Hadis 2
Larangan Memutus Silaturahmi
وَعَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رضي الله عنه قالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّه صلى الله عليه وسلم : لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ، يَعْنِي: قَاطِعَ رَحِمٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Jubair bin Muth‘im radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahmi’.”([1])
Dalam hadis ini terdapat ancaman yang sangat keras bagi orang yang memutuskan silaturahmi, yaitu tidak masuk surga. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan adab atau akhlak adalah permasalahan sangat penting. Betapa tidak, akhlak dan adab dapat menjadi penyebab seseorang masuk surga atau masuk neraka.
Jika pada pembahasan yang lalu kita telah mengetahui bahwa di antara keutamaan menyambung silaturahmi adalah bisa menyebabkan masuk surga (sebagaimana Allah sebutkan dalam surat Ar-Ra’d ayat 21), maka sebaliknya Allah juga menjelaskan bahwa memutuskan silaturahmi merupakan salah satu sebab masuknya seseorang ke dalam neraka. Allah ﷻ berfirman,
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” (QS. Ar-Ra’d: 25)
Ancaman dalam ayat ini sangat lugas. Secara eksplisit disebutkan padanya di antara yang menyebabkan seseorang mendapat laknat dan masuk neraka Jahanam adalah memutuskan silaturahmi.
Dalam ayat yang lain Allah ﷻ juga berfirman,
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (QS. Muhammad: 22)
أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
“Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan dituliskan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad: 23)
Ayat-ayat ini juga berisi ancaman yang keras terhadap orang yang memutus silaturahmi. Disebutkan pada ayat terakhir ini bahwa orang yang memutuskan silaturahmi akan dilaknat oleh Allah, dibutakan penglihatan mereka, dan dijadikan telinga mereka tuli sehingga tidak bermanfaat bagi mereka ayat-ayat Allah ﷻ.
Para pembaca yang dirahmati Allah ﷻ. Derajat menyambung silaturahmi terhadap kerabat ada 3 tingkatan berikut ini:
- Tingkatan yang pertama adalah tingkatan yang paling afdal/paling utama, yaitu menyambung silaturahmi terhadap kerabat yang memutuskan silaturahmi. Dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda,
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Bukanlah penyambung silaturahmi yang hanya menyambung kalau dibaiki kemudian membalas kebaikan kerabat yang berbuat baik. Akan tetapi penyambung silaturahmi adalah yang tetap menyambung meskipun silaturahminya diputuskan (oleh kerabatnya).”([2])
Artinya, penyambung silaturahmi yang sesungguhnya adalah orang yang jika diputuskan silaturahmi dia tetap menyambungnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي، وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَيَّ، وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ. قَالَ لَئِنْ كُنْتَ كَمَا تَقُولُ، فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ، وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ، مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, seorang lelaki berkata kepada Rasulullah ﷺ, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai kerabat, aku menyambung silaturahmi kepada mereka, namun mereka memutuskan silaturahmi kepadaku. Aku berbuat baik kepada mereka, namun mereka berbuat buruk kepadaku. Aku bersabar dengan mereka sementara mereka berbuat tidak baik terhadapku.” Maka Rasulullah ﷺ memberi tanggapan, “Kalau engkau benar sebagaimana yang engkau katakan, maka seakan-akan engkau memasukkan debu yang panas ke dalam mulut-mulut mereka. Akan senantiasa ada penolong dari Allah bersamamu atas mereka selama engkau dalam kondisi demikian.” ([3])
Rasulullah ﷺ menjelaskan kalau dalam kondisi demikian, maka sesungguhnya engkau menghinakan mereka, seakan-akan engkau memasukkan debu yang panas ke dalam mulut mereka, karena mereka berusaha berbuat buruk dan engkau terus membalas dengan kebaikan.
Ini adalah tingkat silaturahmi yang tertinggi, karena menyambung silaturahmi bukan untuk mendapatkan balasan kebaikan dari kerabat, tetapi karena Allah ﷻ dan beberharaparap surga.
- Tingkatan kedua adalah menyambung silaturahmi jika kerabat berbuat baik, sedangkan jika kerabat tidak berbuat baik, maka dibalas dengan tidak baik juga.
- Tingkatan yang ketiga adalah tingkatan yang buruk dan haram yang menyebabkan masuk neraka, yaitu memutus silaturahmi, tidak menyambung silaturahmi, acuh kepada kerabat, tidak menghubungi mereka, tidak berbuat baik kepada mereka bahkan berbuat kasar. Maka, ia telah melakukan perbuatan yang terancam dengan neraka Jahanam.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang selalu menyambung silaturahmi dan menjadikan kita orang yang bersabar seandainya ada kerabat yang berbuat buruk kepada kita.
Semoga Allah ﷻ memasukkan kita semua ke dalam surga.
Footnote:
________