22. هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ۖ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
huwallāhullażī lā ilāha illā huw, ‘ālimul-gaibi wasy-syahādah, huwar-raḥmānur-raḥīm
22. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Tafsir :
Di penghujung surah ini Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan tentang nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala yang husna.
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan bahwasanya yang layak disembah hanyalah Allah subhanahu wa ta’ala, mengapa Allah subhanahu wa ta’ala saja yang layak disembah? Maka Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan dalil-dalilnya dengan nama-namanya. Dikatakan oleh para ulama penetapan tauhid uluhiyyah (bahwasanya hanya Allah yang berhak disembah) berdalil dengan asma wa sifat (yaitu Allah memiliki nama-nama yang terindah dan sifat-sifat yang teragung). Jadi untuk menetapkan tauhid uluhiyyah maka ada 2 metode: berdalil dengan tauhid rububiyyah (yaitu hanya Allah yang menciptakan dan menguasai serta mengatur alam semesta) dan berdalil dengan tauhid asma wa sifat. Berdalil dengan tauhid rububiyyah seperti yang Allah subhanahu wa ta’ala firmankan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” QS. Al-Baqarah: 21-22
Dan dalam surah Al-Hasyr ini Allah subhanahu wa ta’ala berdalil dengan tauhid asma wa sifat untuk menetapkan tauhid uluhiyyah. Maksudnya tidak ada yang berhak untuk disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala karena Allah subhanahu wa ta’ala adalah Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Khaliq, Al-Mushowwir, Al-Bary, Al-Mutakabbir, Al-Jabbar, Al-Muhaimin, dan seterusnya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala,
هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِۚ
“Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata.”
Yang ghaib yang tidak diketahui oleh kita dan asy-syahadah yang tampak di hadapan kita([1]), dan semuanya Allah subhanahu wa ta’ala tahu tidak ada yang luput dari pengetahuan Allah subhanahu wa ta’ala. Dan ini bantahan untuk orang falasifah seperti Ibnu Sina dan Faaroobi dan yang lainnya yang mengatakan Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui perkara-perkara secara global dan Allah subhanahu wa ta’ala tidak mengetahui secara detail, dan ini adalah kekufuran dan yang benar adalah Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui segala sesuatu dengan detail yang ghaib maupun yang tampak, bahkan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” QS. Al-An’am 59
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa tidak ada satu daun pun yang jatuh kecuali Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui tentang daun tersebut, kenapa daun tersebut jatuh, di negeri mana jatuhnya, dari pohon yang mana, bagaimana jatuhnya, dan bagaimana nasib daun tersebut Allah subhanahu wa ta’ala mengetahuinya. Juga Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui apa yang tidak terlihat oleh manusia,
وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ ۖ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” QS. Al-Mulk: 13
Jadi semua gerakan hati kita Allah subhanahu wa ta’ala mengetahuinya, kita sedang ikhlas, sedang sombong, sedang riya, sedang tawadhu’, atau sedang ujub maka Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui semuanya secara detail.
Kemudian firman Allah subhanahu wa ta’ala,
هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ
“Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”
Secara sederhana Ar-Rahman adalah maha rahmat, Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan seratus rahmat dan satu rahmat Allah subhanahu wa ta’ala turunkan ke muka bumi dan dengan satu rahmat tersebut manusia saling menyayangi dan seorang ibu menyayangi anaknya dan seterusnya, dan Allah subhanahu wa ta’ala simpan 99 rahmat di akhirat untuk orang-orang yang beriman. Ar-Rahim maksudnya keterkaitan sifat rahmat Allah subhanahu wa ta’ala kepada makhluk-Nya. Jadi Ar-Rahman berkaitan dengan dzat Allah subhanahu wa ta’ala yang maha penyayang dan Ar-Rahim kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala tersebut meliputi/mengenai seluruh makhluk-Nya([2]), sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala,
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala” QS. Al-Mu’min: 7
Orang-orang kafir pun mendapat rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, mereka mendapat rezeki di dunia.
__________________
Footnote :