104. ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
allażīna ḍalla sa’yuhum fil-ḥayātid-dun-yā wa hum yaḥsabụna annahum yuḥsinụna ṣun’ā
104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
Tafsir :
Allah menjelaskan bahwa dalam ayat ini orang yaling merugi tersebut adalah orang yang sesat namun menyangka telah melakukan amalan yang terbaik. Ada orang yang bermaksiat dan dia tahu bahwasanya dia telah merugi ketika melakukan kemaksiatan. Namun ada orang yang ketika di dunia merasa dirinya orang saleh dan padahal sejatinya dia adalah orang yang sesat, maka orang yang seperti ini adalah orang yang paling merugi, karena di dunia dia merasa benar dan merasa menjadi orang saleh, ternyata di akhirat dia masuk neraka jahanam. Ini juga dalil bahwasanya tidak semua orang yang sesat merasa dia telah sesat. Kita lihat orang-orang Nasrani yang jumlahnya lebih banyak dari umat Islam, mereka merasa benar dan mereka juga merasa kita adalah orang yang sesat, mereka menganggap kita domba-domba yang tersesat. Mereka yakin bahwasanya mereka akan masuk surga, bahkan menyakini dosa mereka telah ditebus oleh nabi Isa, akan tetapi apakah keyakinan dan perasaan benar tersebut membuat mereka selamat? Sama sekali tidak, justru mereka adalah orang yang paling merugi. Oleh karenanya banyak Ahli Tafsir mengatakan bahwa orang yang paling merugi adalah Yahudi dan Nasrani([1]), mereka merasa bahwa diri mereka adalah orang yang paling hebat, namun ternyata mereka adalah orang yang masuk ke dalam neraka jahanam. Orang Yahudi merasa dia adalah orang yang paling hebat dan merasa hanya dia lah yang masuk surga, adapun yang lain tidak masuk surga. Begitu juga orang Nasrani yang merasa hanya mereka yang akan masuk surga, karena mereka beriman kepada nabi Isa dan menganggap selainnya tidak ada jaminan keselamatan. Oleh karenanya Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan,
فَرِيقًا هَدَىٰ وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلَالَةُ ۗ إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
“Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-A’raf: 30)
Jadi ada penghuni neraka jahanam yang merasa diri mereka di dunia adalah benar, dan ini sangat banyak di zaman sekarang.
Seperti yang dijelaskan bahwa para ulama sepakat yang dimaksud dalam ayat ini adalah Ahlu Kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani. Lalu mereka berbeda pendapat tentang Ahlul Bid’ah seperti Khowarij, sebagian Ahlu Tafsir memasukkan Khowarij juga ke dalam ayat ini meskipun mereka tidak sampai kafir seperti Yahudi dan Nasrani([2]). Karena Khowarij mengaku beriman, bahkan mereka mengkafirkan orang yang ada di luar kelompok mereka. Mereka adalah orang yang sangat banyak beribadah, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa mereka adalah anjing-anjing neraka([3]). Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa orang-orang Khowarij tidak masuk ke dalam ayat ini karena ayat ini berkaitan dengan orang-orang kafir. Akan tetapi kita katakan bahwa kesalahan mereka sejenis dengan kesalahan Yahudi dan Nasrani, yaitu sama-sama merasa benar ternyata mereka salah. Banyak sekali di zaman sekarang orang yang beribadah dengan akal dan perasaan dan mereka tidak mau beribadah dengan keinginan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya. Mereka beribadah dengan cara sendiri, kemudian mencari dalil untuk pembenaran ibadah tersebut, yang pada dasarnya ibadah tersebut hanya keinginan mereka sendiri. Adapun kita, kita berusaha beribadah sesuai dengan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya, bukan kehendak pribadi.
Jadi inilah orang-orang yang paling merugi, di antaranya adalah Yahudi dan Nasrani yang merasa diri mereka benar, namun ternyata mereka masuk neraka jahanam. Oleh karenanya Ibnu Katsir menyebutkan riwayat dari Umar bin Al-Khotthob dalam tafsir surah Al-Ghosyiyah, ketika Umar melihat pendeta yang sudah tua maka Umar menangis, lalu ia ditanya: Wahai Umar, mengapa Anda menangis? Lalu dia menjawab: Aku ingat firman Allah subhanahu wa ta’ala,
عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةً
“bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka),” (QS. Al-Ghasyiyah: 3-4)
Mereka sudah bekerja berletih di dunia, namun ternyata mereka masuk neraka jahanam. Seperti pendeta Nasrani yang sudah tua tersebut yang mereka tidak menikah, menjauhi kenikmatan dunia, dan mereka hanya tinggal di tempat ibadah, ternyata mereka masuk neraka jahanam. Hal ini yang membuat Umar sangat sedih melihat kondisi mereka. ([4])
_______________
Footnote :
([1]) lihat: Tafsir Al-Qurthubi 11/66
([2]) Lihat: Fathul Qodir 3/373