10. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا
wa qad khāba man dassāhā
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Tafsir:
Inilah jawaban dari sumpah-sumpah Allah dengan beberapa makhluk-Nya secara berturut-turut dalam beberapa ayat, untuk menjelaskan betapa beruntungnya orang yang menyucikan jiwanya dan betapa meruginya orang yang mengotori jiwanya. Allah menjelaskan bahwasannya manusia ada dua jenis, ada manusia yang berusaha menyucikan jiwanya dan ada pula manusia yang mengotori jiwanya. Dan Allah telah memberikan petunjuk kepada dia mana jalan kebenaran dan mana jalan keburukan, pilihan ada di tangannya.
Sesungguhnya menyucikan jiwa itu tidak mudah, butuh perjuangan yang tidak ringan. Terlebih lagi Allah menciptakan dunia yang dipenuhi dengan syahwat, sesuatu yang manusia sangat tertarik terhadapnya. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.” (HR Muslim no. 2822)
Sebelum kita memperhatikan amalan badan, hal paling pertama yang kita lakukan adalah terlebih dahulu menyucikan jiwa dan hati. Hendaknya setiap muslim membersihkan hatinya dari segala jenis kesyirikan, dari sikap suudzhan kepada Allah, sombong, hasad, dengki, riya’ dan penyakit hati lainnya. Adapun orang yang hanya memperhatikan amalan zhahirnya (amalan badan) dan dia lupa memperhatikan jiwanya, maka sangat rentan untuk futur (malas beribadah). Tadinya dia semangat shalat, semangat puasa, semangat bersedekah, tetapi karena dia tidak memperhatikan keadaan jiwanya, hatinya, dan keikhlasannya, maka suatu saat dia akan berubah. Oleh karena itu, yang paling utama apabila ia ingin menyucikan jiwanya adalah menyucikan hatinya terlebih dahulu. Lalu amalan zhahirnya dan lisannya. Sehingga dia termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung.
Adapun orang yang mengotori jiwanya, yang mengikuti hawa nafsunya, menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka dia telah mengotori jiwanya sehingga termasuk dari golongan orang-orang yang merugi.
Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan bahwa sebagaimana di dunia ini hanya ada dua kelompok yaitu kelompok manusia yang masuk surga dan kelompok manusia yang masuk neraka, maka manusia juga ada dua model jiwa yaitu jiwa yang disucikan oleh pemiliknya dan jiwa yang dikotori oleh pemiliknya. Tidak ada model yang ketiga.
Kemudian setelah itu Allah menyebutkan salah satu contoh ummat yang mengotori jiwa mereka dengan berbuat seenaknya untuk memuaskan hawa nafsu mereka. Lalu mereka diazab oleh Allah. Mereka adalah kaum Tsamud, kaumnya Nabi Shalih ‘alaihissalam. Para ulama menjelaskan alasan mengapa yang Allah sebutkan adalah kaum Tsamud, yaitu karena kaum Tsamud adalah salah satu kaum dari bangsa Arab dan surat ini adalah surat Makiyyah yang diturunkan ketika Nabi sedang berdakwah di Mekkah, dimana beliau menghadapi orang-orang musyrikin Arab yang mengingkari hari kebangkitan. Sehingga mereka diharapkan akan mudah menerima karena berita tentang kaum Tsamud telah diketahui oleh orang-orang kafir Quraisy dan bekas puing-puing kehancuran kaum Tsamud ada di sekitar mereka.