62. فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَىٰهُ ءَاتِنَا غَدَآءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبًا
fa lammā jāwazā qāla lifatāhu ātinā gadā`anā laqad laqīnā min safarinā hāżā naṣabā
62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”.
Tafsir :
Nabi melanjutkan kisahnya :
فَانْطَلَقَا بَقِيَّةَ يَوْمِهِمَا وَلَيْلَتِهِمَا، وَنَسِيَ صَاحِبُ مُوسَى أَنْ يُخْبِرَهُ، فَلَمَّا أَصْبَحَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ، قَالَ لِفَتَاهُ: آتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا، قَالَ وَلَمْ يَنْصَبْ حَتَّى جَاوَزَ الْمَكَانَ الَّذِي أُمِرَ بِهِ،
“Akhirnya mereka berdua melanjutkan perjalanannya siang dan malam. Rupanya murid Nabi Musa lupa untuk memberitahukannya. Pada pagi harinya, Nabi Musa berkata kepada muridnya; ‘Bawalah makanan kita kemari! Sesungguhnya kita merasa letih karena perjalanan kita ini.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: ‘ Musa belum lelah kecuali setelah melewati tempat yang diperintahkan untuk mencarinya”.
Padahal Nabi Musa ‘alaihissalam dan Yusya’ bin Nun tidak pernah letih sebelumnya, namun ketika mereka berdua melewati lokasi yang seharusnya mereka berhenti, maka Allah menjadikan mereka berdua tiba-tiba capek dan Musapun tiba-tiba menjadi lapar.
Sebagaimana kita ketahui, betapa kuatnya nabi Musa ‘alaihissalam yang sekali memukul seseorang, bisa langsung mati orang tersebut. Namun Allah menjadikan nabi Musa letih setelah melewati tempat yang seharusnya menjadi tempat untuk berhenti. Hal ini menunjukan perhatian Allah kepada Musa agar beliau tidak kejauhan meninggalkan lokasi yang seharusnya([1]). Seandainya nabi Musa tidak merasa lapar dalam jangka waktu yang lama maka tentunya ia akan semakin jauh meninggalkan lokasi yang ia cari. Disebutkan dalam Perjanjian Lama dalam Injil bahwa nabi Musa ketika datang memenuhi panggilan Rabnya selama 40 hari, nabi Musa tidak makan([2]). Dia kuat dalam rangka memenuhi panggilan Rabnya Subhanahu wa ta’ala. Inilah perhatian Allah subhanahu wa ta’ala kepada orang yang saleh, begitu nabi Musa melewati batas yang seharusnya dia berhenti namun terlewati, maka Allah subhanahu wa ta’ala memberikannya rasa lapar sebagai sinyal. Betapa banyak orang yang ditolong oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara seperti ini. Karenanya jika seseorang menjalankan perintah Allah maka Allah akan memudahkannya untuk mencapai tujuannya, jika ia salah menuju tujannya maka Allah akan mengingatkan dengan cara yang terkadang tidak disadari oleh sang hamba.
Kemudian firman-Nya,
آتِنَا غَدَاءَنَا
“Bawalah kemari makanan kita.”
Para ulama mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa Musa dan pembantunya makan dari jenis makanan yang sama([3]). Oleh karenanya disunnahkan agar pembantu kita memakan dengan makanan yang sama kita makan. Dengan begitu kita lebih merendah diri dan lebih menghargai pembantu kita.
Kemudian firman-nya,
لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا
“Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”
Ini menunjukkan bolehnya bagi seseorang untuk menyebutkan kondisinya tapi bukan dalam rangka mengeluh([4]). Karena berbeda antara mengabarkan kondisi dengan berkeluh kesah kepada manusia, karena yang kedua Allah subhanahu wa ta’ala tidak suka, sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala firmankan,
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS. Al-Ma’arij: 19)
______________
Footnote :
([1]) Lihat at-Tahrir wa at-Tanwir 15/362
([2]) Disebutkan juga oleh Ibnu ‘Athiyyah dalam tafsirnya 3/529