18. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad, wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta’malụn
18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Tafsir :
Pada paragraf ini Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bagaimana cara agar selamat dari godaan setan dan dari godaan orang-orang munafik maka seseorang harus selalu ingat akhirat, dan ini merupakan perkara yang sangat berat.
Ayat ini dikatakan oleh Ibnul Qoyyim dan As-Sa’dy ayat ini merupakan ayat landasan tentang muhasabah([1]), muhasabatun nafsi yaitu seseorang merenungkan dan melihat kembali apa yang telah dia kerjakan agar dia bisa prepare untuk masa depannya, jadi seseorang harus memiliki waktu untuk dia mengaudit dirinya. Dan ini bukan dilakukan setahun sekali namun ini seharusnya dilakukan setiap hari. Namun kenyataannya kita sering lalai.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan agar setiap jiwa merenungkan apa yang telah dia kerjakan untuk hari kiamat([2]). Allah subhanahu wa ta’ala mengungkapkan hari kiamat/akhirat dengan لِغَدٍ “hari esok” padahal hari kiamat mungkin masih jauh akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala mengungkapkannya dengan esok hari karena bagaimanapun jauhnya hari kiamat dia pasti akan tiba dan kita akan bertemu dengan hari tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala mengungkapkan dengan لِغَدٍ “hari esok” agar kita sadar bahwa walaupun hari kiamat masih jauh bahwa hari tersebut akan datang dan kita harus siap setiap saat([3]). Apalagi para ulama mengatakan bahwa kematian adalah kiamat kecil, dan setiap orang akan segera merasakan kiamat kecilnya tersebut dan dia tidak tahu kapan dia akan meninggal dunia. Betapa sering kematian datang tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu,
فَكَمْ مِنْ فَتًى أَمْسَى وَأَصْبَحَ ضَاحِكًا … وَقَدْ نُسِجَتْ أَكْفَانُه وهُوَ لَا يَدْرِي
………………………………………………..
فَكَمْ مِنْ صِغارٍ يُرْتَجَى طُوْلُ عُمْرِهِمْ … وَقَدْ أُدْخِلَتْ أَجْسَادُهُمْ ظُلْمَةَ الْقَبْرِ
“Betapa banyak pemuda di waktu pagi dan sore masih tertawa …. Dan sungguh kain-kain kafannya telah dirajut dan dia tidak mengetahui
………………………………………………………………………………………………………………………
Dan betapa banyak anak-anak kecil yang diharapkan umurnya panjang …. Namun sungguh jasad-jasad mereka telah dimasukkan ke dalam kegelapan liang lahat.” ([4])
Oleh karenanya, kita sudah sering lihat di sekeliling kita tiba-tiba seseorang meninggal dunia tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, jadi kita tidak tahu kapan kita dipanggil oleh Allah subhanahu wa ta’ala maka jangan lupa muhasabah, oleh karenanya ‘Umar bin Al-Khotthob radhiyallahu ta’ala ‘anhu berkata,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا
“auditlah (hisablah) diri kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah subhanahu wa ta’ala” ([5])
Barang siapa yang sering menghisab dirinya maka hisabnya akan ringan pada hari kiamat. Sayangnya kita tidak punya waktu untuk menghisab diri kita, betapa banyak kita merencanakan apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang namun untuk mengaudit diri kita tidak ada waktu. Maka kita harus memiliki waktu untuk merenungkan apa yang telah kita lakukan, dan kita harus menghisab/audit dengan detail. Sebelum dia merenungkan apa yang akan dia kerjakan sebaiknya dia merenungkan dulu apa yang telah dia kerjakan. Oleh karenanya Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan betapa banyak orang yang menyesal pada hari kiamat
وَجِايْۤءَ يَوْمَىِٕذٍۢ بِجَهَنَّمَۙ يَوْمَىِٕذٍ يَّتَذَكَّرُ الْاِنْسَانُ وَاَنّٰى لَهُ الذِّكْرٰىۗ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ
“dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu. Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.” QS. Al-Fajr: 23-24
Orang yang mengaudit dirinya yang dia menghitung-hitung umurnya yang tinggal sedikit dan kemudian dia memiliki masa lalu yang mungkin kelam dan gelap gulita maka dia akan terpacu dan termotivasi untuk bersiap-siap, maka seseorang hendaknya berusaha untuk bermuhasabah sehingga dia tahu apa yang akan dia kerjakan untuk masa depannya di akhirat.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala mengulangi perintah untuk bertakwa, pada awal ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan untuk bertakwa kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengulangi lagi perintah untuk bertakwa tersebut. Sebagian ulama mengatakan bahwa kalimat takwa yang kedua adalah penekanan untuk takwa yang pertama, dan sebagian lagi mengatakan bahwa takwa yang pertama untuk menjalankan ketaatan dan takwa yang kedua untuk meninggalkan kemaksiatan([6]) yang mana semuanya membutuhkan ketakwaan, ada yang mengatakan lit-ta’kid dan ada yang mengatakan lit-ta’sis, intinya kita diperintahkan untuk bertakwa dan bertakwa, dan ini seperti firman Allah subhanahu wa ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” An-Nisa: 136
Di sini terdapat pengulangan kata iman, maksudnya istiqomahlah kalian di atas keimanan dan tambahlah keimanan kalian.
Kemudian firman Allah subhanahu wa ta’ala,
اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
“dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Dan sifat Allah subhanahu wa ta’ala خَبِيْرٌ sebagaimana yang sering penulis sampaikan yaitu Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui segala sesuatu secara detail([7]), seakan-akan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: lakukanlah kebajikan dan hati-hatilah terhadap kemaksiatan karena Allah subhanahu wa ta’ala mencatat kebajikan dan mencatat kemaksiatan dengan detail. Tidak ada satu senyuman pun kecuali tercatat dan pasti ada balasannya, dan tidak ada satu pandangan harampun kecuali pasti ada catatannya dan pasti ada balasannya. Jadi jangan khawatir ketika melakukan kebajikan sedikit apapun dan tidak ada yang mengetahuinya karena Allah subhanahu wa ta’ala mengetahuinya dengan detail. Ketika kita memiliki niat baik dan niat kita ada 3 maka sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala maha mengetahui, tidak akan ditambah menjadi 4 atau dikurangi menjadi 2. Maka salah satu cara kita bermuhasabah agar kita ingat selalu apa yang sudah kita lakukan dan apa yang akan kita lakukan semuanya tertulis secara detail.
___________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir As-Sa’dy hal: 853
([2]) Lihat: Tafsir Al-Qurthuby 18/43
([3]) Lihat: Tafsir Al-Qurthuby 18/43
([4]) Fafirruu ilallah hal: 84
([5]) HR. At-Tirmidzi no. 2459