21. لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُۥ خَٰشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ ٱللَّهِ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَمْثَٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
lau anzalnā hāżal-qur`āna ‘alā jabalil lara`aitahụ khāsyi’am mutaṣaddi’am min khasy-yatillāh, wa tilkal-amṡālu naḍribuhā lin-nāsi la’allahum yatafakkarụn
21. Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Tafsir :
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala ingin menjelaskan bahwa Al-Quran ini adalah penegur yang luar biasa, penasihat yang luar biasa([1]), yang mana Al-Quran ini bisa menghancurkan batu yang besar dan gunung yang kokoh, apalagi hanya sekedar hati manusia seharusnya bisa luluh dan terenyuh. Yang jadi masalah adalah kita kurang mendalami Al-Quran dan kurang membaca Al-Quran, dan ketika membaca Al-Quran pun tidak mengetahui bahasa Arab, ada terjemahannya pun tidak sempat untuk dibaca. Dan terjemahan bisa memberikan pengaruh, lalu bagaimana dengan orang yang membaca Al-Quran dan dia mengetahui tafsirnya maka dia benar-benar akan merasakan kebahagiaan, dan di dalam Al-Quran tidak ada takalluf (dibuat-buat dan dipaksa-paksakan) dalam menasehati, karena Al-Quran menceritakan tentang kisah ini dan itu dan menjelaskan tentang ayat-ayat, dan ini bisa membuat hati kita terenyuh, tidak perlu membuat drama-drama seperti yang dilakukan oleh banyak orang. Jika kita ingin bahagia dengan iman maka kita harus bahagia dengan cara as-salaf ash-shalih, karena mereka ketika beriman tidak dengan cara-cara seperti itu yaitu dengan drama-drama ini dan itu, lagu ini dan itu, atau membuat acara kumpul menangis bersama, maka cukup dengan membaca Al-Quran.
_________________
Footnote :