Shalat Pertama Yang Rasulullah Kerjakan Menghadap Ka’bah
Telah datang riwayat-riwayat yang menunjukan bahwa tatkala turun ayat tentang perubahan kiblat maka terjadi perubahan kiblat di masjid-masjid yang ada tatkala itu di kota Madinah. Diantaranya Masjid Nabawi([1]), Masjid Quba([2]), dan Masjid Bani Salimah([3]). Menurut Ibnu Hajar rahimahullah Masjid pertama kali yang mengalami perubahan kiblat adalah Masjid Banu Salimah, yaitu ketika Nabi sedang sholat duhur di situ, jadi perubahan kiblat terjadi ditengah-tengah Nabi sedang shalat dzhuhur. Setelah itu Nabi sholat ashar di Masjid Nabawi maka langsung menghadap Ka’bah sejak awal shalat. Adapun para penduduk Quba di Masjid Quba maka mereka baru menerima kabar keesokan harinya tatkala mereka sedang sholat subuh.
Ibnu Hajar berkata,
وَالتَّحْقِيقُ أَنَّ أَوَّلَ صَلَاةٍ صَلَّاهَا فِي بَنِي سَلِمَةَ لَمَّا مَاتَ بِشْرُ بْنُ الْبَرَاءِ بْنِ مَعْرُورٍ الظُّهْرُ وَأَوَّلُ صَلَاةٍ صَلَّاهَا بِالْمَسْجِدِ النَّبَوِيِّ الْعَصْر وَأما الصُّبْح فَهُوَ من حَدِيث ابن عُمَرَ بِأَهْلِ قُبَاءٍ
“Yang benar bahwasanya sholat yang pertama kali dilakukan oleh Nabi shallallahu álaihi wasallam (tatkala datang perintah merubah kiblat) di Bani Salimah ketika Bisyr bin al-Baroo’ bin Ma’ruur wafat adalah sholat dzhuhur. Dan sholat pertama yang Nabi kerjakan di Masjid Nabawi adalah sholat ashar. Adapun sholat subuh maka berdasarkan hadits Ibnu Umar yaitu di Masjid Quba” ([4]) Yaitu di Quba pada waktu shalat subuh keesokan harinya ([5]).
Ibnu Katsir berkata :
وَذَكَرَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ الْمُفَسِّرِيْنَ وَغَيْرِهِمْ: أَنَّ تَحْوِيْلَ الْقِبْلَةِ نَزَلَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَقَدْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ، وَذَلِكَ فِي مَسْجِدِ بَنِي سَلِمَةَ، فَسُمَّيَ مَسْجِدَ الْقِبْلَتَيْنِ
“Banyak ahli tafsir dan para ulama yang lainnya menyebutkan bahwa (perintah) perubahan qiblat turun kepada Rasulullah shallallahu álaihi wasallam sementara Nabi telah sholat dua rakaát dari sholat dzuhur, yaitu di Masjid Bani Salimah. Maka dinamakanlah Masjid tersebut dengan Masjid al-Qiblatain” ([6])
Terjadinya perubahan kiblat pada pertengahan bulan Rojab tahun kedua hijriyah menurut pendapat jumhur (mayoritas) ulama([7])
Dapatkan Informasi Seputar Shalat di Daftar IsiPanduan Tata Cara Sholat Lengkap Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
_______________________
([1]) Diantaranya hadits Al-Baroo’ bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu, beliau berkata :
وَأَنَّهُ «صَلَّى قِبَلَ بَيْتِ المَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا، أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا، وَكَانَ يُعْجِبُهُ أَنْ تَكُونَ قِبْلَتُهُ قِبَلَ البَيْتِ، وَأَنَّهُ صَلَّى أَوَّلَ صَلاَةٍ صَلَّاهَا صَلاَةَ العَصْرِ، وَصَلَّى مَعَهُ قَوْمٌ»
“Bahwasanya Nabi shallallahu álaihi wasallam sholat ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan, dan beliau suka jika kiblat ke arah Ka’bah. Dan beliau sholat pertama kali (sholat menghadap Ka’bah) adalah sholat ashar dan sekelompok orang sholat bersama beliau” (HR Al-Bukhari no 40)
Ibnu Katsir berkata :
([2]) Diantaranya hadits Ibnu Umar, beliau berkata :
بَيْنَا النَّاسُ بِقُبَاءٍ فِي صَلاَةِ الصُّبْحِ، إِذْ جَاءَهُمْ آتٍ، فَقَالَ: «إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أُنْزِلَ عَلَيْهِ اللَّيْلَةَ قُرْآنٌ، وَقَدْ أُمِرَ أَنْ يَسْتَقْبِلَ الكَعْبَةَ، فَاسْتَقْبِلُوهَا»، وَكَانَتْ وُجُوهُهُمْ إِلَى الشَّأْمِ، فَاسْتَدَارُوا إِلَى الكَعْبَةِ
“Tatkal orang-orang sedang sholat subuh di Masjid Quba’, tiba-tiba datang seseorang lalu berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu álaihi wasallam telah diturunkan kepadanya malam kemarin suatu ayat Qurán, dan ia diperintahkan untuk menghadap Ka’bah, maka hendaknya kalian menghadap Ka’bah”. Awalnya wajah mereka menghadap Syaam (Baitul Maqdis) maka merekapun berputar untuk menghadap Ka’bah” (HR Al-Bukhari no 403 dan Muslim no 526)
([3]) Berdasarkan riwayat yang disebutkan oleh Ibnu Saád. Beliau berkata :
وَيُقَالُ: بَلْ زَارَ رَسُولُ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلم أُمَّ بِشْرِ بْنِ الْبَرَاءِ بْنِ مَعْرُورٍ فِي بَنِي سَلِمَةَ فَصَنَعَتْ لَهُ طَعَامًا وَحَانَتِ الظُّهْرُ فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلم بِأَصْحَابِهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أُمِرَ أَنْ يُوَجِّهَ إِلَى الْكَعْبَةِ فَاسْتَدَارَ إِلَى الْكَعْبَةِ وَاسْتَقْبَلَ الْمِيزَابَ فَسُمِّيَ الْمَسْجِدُ: مَسْجِدُ الْقِبْلَتَيْنِ
“Dan dikatakan bahwasanya Rasulullah shallallahu álaihi wasallam menziarahi Ummu Bisyr bin al-Baroo’ bin Ma’ruur di kampung Bani Salimah. Maka ia membuatkan makanan untuk Nabi shallallahu álaihi wasallam lalu tiba waktu dzhuhur. Maka Rasululah shallallahu álaihi wasallam sholat mengimami para shahabat dua rakaát pertama, kemudian beliau diperintahkan untuk menghadap Ka’bah maka Nabipun berputar untuk menghadap Ka’bah dan beliau menghadap Mizab. Maka Masjid (di kampung Bani Salimah) tersebut dinamakan dengan Masjid al-Qiblatain” (At-Thobaqoot 1/241-242).
Riwayat inilah yang dinukilkan oleh para ulama diantaranya Ibnul Jauzi (Lihat Kasyful Musykil, 1/461) dan Ibnu Hajar (lihat Fathul Baari 1/503). Namun riwayat ini disampaikan oleh Ibnu Sáad tanpa sanad.
([5]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir 1/460.
Ibnu Umar berkata:
بَيْنَا النَّاسُ بِقُبَاءٍ فِي صَلاَةِ الصُّبْحِ، إِذْ جَاءَهُمْ آتٍ، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أُنْزِلَ عَلَيْهِ اللَّيْلَةَ قُرْآنٌ، وَقَدْ أُمِرَ أَنْ يَسْتَقْبِلَ الكَعْبَةَ، فَاسْتَقْبِلُوهَا، وَكَانَتْ وُجُوهُهُمْ إِلَى الشَّأْمِ، فَاسْتَدَارُوا إِلَى الكَعْبَةِ
Ketika orang-orang berada di Quba’ mengerjakan shalat shubuh, tiba-tiba datang seseorang kepada mereka seraya berkata: “Sesungguhnya telah diturunkan wahyu kepada Rasulullah, beliau telah diperintahkan agar menghadap Ka’bah, maka menghadaplah ke Ka’bah. Sebelumnya mereka menghadap ke Syam, lalu berputar menghadap ke Ka’bah. (H.R. Bukhari no.403 dan Muslim no.526.)
Begitu juga dengan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bara’ bin ‘Azib, beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى نَحْوَ بَيْتِ المَقْدِسِ، سِتَّةَ عَشَرَ أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ أَنْ يُوَجَّهَ إِلَى الكَعْبَةِ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ}، فَتَوَجَّهَ نَحْوَ الكَعْبَةِ “، وَقَالَ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ، وَهُمُ اليَهُودُ: {مَا وَلَّاهُمْ} عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا، قُلْ لِلَّهِ المَشْرِقُ وَالمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ فَصَلَّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ، ثُمَّ خَرَجَ بَعْدَ مَا صَلَّى، فَمَرَّ عَلَى قَوْمٍ مِنَ الأَنْصَارِ فِي صَلاَةِ العَصْرِ نَحْوَ بَيْتِ المَقْدِسِ، فَقَالَ: هُوَ يَشْهَدُ: أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَّهُ تَوَجَّهَ نَحْوَ الكَعْبَةِ، فَتَحَرَّفَ القَوْمُ، حَتَّى تَوَجَّهُوا نَحْوَ الكَعْبَة
Dahulu Rasulullah mendirikan shalat dengan menghadap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan. Rasulullah lebih suka menghadap kiblat ke arah ka’bah. Lalu Allah menurunkan ayat: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit.” Lalu beliau menghadap ke Ka’bah. Orang-orang bodoh dari golongan yahudi berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allahlah timur dan barat, Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya ke jalan yang lurus.” Setelah itu ada seseorang lelaki yang shalat bersama Nabi, kemudian setelah selesai dia keluar, lalu melewati suatu kaum dari Anshar yang mengerjakan shalat ‘ashar menghadap Baitul Maqdis. Lalu dia berkata bahwa dia bersaksi telah mengerjakan shalat bersama Rasulullah dan menghadap ke arah Ka’bah. Setelah itu kaum tersebut berputar hingga menghadap ke arah Ka’bah. (H.R. Bukhari no.399)