Orang yang mengarahkan senjata kepada saudaranya muslim
Di antara orang yang celaka dan mendapat laknat dari para malaikat adalah orang yang mengarahkan senjata tajam kepada saudaranya muslim. Senjata tajam itu bisa berupa pedang, pisau, pistol, senapan atau senjata api yang semisalnya. Perkara ini tidak diperbolehkan, karena membuat orang takut. Bahkan, meskipun digunakan sebagai bahan untuk bercanda.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
مَنْ أَشَارَ إِلَى أَخِيهِ بِحَدِيدَةٍ، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَلْعَنُهُ، حَتَّى يَدَعَهُ وَإِنْ كَانَ أَخَاهُ لِأَبِيهِ وَأُمِّهِ
“Barang siapa yang mengisyaratkan senjata tajam kepada saudaranya, sesungguhnya malaikat melaknatnya, sehingga dia menurunkan senjatanya, meskipun saudaranya itu adalah saudara seayah dan seibu (saudara kandung).”([25])
Tidak dihalalkan bagi setiap muslim memberikan rasa takut kepada saudaranya muslim, meskipun dengan maksud bercanda. Bahkan, terdapat adab tersendiri jika seseorang hendak memberikan pisau kepada orang lain, yaitu dengan mengarahkan gagang benda tajam tersebut kepadanya, sehingga dia tidak merasa takut, meskipun hanya sedikit.
Jika seseorang bercanda dengan mengarahkan pedang kepada saudaranya, maka dia termasuk orang yang mendapatkan laknat oleh malaikat. Bayangkan, meskipun hanya bermaksud bercanda. Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda, مَنْ أَشَارَ إِلَى أَخِيهِ ‘Barang siapa yang mengisyaratkan kepada saudaranya’, artinya mengisyaratkan dengan apapun tujuannya. Hanya mengisyaratkan saja, Rasulullah ﷺ sudah melarangnya dan malaikat melaknat perbuatan tersebut. Maka, bagaimana jika dia melukai atau membunuhnya, wal-‘iyadzu billah. Jangankan kepada orang lain, bercanda kepada saudaranya dengan benda tajam saja tidak diperbolehkan, apalagi kepada orang lain.
Oleh karenanya, tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti saudaranya, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ,
لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.”([26])
Dari hadis ini, kita menjadi tahu bahwa tidak boleh bagi setiap muslim memberikan rasa takut kepada muslim yang lain. Apalagi, menakut-nakuti dengan senjata tajam, meskipun hanya bermaksud bercanda. Hukumnya adalah haram, bahkan pelakunya mendapatkan laknat oleh malaikat.([27])
Betapa banyak sebuah senda gurau atau canda menjadi hal yang serius. Bisa jadi setan memanfaatkan kondisi yang demikian. Pada saat seseorang bercanda dengan saudaranya, lalu sedikit terbawa emosi, kemudian meluapkannya dengan bercanda dan bermain-main dengan senjata tajam, akhirnya setan membuatnya emosi secara berlebihan, sehingga mengakibatkan dirinya menumpahkan darah saudaranya. Wal-‘iyadzu billah.
- I. Orang yang mendapati bulan Ramadan, tetapi tidak diampuni oleh Allah ﷻ
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَقَى الْمِنْبَرَ، فَلَمَّا رَقَى الدَّرَجَةَ الْأُولَى قَالَ: آمِينَ ، ثُمَّ رَقَى الثَّانِيَةَ فَقَالَ: آمِينَ ، ثُمَّ رَقَى الثَّالِثَةَ فَقَالَ: آمِينَ ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، سَمِعْنَاكَ تَقُولُ: آمِينَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ؟ قَالَ: لَمَّا رَقِيتُ الدَّرَجَةَ الْأُولَى جَاءَنِي جِبْرِيلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ، فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَقُلْتُ: آمِينَ. ثُمَّ قَالَ: شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ، فَقُلْتُ: آمِينَ. ثُمَّ قَالَ: شَقِيَ عَبْدٌ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، فَقُلْتُ: آمِينَ
“Sesungguhnya Nabi ﷺ menaiki mimbar. Ketika naik tingkat pertama beliau mengucapkan, ‘Aamiin’, kemudian menaiki yang kedua beliau mengucapkan, ‘Aamiin’, kemudian menaiki yang ketiga beliau mengucapkan ‘Aamiin’. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Kami mendengarmu mengucapkan ‘Aamiin’ tiga kali?’. Beliau bersabda, ‘Saat aku naik anak tangga pertama Jibril mendatangiku, ia berkata, ‘Sengsaralah seorang hamba yang mendapati Ramadan dan meninggalkan bulan itu, namun ia tidak diampuni, maka aku mengucapkan, ‘Aamiin’, kemudian ia berkata, ‘Sengsaralah seorang hamba yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya, namun hal itu tidak memasukkannya ke surga’, maka aku mengucapkan, ‘Aamiin’. Ia berkata lagi, ‘Sengsaralah seorang hamba yang engkau disebut di sisinya, namun ia tidak bershalawat kepadamu maka aku katakan, ‘Aamiin’.” ([28])
Hadis ini menjelaskan bahwa malaikat Jibril ‘alaihissalam mendoakan keburukan kepada beberapa golongan manusia dan Nabi Muhammad ﷺ diperintahkan untuk mengaminkan doanya. Sungguh luar biasa, malaikat Jibril ‘alaihissalam, malaikat termulia, سَيِّدُ الْمَلَائِكَة ‘pemimpin para malaikat’ mendoakan keburukan dan yang mengaminkannya adalah manusia terbaik dan سَيِّدُ الْمُرْسَلِيْنَ ‘pemimpin para nabi dan rasul’, yaitu Nabi Muhammad ﷺ . Tergabung antara doa Jibril ‘alaihissalam dan Nabi Muhammad ﷺ.
Siapakah golongan orang-orang celaka yang didoakan oleh malaikat Jibril ‘alaihissalam dan diaminkan oleh Nabi Muhammad ﷺ? Mereka diantaranya (1) orang yang mendapati bulan Ramadan, namun tidak mendapatkan ampunan, (2) orang yang diberi kesempatan mendapati orang tuanya dalam kondisi tua namun ia tidak bisa masuk surga, dan (3) orang yang disebutkan nama Nabi namun ia tidak bershalawat.
Adapun yang pertama adalah diberi kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhan namun ia tidak bisa meraih ampunan Allah. Ini adalah hal yang menakjubkan, karena bulan Ramadan adalah bulan yang penuh keberkahan, selama 29 atau 30 malam, setiap malamnya adalah malam pengampunan. Jika seorang tidak mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya pada malam yang pertama, maka masih bisa dengan memanfaatkan malam yang kedua. Jika masih tidak bisa, maka bisa memanfaatkan pada malam yang ketiga, atau hingga malam ke-29 atau 30, Allah ﷻ masih memberikan ampunan kepada hamba-hamba-Nya.
Ketika setan-setan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan pahala dilipatgandakan dan ada penyeru-penyeru yang menyeru untuk selalu bersemangat dalam beribadah, namun ternyata masih ada orang yang belum bisa diampuni dosa-dosanya, sehingga ketika bulan Ramadan telah lewat, sementara dirinya tidak meraih ampunan dari Allah, maka sungguh celakalah orang yang seperti ini. Maka dari itulah, Nabi Muhammad ﷺ mendoakan doa malaikat Jibril ‘alaihissalam bagi orang-orang yang tidak memanfaatkan bulan Ramadan, sehingga tidak mampu meraih ampunan dari Allah ﷻ.
- Orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya di masa tua, namun tidak bisa memasukkannya ke dalam surga
Berbakti kepada orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Diriwayatkan dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
الوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الجَنَّةِ، فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ البَابَ أَوْ احْفَظْهُ
“Orang tua merupakan pintu surga yang paling tengah, jika engkau ingin, tinggalkanlah pintu itu atau jagalah ia.”([29])
Barang siapa yang tidak mampu berbakti kepada kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya ketika masih hidup, sungguh dia telah melewatkan kesempatannya untuk masuk ke dalam surga. Orang yang berada dalam keadaan yang seperti ini, termasuk orang-orang yang celaka. Kenapa? Karena selagi dia masih memiliki orang tua, sehingga dia mampu banyak berbuat baik kepada mereka, maka sangat mudah baginya untuk masuk ke dalam surga. Dia tidak perlu banyak mengerjakan shalat malam, bersedekah atau ibadah sunah yang lain. Yang terpenting hanyalah fokus berbuat baik kepada orang tua saja. Maka, dengannya pintu surga akan terbuka lebar.
Jika seseorang masih sempat bertemu dengan orang tuanya di masa tuanya, tetapi tidak bisa memasukkannya ke dalam surga, sungguh dia benar-benar menjadi orang yang celaka dan pantas didoakan keburukan oleh malaikat. Padahal, pintu surga sudah dibuka lebar, kesempatan besar untuk memasukinya sangat mudah, tetapi jika tetap saja tidak bisa memasukinya, maka sungguh orang tersebut adalah orang yang sangat celaka.
Selamat bagi kalian wahai kaum muslimin dan muslimat, yang sampai sekarang masih memiliki orang tua yang berada di masa tuanya. Di saat mereka sedang membutuhkan perhatian dan perawatan. Ketahuilah, bahwa pada saat itulah pintu surga benar-benar dibuka selebar-lebarnya bagi kalian. Jangan sia-siakan kesempatan itu. Tinggalkanlah hal-hal yang menyibukkan kalian, karena mereka menjadi pintu surga yang paling besar dan fokuslah kepada keduanya. Keluarkanlah uang untuk mereka, luangkanlah waktu untuk mereka dan berikanlah apa pun untuk mereka. Buatlah mereka senang dan bahagia. Jangan banyak perhitungan terhadap keduanya. Jika ternyata Allah ﷻ telah memberikan kesempatan bagi kalian berupa orang tua di masa jompo, namun ternyata tidak bisa memasukkan kalian ke dalam surga, sungguh kalian menjadi orang yang celaka dan termasuk golongan yang didoakan keburukan oleh malaikat.
- K. Orang yang disebutkan nama Nabi Muhammad ﷺ, namun dia tidak mengucapkan shalawat kepada beliau ﷺ.
Di antara orang yang didoakan keburukan oleh malaikat Jibril álaihis salam adalah orang yang ketika disebutkan nama Nabi Muhammad ﷺ, lantas dia tidak mengucapkan shalawat atau mengucapkan shallallahu ‘alaihi wasallam atau ‘alaihis-shalatu wassalam. Pelit untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ termasuk orang yang celaka, karena jasa Nabi Muhammad ﷺ terlalu besar bagi kita. Padahal, jika kita bershalawatpun, maka pahalanya juga akan kembali kepada kita.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى الله عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” ([30])
Sejatinya kebaikan shalawat itu akan kembali kepada kita. Kenapa kita malas untuk bershalawat? Padahal shalawat adalah ibadah yang agung. Sampai Allah ﷻ saja bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Allah ﷻ berfirman,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56)
- Orang yang pelit dan tidak mau berinfak.
Di antara orang-orang yang mereka didoakan keburukan oleh malaikat, -meskipun bukan dalam bentuk laknat- adalah orang yang pelit dan tidak mau berinfak atau mengeluarkan hartanya untuk orang-orang yang membutuhkan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi r bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ العِبَادُ فِيهِ، إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Tidaklah hamba-hamba berada di pagi hari, kecuali ada dua malaikat yang turun, salah satunya berkata, ‘Ya Allah berikanlah ganti kepada orang yang berinfak’, dan yang lain berkata, ‘Ya Allah berikanlah kebinasaan kepada orang yang menahan (hartanya).” ([31])
Orang yang memiliki harta yang banyak, namun dia pelit dengan hartanya dan tidak mau berinfak, maka malaikat akan mendoakannya agar diberikan kerusakan oleh Allah ﷻ.
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud تَلَفًا ‘kebinasaan’ atau kerusakan pada harta adalah bisa jadi harta yang ditahan-tahan tersebut menjadi rusak atau justru dirinya yang menjadi rusak. Jika hartanya sudah rusak, maka tidak ada keberkahan dan manfaat lagi, karena hanya digunakan untuk hura-hura dan bermaksiat. Bahkan, hartanya akan menambah bebannya di akhirat kelak. Jika yang dimaksud jiwanya yang rusak, maka bisa jadi dia akan bertambah pelit, semakin jauh dari Allah ﷻ, terjerumus ke dalam berbagai macam kemaksiatan atau diberikan sakit oleh Allah ﷻ, karena didoakan keburukan oleh malaikat([32]). Oleh karenanya, bagi siapa pun yang memiliki kelebihan harta, hendaknya tidak pelit.
Harta yang kita miliki tidak akan menambah umur kita sedikit pun. Di antara hal yang diangan-angankan oleh orang yang hendak meninggal dunia adalah dia bisa berinfak. Allah ﷻ berfirman,
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat.” (QS. Al-Munafiqun: 10)
Ini menunjukkan akan agungnya sedekah. Jika seseorang bersedekah, maka pahalanya sangat luar biasa dan akan bermanfaat baginya ketika dia dalam keadaan ‘ihtidhar’ (sakratulmaut) dan menghadapi para malaikat ketika ajal menjemput.
Buktinya adalah sebagaimana keadaan orang yang disebutkan dalam firman Allah ﷻ tersebut, di mana saat dia hendak meninggal dunia, dia meminta kepada Allah ﷻ agar menunda kematiannya barang sebentar saja. Untuk apa? Untuk bersedekah, karena dia tahu bahwa sedekah sangat agung, memiliki manfaat besar ketika seseorang akan meninggal dunia([33]).
Oleh karenanya, hendaknya seseorang yang memiliki kelebihan harta tidak menahan harta mereka, hanya karena takut miskin. Allah ﷻ berfirman,
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Maha luas, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 268)
Setan selalu memberikan rasa takut kepada orang yang memiliki harta dengan kemiskinan dan memerintahkan mereka untuk berbuat keji. Di dalam ayat ini Allah ﷻ menyebutkan pelit dengan perbuatan keji. Para ulama menyebutkan bahwa barang siapa yang bersedekah, maka Allah ﷻ akan mengampuni dosa-dosanya dan ditambahkan hartanya oleh Allah ﷻ. ([34])
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.”([35])
Abu Al-Walid rahimahullah menjelaskan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta seseorang. Bahkan, sedekah akan menambah harta orang yang bersedekah, jika dia bersedekah karena Allah ﷻ([36]).
Oleh karenanya, hendaknya setiap orang selalu waspada bahwa orang yang pelit dan selalu menahan hartanya, maka akan didoakan keburukan oleh malaikat agar hartanya tidak berkah.
- Orang yang menghalangi terjadinya kisas
Di antara orang yang mendapatkan laknat malaikat adalah orang-orang yang menghalangi ditegakkannya hukum kisas. Padahal, kisas adalah perkara yang wajib ditegakkan kepada seseorang yang telah berbuat suatu kejahatan. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ حَالَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Barang siapa yang menghalang-halangi kisas tersebut, maka baginya laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia.”([37])
Barang siapa yang membunuh, maka dia harus dibunuh juga. Ketika hendak di jatuhkan kisas baginya berupa hukuman mati, lalu ada orang yang menghalanginya, sehingga tidak jadi ditegakkan hukuman tersebut, maka sejatinya orang yang menghalangi hukuman itu dilaknat oleh malaikat. Tentu saja, ini termasuk bentuk kezaliman, di mana pelaku pembunuhan yang seharusnya ditegakkan hukum baginya agar dibunuh, tetapi dihalang-halangi sehingga tidak terjadi hukum tersebut. Maka, orang yang menghalangi tersebut sejatinya dilaknat oleh malaikat.
Inilah golongan orang-orang yang celaka, di mana malaikat melaknat dan mendoakan keburukan kepada mereka. Maka, janganlah kita menjadi salah seorang dari golongan mereka. Hendaknya kita berusaha menjadi orang-orang yang didoakan kebaikan oleh para malaikat, karena doa malaikat dikabulkan oleh Allah ﷻ.
Dan jangan sampai kita menjadi orang-orang yang didoakan keburukan oleh para malaikat, sehingga kita menjadi golongan orang yang celaka di dunia, sebelum celaka di akhirat. Wallahu a’lamu bis-shawab
Footnote:
_________
([2]) Lihat: Al-Minhaj Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim, (6/222).
([3]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubi, (2/190).
([4]) Tafsir Ibnu Katsir, (1/473).
([5]) HR. At-Tirmidzi no. 2140 dan disahihkan oleh Al-Albani.
([6]) HR. Bukhari no. 2652, 3651, 6429 dan Muslim no. 2533.
([7]) HR. Ath-Thabrani No. 12709 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani.
([8]) H.R. Bukhari no. 3673 dan Muslim no. 2540.
([9]) Lihat: Al-Minhaj Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim, (16/93).
([10]) HR. Ath-Thabrani No. 12709 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani.
([12]) HR. Bukhari No. 1889 dan Muslim No. 1376.
([14]) HR. Ath-Thabrani, No. 3589 dan sanad sahih menurut Al-Albani.
([15]) Lihat: ‘Umdah Al-Qari, karya Badruddin Al-‘Aini, (10/241).
([17]) HR. Abu Dawud No. 5115. Di dalam riwayat yang lain disebutkan, sebagai berikut:
فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
“Maka atasnya laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya.” HR. Ibnu Hibban, No. 417
([18]) Al-Minhaj Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim, (9/144).
([20]) Al-Minhaj, Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim, (10/7).
([21]) HR. Ibnu Majah, No. 971.
([22]) Lihat: Mirqah Al-Mafatih, karya Mulla Al-Qari, (3/865).
([24]) Majmu’ Al-Fatawa, (32/263).
([26]) HR. Ahmad No. 23064 dan Abu Dawud No. 5004 dan dinyatakan sahih oleh Al-Arnauth.
([27]) Lihat: Al-Minhaj, Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim, (16/170).
([28]) HR. Bukhari No. 644 dalam kitab Al-Adabul Mufrad dan Al-Albani mensahihkan hadis ini.
([29]) HR. At-Tirmidzi, No. 1900 dan dinyatakan sahih oleh Al-Albani.
([32]) Lihat: Fath Al-Bari, karya Ibnu Hajar, (3/305).
([33]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir, (8/133).