Keutamaan- Keutamaan Shalat
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Keutamaan sholat sangatlah banyak yang menunjukan akan agungnya ibadah sholat. Seseorang hendaknya mengenali keutamaan-keutamaan tersebut agar lebih semangat dalam menegakan ibadah sholat. Diantara keutaman-keutamaan tersebut adalah :
- Sholat merupakan cahaya dan penyelamat di hari kiamat. Barang siapa yang menjaga sholat, maka akan menjadi cahaya dan penyelamat baginya di hari kiamat. Dan barang siapa yang tidak menjaga sholat maka tidak ada baginya cahaya dan penyelamat baginya di hari kiamat. ([1])
عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَآَنِ – أَوْ تَمْلَأُ – مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ
Dari Abu Malik Al-Harits bin ‘Ashim Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, bersuci merupakan bagian dari iman, Alhamdulillah (segala puji milik Allah) memenuhi timbangan, Subhanallah (Maha suci Allah) dan Alhamdulillah (Segala puji milik Allah) keduanya memenuhi antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah petunjuk, sabar adalah sinar.”([2])
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ العَاص رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: ذَكَرَ النَّبِّي ﷺ الصَّلَاةَ يَوْمًا بَيْنَ أَصْحَابِهِ فَقَالَ: مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا، كَانَتْ لَهُ نُورًا، وَبُرْهَانًا، وَنَجَاةً مِنَ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا، لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورُ، وَلَا بُرْهَانُ، وَلَا نَجَاةُ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata: Suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para sahabat menyebutkan tentang shalat seraya berkata: “Barang siapa yang menjaga shalat lima waktu, maka shalat itu akan menjadi cahaya, bukti dan keselamatan bainya pada hari kiamat. Dan barang siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan juga tidak mendapatkan keselamatan. Dan pada hari kiamat, orang yang tidak menjaga shalatnya itu akan bersama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.” ([3])
Demikian juga Nabi bersabda :
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan (misalnya untuk sholat isya dan subuh berjamaáh-pen) menuju masjid-masjid bahwa mereka mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat” ([4])
- Shalat merupakan amalan paling utama bagi seorang hamba. ([5])
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِهَا.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata, ‘Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” ([6])
- Barang siapa memelihara dan menjaga shalatnya, maka agamanya akan terjaga, karena sholat mencegah perbuatan keji dan mungkar. ([7])
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ.
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. ([8])
- Shalat adalah tiang agama islam. ([9])
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ.
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allâh. ([10])
Tentunya suatu bangunan jika tiangnya runtuh maka akan runtuh pula bangunannya.
- Shalat merupakan kewajiban pertama yang dihisab pada hari kiamat. ([11])
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَوَّلُ مَا يُـحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk.” ([12])
Dalam riwayat lain:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُحَاسَبُ بِصَلَاتِهِ، فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasaaallam bersabda: “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.” ([13])
- Shalat adalah perkara yang terakhir hilang dalam Islam. Jika hal yang terakhir hilang maka akan hilang keseluruhannya. ([14])
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لَتُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً، فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا، وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ.”
Dari Abu Umamah Al-Bahiliy radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sungguh tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia bergantung pada tali berikutnya. Tali yang paling awal terputus adalah “hukum”, dan yang terakhir adalah “shalat”.” ([15])
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: أَوَّلُ مَا يُرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الْأَمَانَةُ وَآخِرُ مَا يَبْقَى الصَّلَاةُ وَرُبَّ مُصَلٍّ لَا خَيْرَ فِيهِ.
Dari Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:” Yang pertama kali diangkat dari manusia adalah amanat, dan akhir yang tersisa adalah sholat, dan betapa banyak orang yang sholat namun tidak ada kebaikan padanya.” ([16])
Dalam riwayat lain:
عَنْ زَيْدٍ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: أَوَّلُ مَا يُرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الْأَمَانَةُ وَآخِرُ مَا يَبْقَى مِنْ دينِهِمُ الصّلاة ورُبَّ مُصَلَ لَا خَلاقَ لهُ عِنْدَ الله تَعَالَى.
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang pertama kali diangkat dari manusia adalah amanat, dan akhir yang tersisa adalah sholat, dan boleh jadi orang yang sholat tidak mendapat pahala di sisi Allah.” ([17])
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: أَوَّلُ مَا تَفْقِدُونَ مِنْ دِينِكُمُ الْأَمَانَةُ، وَآخِرُهُ الصَّلَاةُ.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang pertama akan hilang dari agama kalian adalah sifat amanah, dan yang terakhir akan hilang dari agama kalian adalah sholat.” ([18])
- Shalat adalah wasiat terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya. ([19])
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنهَا، قَالَتْ: كَانَ مِنْ آخِرِ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ، وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ” حَتَّى جَعَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُلَجْلِجُهَا فِي صَدْرِهِ، وَمَا يَفِيصُ بِهَا لِسَانُهُ.
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: “Wasiat terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ‘Perhatikanlah sholat, perhatikanlah sholat, dan perhatikanlah budak-budak kalian’. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengulang-ulangnya di dalam dadanya, namun lidah beliau tidak mampu mengungkapkannya dengan jelas. ([20])
- Allah azza wa jalla memuji orang-orang yang mendirikan shalat ([21]). Allah berfirman:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا. وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا.
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk mengerjakan salat dan menunaikan zakat; dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya. ([22])
- Allah mencela orang yang lalai dan bermalas-malasan dalam menunaikan shalat ([23]). Allah azza wa jalla berfirman:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا.
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. ([24])
Allah juga berfirman:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. ([25])
- Rukun islam paling agung setelah dua syahadat. ([26])
عَنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ، شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ البَيْتِ.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan mengerjakan haji ke Baitulloh.” ([27])
- Agungnya kedudukan sholat lima waktu di sisi Allah. Dimana saat Allah mensyariatkannya pada umat ini, Allah langsung memanggil RasulNya dan berbicara langsung kepada RasulNya perihal perintah sholat ini, tanpa melalui perantara malaikat Jibril. ([28])
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” فَرَضَ اللَّهُ عَلَى أُمَّتِي خَمْسِينَ صَلَاةً، فَرَجَعْتُ بِذَلِكَ، حَتَّى آتِيَ عَلَى مُوسَى، فَقَالَ مُوسَى: مَاذَا افْتَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ؟ قُلْتُ: فَرَضَ عَلَيَّ خَمْسِينَ صَلَاةً، قَالَ: فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ، فَرَاجَعْتُ رَبِّي، فَوَضَعَ عَنِّي شَطْرَهَا، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُ رَبِّي، فَقَالَ: هِيَ خَمْسٌ وَهِيَ خَمْسُونَ، لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَقُلْتُ: قَدِ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي.”
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah memerintahkan umatku sholat lima puluh kali, kemudian aku kembali dengan perintah itu, hingga aku bertemu dengan Musa. Musa bertanya kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, “Apa yang Allah perintahkan padamu?” Aku menjawab: “Aku diperintahkan untuk melaksanakan lima puluh kali sholat salam sehari semalam.” Musa berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu, sungguh umatmu tak kan mampu (menunaikan) hal itu.” Kenudian aku kembali menghadap Rabb-ku, Lalu Dia mengurangi separuhnya dariku. Kemudian aku kembali kepada Musa dan mengabarkan hal itu. Dia lantas berkata: Kembalilah menghadap Rabb-mu. Sunggguh, umatmu tidak akan mampu menunaikannya.’ Kemudian aku kembali menghadap Rabb-ku, lalu Dia berfirman, ‘Ia adalah lima dan ia adalah lima puluh. Ucapan (ketetapan) dari-Ku tidak dapat diganti lagi.’ Kemudian aku kembali kepada Musa, lalu berkata,’Kembalilah menghadap Rabb-mu.’ Aku lantas menjawab,’Aku sudah malu kepada Rabb-ku.’” ([29])
- Lima shalat yang dikerjakan, namun senilai lima puluh shalat dalam timbangan. ([30])
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” فَرَضَ اللَّهُ عَلَى أُمَّتِي خَمْسِينَ صَلَاةً، فَقَالَ: هِيَ خَمْسٌ وَهِيَ خَمْسُونَ، لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَقُلْتُ: قَدِ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي.”
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah memerintahkan umatku sholat lima puluh kali, lalu Dia berfirman, ‘Ia adalah lima dan ia adalah lima puluh. Ucapan (ketetapan) dari-Ku tidak dapat diganti lagi.’ Kemudian aku kembali kepada Musa, lalu berkata,’Kembalilah menghadap Rabb-mu.’ Aku
lantas menjawab,’Aku sudah malu kepada Rabb-ku.” ([31])
- Shalat merupakan ibadah yang sangat dicintai oleh Allah azza wa jalla.
Awalnya shalat diwajibkan sebanyak lima puluh kali shalat. Ini menunjukkan bahwa Allah amat menyukai ibadah shalat tersebut. Kemudian Allah memberi keringanan bagi hamba-Nya hingga menjadi lima waktu dalam sehari semalam. Akan tetapi, tetap saja shalat tersebut dihitung dalam timbangan sebanyak lima puluh shalat, walaupun dalam amalan hanyalah lima waktu. Hal ini menunjukkan mulianya kedudukan shalat dalam islam. ([32])
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” فَرَضَ اللَّهُ عَلَى أُمَّتِي خَمْسِينَ صَلَاةً، فَرَجَعْتُ بِذَلِكَ، حَتَّى آتِيَ عَلَى مُوسَى، فَقَالَ مُوسَى: مَاذَا افْتَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ؟ قُلْتُ: فَرَضَ عَلَيَّ خَمْسِينَ صَلَاةً، قَالَ: فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ، فَرَاجَعْتُ رَبِّي، فَوَضَعَ عَنِّي شَطْرَهَا، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُ رَبِّي، فَقَالَ: هِيَ خَمْسٌ وَهِيَ خَمْسُونَ، لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ، فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ، فَقُلْتُ: قَدِ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي.”
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah memerintahkan umatku sholat lima puluh kali, kemudian aku kembali dengan perintah itu, hingga aku bertemu dengan Musa. Musa bertanya kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, “Apa yang Allah perintahkan padamu?” Aku menjawab: “Aku diperintahkan untuk melaksanakan lima puluh kali sholat salam sehari semalam.” Musa berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu, sungguh umatmu tak kan mampu (menunaikan) hal itu.” Kemudian aku kembali menghadap Rabb-ku, lalu Allah mengurangi separuhnya dariku. Kemudian aku kembali kepada Musa dan mengabarkan hal itu. Dia lantas berkata: Kembalilah menghadap Rabb-mu. Sunggguh, umatmu tidak akan mampu menunaikannya.’ Kemudian aku kembali menghadap Rabb-ku, lalu Dia berfirman, ‘Ia adalah lima dan ia adalah lima puluh. Ucapan (ketetapan) dari-Ku tidak dapat diganti lagi.’ Kemudian aku kembali kepada Musa, lalu berkata,’Kembalilah menghadap Rabb-mu.’ Aku lantas menjawab,’Aku sudah malu kepada Rabb-ku.’” ([33])
Dan hadits lain:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِهَا. قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ. قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhuma dengan tangannya, ia berkata, ‘Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allâh?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku (Abdullah bin Mas’ud) mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berbakti kepada dua orang tua.” Aku bertanya lagi, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allâh.” Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Itu semua telah diceritakan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadaku, sekiranya aku menambah (pertanyaanku), pasti Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menambah (jawaban Beliau) kepadaku.” ([34])
- Allah azza wa jalla memuji orang-orang beriman dalam surat al-Mukminun dengan menyebut sifat-sifat mereka yang mulia. Sifat-sifat tersebut dibuka dengan sifat sholat dan diakhiri juga dengan sifat sholat. Ini menunjukkan ditekankannya amalan shalat. ([35])
Allah Ta’ala berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ. إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ. فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” ([36])
- Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya untuk memerintahkan keluarga mereka supaya menunaikan shalat. ([37])
Allah Ta’ala berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى.
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” ([38])
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka.” ([39])
- Siapa yang tertidur atau lupa dari shalat, maka ia harus mengqodhonya. Ini cukup menunjukkan kemuliaan shalat lima waktu karena harus diganti apabila ibadah ini luput dilaksanakan. ([40])
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:” مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا، لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلاَ ذَلِكَ.”
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Barangsiapa yang lupa shalat, hendaklah ia shalat ketika ia ingat. Tidak ada kewajiban baginya selain itu.” ([41])
Dalam riwayat lain:
مَنْ نَسِيَ صَلَاةً، أَوْ نَامَ عَنْهَا، فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا.
“Barangsiapa yang lupa shalat atau tertidur, maka tebusannya adalah ia shalat ketika ia ingat.” ([42])
- Allah azza wa jalla menyebut sholat sebagai iman. ([43])
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ.
“Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian. Sungguh, Allah maha pengasih, maha penyayang kepada manusia.” ([44])
Yakni shalat yang dikerjakan sebelum terjadinya pemindahan kiblat; dari Baitul Maqdis ke Ka’bah.
- Allah azza wa jalla mengkhususkan penyebutan sholat dalam Alquran. ([45]) Allah azza wa jalla berfirman:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ.
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. ([46])
وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ.
“Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat.” ([47])
Allah mengkhususkan penyebutan shalat padahal shalat sendiri merupakan amalan kebajikan.
- Allah azza wa jalla menyebutkan shalat dalam Al-Qur’an beriringan dengan banyak ibadah. ([48])
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ.
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” ([49])
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ.
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” ([50])
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” ([51])
- Allah azza wa jalla memerintahkan nabi-Nya untuk bersabar dalam mengerjakannya. ([52])
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ.
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu.” ([53])
Begitu pula perintah untuk bersabar dalam mengerjakan ibadah yang lain. Sebagaimana firman Allah azza wa jalla:
وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ.
“Dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya.” ([54])
- Shalat merupakan penyejuk hati, penenang jiwa raga, taman, rahmat yang berikan bagi hamba-hamba yang beriman. ([55])
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:إِنَّمَا حُبِّبَ إِلَـيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ: اَلنِّسَاءُ وَالطِّيْبُ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِـيْ فِـي الصَّلَاةِ.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di antara kesenangan dunia kalian yang aku cintai adalah wanita dan wewangian. Dan dijadikan kesenangan hatiku terletak di dalam shalat.” ([56])
- Shalat menghapus dosa dan keburukan-keburukan. ([57])
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di antara shalat lima waktu, di antara Jum’at yang satu dan Jum’at berikutnya, diantara Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa di antara semua itu selama tidak dilakukan dosa besar.” ([58])
عَنْ جَابِرٍ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ كَمَثَلِ نَهْرٍ جَارٍ، غَمْرٍ عَلَى بَابِ أَحَدِكُمْ، يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ.
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Permisalan shalat yang lima waktu itu seperti sebuah sungai yang mengalir melimpah di dekat pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali.” ([59])
- Allah azza wa jalla mengangkat derajat seseorang dan menghapuskan dosa (kesalahan) dengan sebab sholat. ([60])
عَنْ ثَوْبَانِ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْخِلُنِي اللهُ بِهِ الْجَنَّةَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ، فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً، إِلَّا رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً.
Dari Tsauban, maulanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: ‘Beritahukan kepadaku amalan yang dapat memasukkanku ke surga? Maka Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaklah engkau memperbanyak sujud! Karena engkau tidaklah sujud kepada Allah dengan sekali sujud melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan akan menghapuskan satu kesalahan dengan sebab sujud itu.”’ ([61])
- Berjalan menuju shalat akan dicatat sebagai kebaikan, bisa meninggikan derajat dan menghapuskan dosa. ([62])
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ، ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مَنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ، كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً، وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً.
Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu ia berjalan menuju salah satu rumah Allâh untuk menunaikan salah satu shalat fardhu yang yang Allâh wajibkan, maka salah satu langkah kakinya akan menghapuskan kesalahan dan langkah kaki yang lainnya meninggikan derajat. ([63])
Dalam hadits lain;
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ لَمْ يَرْفَعْ قَدَمَهُ الْيُمْنَى إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ حَسَنَةً، وَلَمْ يَضَعْ قَدَمَهُ الْيُسْرَى إِلَّا حَطَّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهُ سَيِّئَةً.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang diantara kalian berwudhu’, dia berwudhu dengan baik dan benar, kemudian dia keluar menuju ke masjid, maka dia tidak mengangkat kaki kanannya (untuk melangkah) kecuali Allah menuliskan satu kebaikan untuknya dan dia tidak menurunkan kaki kirinya kecuali Allah menghapus satu dosa darinya.” ([64])
- Setiap mengerjakan sholat dianggap bertamu di surga. ([65])
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ، أَوْ رَاحَ، أَعَدَّ اللهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ نُزُلًا، كُلَّمَا غَدَا، أَوْ رَاحَ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Barangsiapa pergi ke masjid di waktu pagi hari dan sore hari, maka Allâh Azza wa Jalla menyiapkan untuknya hidangan dari surga setiap kali ia pergi di pagi atau sore hari.” ([66])
- Pahala orang yang keluar rumah untuk shalat seperti pahala orang yang keluar berhaji dalam keadaan berihram. ([67])
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ، وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لَا يَنْصِبُهُ إِلَّا إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ، وَصَلَاةٌ عَلَى أَثَرِ صَلَاةٍ لَا لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِي عِلِّيِّينَ.
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan sudah bersuci menuju shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji yang sedang berihram. Barangsiapa keluar untuk menunaikan shalat Dhuha, ia tidak merasakan lelah kecuali karena melaksanakan shalat tersebut, maka pahalanya seperti pahala orang berumrah.” ([68])
- Menunggu sholat seperti ar-Ribaath yaitu berjaga di daerah perbatasan dalam jihad fi sabilillah. Nabi bersabda
أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟» قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ
“Maukah aku tunjukan kepada kalian tentang perkara yang Allah menghapus dosa-dosa denganya dan mengangkat derajat?”. Mereka (para sahabat) berkata, “Tentu wahai Rasulullah”. Nabi berkata, “(Tetap) menyempurnakan wudhu meski dalam kondisi yang tidak disukai, memperbanyak langkah menuju masjid, menunggu sholat setelah sholat ditunaikan, maka itulah ar-Ribaath” ([69])
- Shalat merupakan sebab utama untuk masuk surga bahkan menemani Nabi di surga.
Robiáh bin Káab al-Aslami radhiallahu ánhu berkata :
كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِي: «سَلْ» فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ. قَالَ: «أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ» قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ. قَالَ: «فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ»
“Aku menginap bersama Nabi shallallahu álaihi wasallam, lalu aku mendatangkan bagi beliau air wudhu beliau dan keperluan beliau. Maka Nabi berkata kepadaku, “Mintalah !”. Aku berkata, “Aku memohon untuk menemanimu di surga”. Nabi berkata, “Tidakah engkau meminta permintaan yang lain?”. Aku berkata, “Itulah permintaanku”. Maka Nabi berkata, “Maka bantulah aku untuk terkabulkannya keinginanmu dengan banyak sujud kepada Allah”. ([70])
- Malaikat tetap selalu mendoakan orang yang sholat selama ia masih di tempat sholatnya, bahkan ia masih dianggap tetap sholat selama yang menahannya adalah sholat.
Nabi bersabda :
وَالمَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ الَّذِي يُصَلِّي فِيهِ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ، مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ، وَقَالَ: أَحَدُكُمْ فِي صَلاَةٍ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ
“Dan para malaikat mendoakan salah seorang dari kalian selama ia tetap di tempat sholatnya yang ia sholat di situ. (Malaikat berkata) Ya Allah ampunilah dia, ya Allah rahmatilah dia selama ia tidak berhadats”. Dan Nabi berkata, “Salah seorang dari kalian tetap dalam sholat selama sholat yang menahannya (sehingga tidak pulang)” ([71])
- Barang siapa yang ke Masjid -sebagaimana kebiasaannya sholat berjamaáh- lalu ia mendapati jamaáh telah selesai sholat, maka ia tetap mendapatkan pahala sholat berjamaáh.
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ، ثُمَّ رَاحَ فَوَجَدَ النَّاسَ قَدْ صَلَّوْا أَعْطَاهُ اللَّهُ جَلَّ وَعَزَّ مِثْلَ أَجْرِ مَنْ صَلَّاهَا وَحَضَرَهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَجْرِهِمْ شَيْئًا
“Barang siapa yang berwudhu lalu membaguskan wudhunya, kemudian keluar lalu ia mendapati orang-orang telah selesai sholat maka Allah tetap memberikan kepadanya seperti pahala orang-orang yang sholat dan hadir ikut sholat berjamaáh, dan tidak mengurangi pahala mereka sama sekali” ([72])
- Shalat merupakan bentuk kasih sayang Allah azza wa jalla kepada para hambaNya yang beriman. Melalui ibadah ini Allah menganugrahkan kepada mereka kasih sayangNya. Dengan ibadah ini seorang hamba benar-benar akan merasakan kasih sayang Allah.
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ.
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah rasul, supaya kamu diberi rahmat.” ([73])
Dapatkan Informasi Seputar Shalat di Daftar Isi Panduan Tata Cara Sholat Lengkap Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
_______________________
([1]) Lihat: Ta’dzimusshalah hal.5
Makna shalat adalah cahaya diantaranya :
- Sholat adalah cahaya yang membimbing kepada kebenaran sehingga mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
- Orang yang sholat akan diberikan cahaya baginya pada kegelapan hari kiamat di padang mahsyar (lihat Syarh al-Árbaín, al-Útsaimin hal 222)
- Sholat menyinari hati, sehingga menjadi berseri dan lapang, karena orang yang sholat hatinya fokus kepada Allah.
- Orang yang shalat wajahnya akan bersinar pada hari kiamat, dan ini mengisyaratkan tentang hadits orang yang berwudhu akan ada ghurroh (cahaya) di wajahnya (Lihat Ikmaal al-Mu’lim Bi Fawaaidi Muslim, al-Qoodhi Íyaadh 2/8)
- dan di dunia wajahnya berseri-seri (Lihat penjelasan An-Nawawi di Al-Minhaaj 3/101), dan telah datang hadits maudhu’ (palsu) yang mendukung makna ini yaitu مَنْ كَثُرَتْ صَلاَتُهُ بِاللَّيْلِ؛ حَسُنَ وَجْهُهُ بِالنَّهَارِ “Barang siapa yang banyak sholatnya di malam hari maka wajahnya indah di siang hari”, hadits ini dinyatakan palsu oleh Al-Albani (Ad-Dhoíifah no 4644). Akan tetapi makna hadits ini benar (Lihat Ikmaal al-Mu’lim Bi Fawaaidi Muslim, al-Qoodhi Íyaadh 2/8)
- Sholat sebagai cahaya di kuburan (lihat Mirqoot al-Mafaatiih 1/342)
- Sholat sebagai cahaya untuk melewati shiroth (lihat At-Taisiir bi Syarh al-Jaami’ as-Shogiir 1/506)
Dengan demikian maka sholat adalah cahaya mencakup cahaya di hati, cahaya di wajah (di dunia maupun di akhirat), cahaya hidayah, cahaya di kuburan, cahaya di padang mahsyar, dan cahaya di atas shiroth. Karena nash hadits (وَالصَّلَاةُ نُورٌ) mencakup seluruh makna tersebut (Lihat Dzakhiirotul Úqba fi Syarh al-Mujtaba 21/388)
([3]) HR. Ahmad no 6576 dengan sanad yang hasan
([4]) HR Abu Daud no 561 dan at-Tirmidzi no 223 dan dishahihkan oleh al-Albani
([5]) Lihat: Ta’dzimusshalah hal.6
([7]) Lihat: Ta’dzimusshalah hal.6
([9]) Lihat: Ta’dzimusshalah hal.6, Sholatul mukmin hal.107
([11]) Lihat: Ta’dzimusshalah hal.6, Shalatul Mukmin hal.107
([12]) HR. Thabrani no.1859 dishahihkan oleh Al-Albani no.2573 di Shahihul Jami’
([13]) HR. An-Nasa’i no.322, Tirmidzi no.413 dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shohihul Jami’ As-Shoghir wa ziyadatihi juz:1, hal:405
([14]) Lihat Shalatul Mukmin hal.108
([15]) HR. Ahmad no.22160, dishahihkan oleh Al-Albani no.5075 di dalam Shohih Al-Jami’
([16]) HR. Thabrani no.387 di dalam Al-Mu’jam As-Shagir, Didha’ifkan oleh Al-Albani no.1824 di dalam Dho’iful Jami’
([17]) HR. Tirmidzi dan Hakim, Dihasankan oleh Al-Albani no.2575 di dalam Shahihul Jami’
([18]) HR Ath-Thabrani no.7182 di dalam Mu’jam Al-Kabir, Al-Khara’itiy di dalam Makarimal Akhlaq no.171, dishahihkan oleh Al-Albani dalam silsilah ahadits shahihah no. 1739
([19]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.108
([20]) HR. Ahmad no.26483. Dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Irwa’ul Ghalil no.2178)
([21]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.108
([23]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.109
([26]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.109
([27]) HR. Bukhari no.8, Muslim no.19, Tirmidzi no.2609
([28]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.109
([29]) HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani
([30]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.109
([31]) HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani
([32]) HR. Bukhari no.7515, Muslim no. 162
([33]) HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani
([35]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.109
([37]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.109
([39]) HR. Abu Dawud no.495, dihasankan oleh Al-Albani di dalam Shohihul Jami’ no.5868.
([40]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.110
([43]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.111
([45]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.111
([48]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.111
([52]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.112
([55]) Lihat: Ta’dzimusshalah hal.6
([57]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.115
([60]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.111
([62]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.111
([64]) HR. Abu Dawud no.563 Syaikh Al-Albani berkata: hadits shohih
([65]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.117
([66]) HR. Bukhari no.662, Muslim no.669
([67]) Lihat: Sholatul Mukmin hal.118
([68]) HR. Abu Dawud no.558 Syaikh Al-Albani berkata: hadits hasan
([71]) HR al-Bukhari no 2119 dan Muslim no 649