12. إِذِ ٱنۢبَعَثَ أَشْقَىٰهَا
iżimba’aṡa asyqāhā
ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka.
Tafsir Surat Asy-Syams Ayat-12
Akhirnya kaum Tsamud bersepakat membunuh unta tersebut. Maka yang pertama kali berdiri untuk membunuh unta tersebut disebutkan oleh para ulama namanya adalah Qudaar bin Saalif. Dialah orang yang paling celaka diantara mereka. (lihat Fathul Baari 1/318). Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari ketika menyebutkan unta Nabi Shalih dan orang-orang yang menyembelihnya. Beliau bersabda mengutip ayat ini lalu bersabda:
{إِذِ انْبَعَثَ أَشْقَاهَا} [الشمس: 12] انْبَعَثَ لَهَا رَجُلٌ عَزِيزٌ عَارِمٌ، مَنِيعٌ فِي رَهْطِهِ، مِثْلُ أَبِي زَمْعَةَ
“Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, (QS Asy-Syams :12), yaitu seorang ‘aziiz (langka/jarang yang seperti dia), ‘aarim (banyak keburukannya, sulit dihadapi), manii’ (kuat dan dibela oleh kaumnya) seperti Abu Zam’ah.” (HR Bukhari no. 4942 dan Muslim no. 2855)
Dia kemudian bangun lalu membunuh unta Nabi Shalih. Atas perbuatan itu, Nabi Shalih memperingatkan mereka. Allah berfirman:
فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ۖ ذَٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ
“Maka mereka menyembelih unta itu, kemudian dia (Shalih) berkata, ‘Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan’.” (QS Hud : 65)
Meskipun yang langung mengeksekusi pembunuhan unta hanyalah satu orang -yaitu Qidaar bin Saalif- akan tetapi Allah menyandarkan pelaksanaan pembunuhan tersebut kepada mereka semuanya. Karena pembunuhan tersebut itu adalah hasil dari kesepakatan mereka.
Namun mereka juga tidak mempercayai ancaman serius tersebut. Allah berfirman tentang perkataan mereka:
فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوا يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِن كُنتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
“Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya. Mereka berkata, ‘Wahai Shalih! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami, jika benar engkau salah seorang rasul’.” (QS Al-A’raf : 77)
Rupanya merekapun menyesal setelah membunuh unta tersebut. Allah berfirman :
فَعَقَرُوهَا فَأَصْبَحُوا نَادِمِينَ
“Kemudian mereka membunuh unta tersebut, lalu mereka menjadi menyesal” (QS Asy-Syu’aroo’ : 157)
Akan tetapi penyesalan tersebut tidak bermanfaat bagi mereka dan tidak bisa menolak adzab yang akan menimpa mereka. Penyesalan mereka tidak bermanfaat setelah mereka melihat adzab. Sebagian ulama berpendapat bahwa penyesalan mereka tidak bermanfaat karena mereka tidak bertaubat, buktinya setelah itu mereka malah sekalian ingin membunuh Nabi Shalih. (lihat Tafsir al-Qurthubi 13/131). Allah berfirman:
وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ (48) قَالُوا تَقَاسَمُوا بِاللَّهِ لَنُبَيِّتَنَّهُ وَأَهْلَهُ ثُمَّ لَنَقُولَنَّ لِوَلِيِّهِ مَا شَهِدْنَا مَهْلِكَ أَهْلِهِ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ (49) وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (50) فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ (51)
“(48) Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang berbuat kerusakan di bumi, mereka tidak melakukan perbaikan; (49) Mereka berkata, ‘Bersumpahlah kamu dengan (nama) Allah, bahwa kita pasti akan menyerang dia bersama keluarganya pada malam hari, kemudian kita akan mengatakan kepada ahli warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu, dan sungguh kita orang yang benar; (50) Dan mereka membuat tipu daya, dan Kami pun menyusun tipu daya, sedang mereka tidak menyadari; (51) Maka perhatikanlah bagaimana akibat dari tipu daya mereka, bahwa Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya.” (QS An-Naml : 48-51)
Akhirnya rencana mereka tidak berhasil. Allah kemudian membunuh sembilan orang tersebut sebelum turun adzab kepada kaum Tsamud seluruhnya. Nabi Shalih pun menunggu tiga hari akan diturunkannya adzab.
Disebutkan bahwa mereka membunuh unta tersebut pada hari rabu. Ibnu Katsir menyebutkan pada hari kamis pagi, wajah-wajah kaum Tsamud berubah menjadi kekuning-kuningan. Dan di saat sore harinya mereka semua menyeru, “Telah berlalu satu hari dari batas waktunya.” Kemudian pada hari kedua yaitu hari jum’at wajah mereka menjadi kemerah-merahan. Dan pada hari yang ketiga yaitu hari sabtu berubah menjadi kehitam-hitaman. Di hari ahad shubuh mereka bersiap-siap menuai datangnya adzab. Tiba-tiba tatkala matahari menyingsing, terdengarlah oleh mereka suara pekikan dari langit serta gempa dari arah bawah mereka sehingga nyawa-nyawa mereka pun melayang. Allah berfirman:
فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ
“Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka.” (QS Al-A’raf : 78)
Semuanya meninggal dan tidak ada yang tersisa. Allah membinasakan mereka semua dalam satu waktu. Allah berfirman tentang perkataan Nabi Shalih:
فَتَوَلَّىٰ عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَٰكِن لَّا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ
“Kemudian dia (Shalih) pergi meninggalkan mereka sambal berkata, ‘Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihati kamu. Tetapi kamu tidak menyukai orang yang memberi nasihat’.” (QS Al-A’raf : 79)
Demikianlah kisah kehancuran kaum Tsamud atas kesombongan dan keangkuhan yang telah mereka lakukan. Meskipun yang membunuh unta tersebut adalah satu orang yaitu yang disebut sebagai orang yang paling celaka di antara mereka, tetapi yang lainnya juga mendapatkan siksaan karena telah ikut bersepakat dengan perbuatan tersebut. Ini menunjukkan bahaya seseorang yang tidak melakukan maksiat akan tetapi suka atau setuju dengan maksiat tersebut.