24. هُوَ ٱللَّهُ ٱلْخَٰلِقُ ٱلْبَارِئُ ٱلْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
huwallāhul-khāliqul-bāri`ul-muṣawwiru lahul-asmā`ul-ḥusnā, yusabbiḥu lahụ mā fis-samāwāti wal-arḍ, wa huwal-‘azīzul-ḥakīm
24. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Tafsir :
Al-khaliq dan Al-Bary ketika disebutkan secara sendiri maka maknanya tidak ada bedanya yaitu yang maha mencipta. Akan tetapi jika Al-Khaliq dan Al-Bary digabung maka Al-Khaliq artinya yang menakdirkan yaitu yang memplaining, dan Al-Bary yang mengadakan, yang mengeksekusi plaining tersebut. kemudian Al-Mushawwir yaitu yang membentuk dari ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala. Jadi secara urutan al-khaliq kemudian al-bary kemudian al-mushowwir([1]). contohnya manusia, Al-Khaliq yaitu sebelum diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui siapa yang akan diciptakan, kemudian Al-Bary yaitu Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia tersebut, lalu Al-Mushowwir yaitu Allah subhanahu wa ta’ala bentuk manusia tersebut. Dan kita tidak bisa menentukan bagaimana anak kita bentuknya, betapa banyak orang yang ingin anaknya tampan dengan cara menikah dengan wanita yang cantik namun ternyata wajahnya tetap seperti ayahnya.
Kemudian firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
“Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana”
Allah subhanahu wa ta’ala menggabungkan antara perkasa dan bijaksana karena Allah subhanahu wa ta’ala dengan keperkasaan-Nya tetap bijaksana, sebagian orang memiliki kekuatan namun tidak bijak, dan sebagian orang memiliki kebijakan namun tidak perkasa.
__________________
Footnote :