Adab-adab ketika Iktikaf
Di antara adab-adab iktikaf antara lain:
- Ikhlas kepada Allah ﷻ
Iktikaf adalah ibadah, maka kita perlu untuk ikhlas dalam beriktikaf. Seseorang perlu berusaha untuk tetap ikhlas menjalani ibadah iktikaf tersebut, karena ini adalah ibadah yang berat dan membutuhkan perjuangan. Jangan sampai seseorang bermudah-mudahan dalam menganggap dirinya ikhlas, sementara ikhlas itu sendiri merupakan perkara yang berat dan mudah berubah-ubah. Sufyan Ats-Tsauryrahimahullah berkata,
مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَّتِي؛ لِأَنَّهَا تَنْقَلِبُ عَلَيَّ
“Tidak pernah aku berjuang memperbaiki sesuatu yang lebih berat bagi diriku seperti memperbaiki niatku, karena niat selalu berubah-ubah.”([1])
Jika para salaf saja takut terhadap niat mereka, maka kita juga harus wajib waspada terhadapnya. Kita harus senantiasa berusaha untuk menyembunyikan amal saleh agar keikhlasan tetap terjaga. Maka tidak perlu bagi kita untuk menyampaikan dan menggembor-gemborkan kepada orang lain bahwa kita hendak atau sedang beriktikaf.
- Bertekad untuk mencari malam lailatulqadar
Tujuan utama seorang hamba beriktikaf di antaranya adalah untuk mencari malam lailatulqadar. Bahkan, Nabi Muhammad ﷺ pernah beriktikaf sebulan penuh untuk mencari lailatulqadar. Diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
اعْتَكَفَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ عَشْرَ الأُوَلِ مِن رَمَضَانَ واعْتَكَفْنَا معهُ، فأتَاهُ جِبْرِيلُ، فَقالَ: إنَّ الذي تَطْلُبُ أمَامَكَ، فَاعْتَكَفَ العَشْرَ الأوْسَطَ، فَاعْتَكَفْنَا معهُ فأتَاهُ جِبْرِيلُ فَقالَ: إنَّ الذي تَطْلُبُ أمَامَكَ
“Rasulullah ﷺ beriktikaf di sepuluh malam pertama di bulan Ramadan, dan kami pun beriktikaf bersamanya. Maka datanglah kepadanya Jibril dan berkata, ‘Sesungguhnya yang engkau cari di depanmu’, maka beliau beriktikaf di sepuluh malam kedua dan kami pun beriktikaf bersamanya. Maka datanglah kepadanya Jibril dan berkata “sesungguhnya yang engkau cari di depanmu.”([2])
Akhirnya, Nabi Muhammad ﷺ pun beriktikaf sebulan penuh hanya untuk mencari malam lailatulqadar. Maka dari itu, seseorang dari awal iktikafnya harus bertekad kuat untuk mendapatkan malam tersebut, agar lebih bersemangat dan serius dalam menjalankan Iktikaf, sebab hal ini pulalah yang menjadi niat utama Nabi Muhammad ﷺ dalam iktikaf.
- Memutuskan hubungan dengan makhluk untuk fokus beribadah kepada Allah ﷻ
Poin utama atau ruh dari iktikaf adalah memutuskan hubungan dengan makhluk untuk fokus beribadah dengan sang Khaliq (Allah). Inilah hakikat iktikaf, yaitu fokus untuk beribadah kepada Allah ﷻ.
Dari sini kita harus waspada terhadap media sosial yang bisa menyita banyak waktu. Jangan sampai jasad kita berada di dalam masjid akan tetapi kita fokus terhadap hal-hal lain yang tidak bermanfaat. Sesungguhnya hal ini benar-benar bertentangan dari hakikat Iktikaf. Ini menjadi poin penting untuk diperhatikan agar selesai dari iktikaf kita bisa mendapatkan suatu kebahagiaan tersendiri ketika telah bisa berduaan dengan Allah ﷻ.
Seseorang yang beriktikaf harus dapat mengatur waktunya dalam berinteraksi dengan orang lain. Hendaknya ia berinteraksi seperlunya saja agar tidak membuang banyak waktu yang sebenarnya dapat dimaksimalkan untuk beribadah dan berduaan dengan Allah ﷻ. Alangkah baiknya juga seseorang membuat target dalam beriktikaf, seperti mengkhatamkan Al-Qur’an, membaca terjemah Al-Qur’an dari awal sampai akhir, atau ibadah lainnya.
- Memperbanyak shalat malam dan juga membaca Al-Qur’an
Tentunya hal ini dalam rangka untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, dan kondisi yang terbaik adalah seseorang membaca Al-Qur’an dalam shalatnya.
Manusia tentu memiliki kebosanan dalam melakukan suatu aktivitas. Maka, seseorang bisa melakukan variasi dalam hal ini. Ia bisa memaksimalkan waktunya dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an, membaca tafsirannya, atau yang lainnya. Semua ini bisa membuat seseorang semakin mendekatkan diri dan fokus beribadah kepada Allah ﷻ.
- Memperbanyak doa
Doa yang sangat dianjurkan dalam beriktikaf adalah,
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Memaafkan, mencintai pengampunan, maka Maafkan saya.”([3])
Terlebih lagi di sepertiga malam terakhir, maka kita harus memperbanyak doa karena waktu tersebut adalah waktu mustajab.
- Menyadarkan diri bahwasanya kita sedang beriktikaf
Seseorang harus menyadari bahwa dirinya sedang beriktikaf, sehingga ia bisa berhati-hati dengan lisan dan pandangannya. Begitu juga ia bisa berhati-hati terhadap media sosial yang sangatlah mudah diakses pada zaman sekarang untuk melihat hal-hal yang diharamkan.
Sesungguhnya kesempatan untuk kita bisa terus fokus dalam beribadah kepada Allah adalah ketika beriktikaf. Berbeda apabila kita berada di luar masjid, banyak hal yang bisa kita lihat yang akhirnya menjadikan kita jauh dari mengingat Allah ﷻ, atau bahkan menjatuhkan kita pada perbuatan maksiat dan dosa. Adapun ketika kita beriktikaf, hal-hal berbau maksiat dan yang tidak bermanfaat lainnya tidak akan kita jumpai selama kita bisa menjaga diri dari media sosial yang ada dalam genggaman kita. Maka jangan sampai kesempatan yang sangat berharga dalam iktikaf ini terlewat begitu saja.
Karya : Ustadz DR. Firanda Andirja, MA
Tema : Bekal Puasa
___________
Footnote:
([1]) Jami’ al-‘Ulum Wa al-Hikam (1/70) tahqiq al-Arnauth.
([2]) HR. Bukhari No. 813.
([3]) HR. Ibnu Majah No. 3850, dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani dalam ta’liqnya.