Apakah anggota tubuh yang telah dibasuh ketika berwudhu harus dibasuh lagi ketika mandi?
Dikatakan oleh Ibnu Hajar bahwa permulaan mandi janabah dengan wudhu ini ada dua kemungkinan, wudhu tersebut adalah sunnah yang menyendiri sehingga tetap wajib untuk membasuh seluruh anggota tubuh walaupun ketika berwudhu telah dibasuh, dan ada kemungkinan bahwasanya wudhu dan mandi tersebut adalah satu kesatuan sehingga ketika mandi tidak perlu membasuh anggota tubuh yang telah dibasuh ketika berwudhu, berkata Ibnu Hajar:
وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ الِابْتِدَاءُ بِالْوُضُوءِ قَبْلَ الْغُسْلِ سُنَّةً مُسْتَقِلَّةً بِحَيْثُ يَجِبُ غَسْلُ أَعْضَاءِ الْوُضُوءِ مَعَ بَقِيَّةِ الْجَسَدِ فِي الْغُسْلِ وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكْتَفِيَ بِغَسْلِهَا فِي الْوُضُوءِ عَنْ إِعَادَتِهِ وَعَلَى هَذَا فَيَحْتَاجُ إِلَى نِيَّةِ غُسْلِ الْجَنَابَةِ فِي أَوَّلِ عُضْوٍ وَإِنَّمَا قَدَّمَ غَسْلَ أَعْضَاءِ الْوُضُوءِ تَشْرِيفًا لَهَا وَلِتَحْصُلَ لَهُ صُورَةُ الطَّهَارَتَيْنِ الصُّغْرَى وَالْكُبْرَى وَإِلَى هَذَا جَنَحَ الدَّاوُدِيُّ شَارِحُ الْمُخْتَصَرِ مِنَ الشَّافِعِيَّةِ
“dan ada kemungkinan permulaan dengan berwudhu sebelum mandi ini sebagai sunnah yang menyendiri, yaitu dimana wajib untuk membasuh anggota wudhu dengan anggota badan yang lain ketika mandi junub, dan ada kemungkinan dicukupkan dengan membasuhnya ketika berwudhu dari mengulangnya (mengulang membasuh ketika mandi), maka dengan ini dibutuhkannya untuk niat mandi janabah ketika membasuh anggota tubuh yang pertama, dan dikedepankannya membasuh anggota wudhu sebagai pemuliaan atasnya dan agar tercapai dua bentuk pensucian yaitu yang kecil dan besar, dan pendapat ini yang dipilih oleh Ad-Dawudy pensyarah kitab Al-Mukhtashor dari kalangan Syafi’iyyah.” ([1])
Lalu beliau juga mengucapkan bahwa kemungkinan pertama lebih kuat, beliau berkata:
قَوْلُهُ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ هَذَا التَّأْكِيدُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ عَمَّمَ جَمِيعَ جسده بِالْغسْلِ بعد مَا تَقَدَّمَ وَهُوَ يُؤَيِّدُ الِاحْتِمَالَ الْأَوَّلَ أَنَّ الْوُضُوءَ سُنَّةٌ مُسْتَقِلَّةٌ قَبْلَ الْغُسْلِ وَعَلَى هَذَا فَيَنْوِي الْمُغْتَسِلُ الْوُضُوءَ إِنْ كَانَ مُحْدِثًا وَإِلَّا فَسُنَّةُ الْغسْل
“dan ucapannya (ke seluruh kulitnya), penguat ini menunjukkan bahwasanya beliau menyeluruhkan seluruh badannya ketika mandi setelah melakukan apa yang telah lalu, dan ini menguatkan kemungkinan yang pertama bahwasanya wudhu adalah sunnah yang tersendiri sebelum mandi, maka dengan ini orang yang mandi hendaknya meniatkan wudhu jika ia berhadats, jika tidak maka ini hanya termasuk sunnah mandi.” ([2])
Dapatkan Informasi Seputar Shalat di Daftar Isi Panduan Tata Cara Sholat Lengkap Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
_______________________