Doa memohon anak shalih
Pertama (Doa Nabi Ibrahim a.s)
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Robbi hab lii minash-shoolihiin.”
“Ya Rabb-ku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ash-Shaffat [37]: 100).
Kedua (Doa Nabi Zakariya a.s)
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Robbi hab lii mil-ladunka dzurriyyatan thoyyibah, innaka samii’ud-du’aa’.”
“Ya Rabb-ku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS. Ali Imran [3]: 38) ([1])
Ketiga (Doa Nabi Zakariya a.s)
Yaitu doa minta punya anak.
رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
“Robbi laa tadzarnii fardan, wa anta khoirul waaritsiin.”
“Ya Rabb-ku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), dan Engkaulah ahli waris yang terbaik.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 89)
Keempat
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Robbi auzi’nii an asykuro ni’matakallatii an’amta ‘alayya wa ‘alaa waalidayya wa an a’mala shoolihan tardhoohu, wa ashlih lii fii dzurriyyatii, innii tubtu ilaika wa innii minal muslimiin.”
“Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 15) ([2]).
________________________________
([1]) Ini adalah doa Nabi Zakaria yang Allah subhanahu wa ta’ala beri ujian berupa tidak memiliki keturunan hingga ia berusia tua, sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam firman-Nya,
ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَه زَكَرِيَّا ۚ﴿۲﴾ إِذ نادى رَبَّهُ نِداءً خَفِيًّا ﴿٣﴾ قالَ رَبِّ إِنّي وَهَنَ العَظمُ مِنّي وَاشتَعَلَ الرَّأسُ شَيبًا وَلَم أَكُن بِدُعائِكَ رَبِّ شَقِيًّا ﴿٤﴾ وَإِنّي خِفتُ المَوالِيَ مِن وَرائي وَكانَتِ امرَأَتي عاقِرًا فَهَب لي مِن لَدُنكَ وَلِيًّا ﴿٥﴾ يَرِثُني وَيَرِثُ مِن آلِ يَعقوبَ وَاجعَلهُ رَبِّ رَضِيًّا﴿٦﴾
“Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (QS. Maryam: 2-6)
Dan Al-Qurthubi menjelaskan dari anak yang baik ini adalah keturunan yang saleh lagi diberkahi, dan maksud dari Allah subhanahu wa ta’ala mendengarkan doa adalah Allah subhanahu wa ta’ala maha mengabulkan doa. Dan ayat ini menunjukkan bahwa berdoa meminta anak adalah sunnahnya para rasul. (lihat: Tafsir Al-Qurthuby 4/72)
([2]) doa ini termaktub dalam surah al-Ahqaf: 15,
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.”
Di dalamnya Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan hambanya untuk berbakti kepada kedua orang tuanya bahkan hingga dewasa untuk tetap berbakti kepada kedua orang tuanya. At-Thahir ibnu ‘Asyur menjelaskan tentang doa ini bahwa artinya adalah meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk menambahkan pada dirinya bisa berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan memberikannya ilham untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan kepadanya dan juga kepada kedua orang tuanya. (lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir 26/31)
Beliau menjelaskan mengapa disebutkan penyebutan “dewasa” dalam berbakti kepada kedua orang tuanya karena saat itu seorang anak lelaki memiliki tanggungan dalam mencari rezeki untuk istri anak, dan juga anak wanita memiliki tanggungan yang banyak dalam mengurus suami, rumah dan anak, sehingga pada usia dewasa adalah waktu perkiraannya disibukkannya mereka dengan tanggungan-tanggungan dan menyebabkan lali dalam berbakti kepada kedua orang tua, maka dengan ayat ini mereka diperingatkan agar tidak luput dari berbakti kepada kedua orang tua. Dan juga dalam ayat ini mereka diperintahkan untuk mendoakan kedua orang tuanya. (lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir 26/32)
Dan beliau juga menjelaskan selain mereka diperintahkan untuk mendoakan kedua orang tuanya maka jangan sampai mereka lalai dari memikirkan ke depannya dalam memperhatikan keturunan mereka sebagaimana orang tuanya dahulu memperhatikan mereka, agar kelak mereka mendapatkan kebaikan anak-anak mereka sebagaimana mereka berbuat baik kepada orang tuanya.( lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir 26/33)