Doa agar diberi beban sesuai kesanggupan
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
rabbanā lā tu`ākhiżnā in nasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ ‘alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa’fu ‘annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah([1]). Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami([2]). Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami([3]). Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Qs. Al-Baqarah: 286)
___________
([1]) Arti dari رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
Syaikh As-Sa’dy menjelaskan terdapat perbedaan antara an-nisyan dan al-khotho’, an-nisyan adalah lupanya hati dari apa yang diperintahkan sehingga ia meninggalkan apa yang diperintahkan karena lupa. Adapun al-khotho’ adalah bermaksud untuk melakukan perbuatan yang diperbolehkan kemudian terjatuh ke dalam perbuatan yang tidak diperbolehkan . dan keduanya ini dimaafkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala pada umat ini karena rahmat dan kebaikan-Nya. (lihat: Tafsir As-Sa’dy hal: 120)
([2]) Berkata Syaikh As-Sa’dy bahwa sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah meringankan kepada umat ini pada perintah-perintah dalam bersuci dan perkara-perkara ibadah yang tidak Allah subhanahu wa ta’ala ringankan kepada umat sebelumnya. (lihat: Tafsir As-Sa’dy hal: 120)
([3]) Dengan ampunan Allah subhanahu wa ta’ala seorang hamba bisa terhindar dari perkara-perkara yang dibenci dan perkara-perkara buruk, dan dengan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala seorang hamba bisa memperolah perkara-perkara yang baik. (lihat: Tafsir As-Sa’dy hal: 120)