16. كَمَثَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ إِذْ قَالَ لِلْإِنسَٰنِ ٱكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّنكَ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ
kamaṡalisy-syaiṭāni iż qāla lil-insānikfur, fa lammā kafara qāla innī barī`um mingka innī akhāfullāha rabbal-‘ālamīn
16. (Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam”.
Tafsir :
Allah subhanahu wa ta’ala berikan lagi perumpamaan yang kedua yaitu perumpamaan antara orang-orang munafik dengan Ahli Kitab([1]), seperti yang disebutkan di atas bahwa orang-orang munafik memberikan janji palsu dengan berkata-kata manis kepada orang-orang Yahudi maka ini seperti Iblis yang menggoda manusia yang berkata kepada manusia: “Kafirlah! Kalau kamu kafir aku akan menemanimu”, ketika manusia telah kafir Iblispun berlepas diri.
Adapun maksud ayat ini ada yang mengatakan bahwa ini umum, Allah subhanahu wa ta’ala hanya memberikan perumpamaan bahwa perumpamaan orang-orang munafik terhadap orang-orang Yahudi yang memberikan janji palsu seperti setan yang menipu manusia. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud setan adalah Iblis dan yang dimaksud dengan manusia adalah Abu Jahal, ketika perang Badar setan menipu Abu Jahal yang kisahnya telah Allah subhanahu wa ta’ala abadikan dalam surah Al-Anfal,
وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَكُمْ ۖ فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكُمْ إِنِّي أَرَىٰ مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ ۚ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu”. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah”. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” QS. Al-Anfal: 48 ([2])
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa Iblis memberikan janji palsu kepada Abu Jahal, ketika Abu Jahal akan perang Badar maka Iblis menjelma menjadi manusia lalu mendatangi Abu Jahl dan mengatakan: “Wahai Abu Jahal kami akan bersamamu dan kamu pasti menang dan tidak mungkin kamu akan kalah melawan Muhammad dan para sahabatnya, karena kalian berjumlah 1000 orang sedangkan mereka hanya 300 orang”. Tatkala dua pasukan saling bertemu maka Iblis yang menjelma sebagai manusia yang tadi telah memprovokasi Abu Jahal kabur dan dia mengatakan: إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكُمْ إِنِّي أَرَىٰ مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah”. Para ulama menafsirkan maksud dari setan dengan manusia adalah Iblis dengan Abu Jahal, jadi perumpamaan orang-orang munafik dengan Ahli Kitab yang hanya janji palsu kemudian diselisihi seperti Iblis yang menipu Abu Jahal yang Iblis berjanji dengan janji palsu namun ketika dalam kondisi genting malah ditinggal.
Jika membaca buku-buku tafsir kita dapati bahwa para ulama tatkala menafsirkan ayat ini pasti mereka menyebutkan satu kisah yang diriwayatkan dari beberapa ulama salaf tentang kisah seorang rahib. Kisah ini datang dalam berbagai riwayat akan tetapi Ibnu ‘Athiyyah dalam kitabnya Al-Muharror Al-Wajiz mengatakan bahwa seluruh sanadnya lemah([3]), kisah itu adalah sebagaimana yang diriwayatkan dari Thawus rahimahullah,
كَانَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، وَكَانَ عَابِدًا وَكَانَ رُبَّمَا دَاوَى الْمَجَانِينَ، وَكَانَتِ امْرَأَةٌ جَمِيلَةٌ أَخَذَهَا الْجُنُونُ فَجِيءَ بِهَا إِلَيْهِ فَتُرِكَتْ عِنْدَهُ فَأَعْجَبَتْهُ فَوَقَعَ عَلَيْهَا، فَحَمَلَتْ فَجَاءَهُ الشَّيْطَانُ فَقَالَ: إِنْ عُلِمَ بِهَذَا افْتُضِحْتَ فَاقْتُلْهَا وَأَرْقِدْهَا فِي بَيْتِكَ، فَقَتَلَهَا وَدَفَنَهَا، فَجَاءَ أَهْلُهَا بَعْدَ ذَلِكَ بِزَمَانٍ يَسْأَلُونَهُ عَنْهَا، فَقَالَ: مَاتَتْ فَلَمْ يَتَّهِمُوهُ لِصَلَاحِهِ فِيهِمْ وَرِضَاهُ، فَجَاءَهُمُ الشَّيْطَانُ فَقَالَ: إِنَّهَا لَمْ تَمُتْ وَلَكِنَّهُ وَقَعَ عَلَيْهَا فَحَمَلَتْ فَقَتَلَهَا وَدَفَنَهَا، وَهِيَ فِي بَيْتِهِ فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا، فَجَاءَ أَهْلُهَا فَقَالُوا: مَا نَتَّهِمُكَ وَلَكِنْ أَخْبِرْنَا أَيْنَ دَفَنْتَهَا، وَمَنْ كَانَ مَعَكَ؟ فَفَتَّشُوا بَيْتَهُ فَوَجَدُوهَا حَيْثُ دَفَنَهَا فَأُخِذَ فَسُجِنَ فَجَاءَهُ الشَّيْطَانُ، فَقَالَ: إِنْ كُنْتَ تُرِيدُ أَنْ أُخَلِّصَكَ مِمَّا أَنْتَ فِيهِ، وَتَخْرُجُ مِنْهُ، فَاكْفُرْ بِاللَّهِ، فَأَطَاعَ الشَّيْطَانَ وَكَفَرَ فَأُخِذَ فَقُتِلَ فَتَبَرَّأَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ حِينَئِذٍ، قَالَ طَاوُسٌ: ” فَمَا أَعْلَمُ إِلَّا بِهَذِهِ الْآيَةِ أُنْزِلَتْ فِيهِ {كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ}
“Bahwasanya ada seorang lelaki dari Bani Israil yang dia seorang ahlu ibadah dan bisa menyembuhkan penyakit gila, dan ada seorang wanita yang cantik yang terkena gangguan jiwa, kemudian wanita tersebut dibawa kepada lelaki tersebut dan ditinggalkan bersamanya, dan ternyata wanita tersebut membuat tertarik lelaki tersebut lalu dia pun menzinahinya dan wanita tersebut hamil, lalu setan mendatanginya dan berkata, “Jika hal ini diketahui maka akan terbongkar keburukanmu maka bunuhlah ia dan kuburlah ia di rumahmu”. Lalu lelaki tersebut membunuhnya dan menguburnya. Setelah beberapa waktu datanglah keluarganya menanyakan tentangnya, lalu lelaki tersebut menjawab: ia telah meninggal, dan keluarganya tidak mencurigainya karena kesolehannya dan juga mereka meridhoi lelaki tersebut, lalu datanglah setan kepada mereka dan berkata, “Sesungguhnya dia tidaklah meninggal, akan tetapi lelaki tersebut menzinahinya hinngga hamil lalu membunuhnya dan menguburnya, dan jasad wanita tersebut berada di rumahnya di tempat ini dan ini”. Maka keluarganya mendatanginya dan berkata, “Kami tidaklah menuduhmu akan tetapi kabarkanlah kepada kami dimana engkau menguburnya, dan siapa saja yang bersamamu?” Lalu mereka memeriksa rumahnya dan mendapatkannya di tempat ia dikuburkan, maka lelaki tersebut dihukum dan dipenjara. Datanglah setan dan berkata, “Jika engkau menginginkan agar aku membebaskanmu dari keadaanmu saat ini dan engkau keluar darinya maka maka kufurlah kepada Allah”. Lalu lelaki tersebut mentaati setan dan mengkufuri Allah. Lalu dia dihukum dan dibunuh adapun setan berlepas diri saat itu. Berkata Thowus: aku tidak mengetahui keculi ayat ini turun disebabkan lelaki tersebut {(Bujukan orang-orang munafik itu) seperti (bujukan) setan ketika ia berkata kepada manusia, “Kafirlah kamu!” Kemudian ketika manusia itu menjadi kafir ia berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam}.” ([4])
Dan ini secara riwayat maka riwayatnya lemah, akan tetapi jika ingin dijadikan sebagai tafsir maka ini bukan tafsir dari ayat ini akan tetapi hanya sekedar contoh bagaimana Iblis menggoda dan ketika diujung kekufuran lalu Iblis meninggalkannya. Dan ini mungkin saja terjadi pada siapa saja, maka hendaknya kita berhati-hati. Oleh karenanya seseorang jangan mengikuti langkah-langkah Iblis ketika menggoda manusia karena Iblis pun akan berlepas diri dari manusia dalam kondisi genting.
____________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Al-Qurthuby 18/37
([2]) Lihat: Tafsir Al-Qurthuby 18/42