23. قُلْ هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۖ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
qul huwallażī ansya`akum wa ja’ala lakumus-sam’a wal-abṣāra wal-af`idah, qalīlam mā tasykurụn
23. Katakanlah: “Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.
Tafsir :
Sesungguhnya apa yang dikatakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam ayat ini benar adanya. Yang memberikan kita pendengaran dan penglihatan adalah Allah Subhanahu wa ta’ala. Kita diberikan pendengaran oleh Allah Subhanahu wa ta’ala tetapi kita gunakan bermaksiat seperti mendengar ghibah, namimah, musik, dan yang lainnya. Demikian pula Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan kepada kita penglihatan, akan tetapi kita gunakan untuk melihat hal-hal yang diharamkan. Padahal Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman,
أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ
“Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata.” (QS. Al-Balad : 8)
Artinya adalah mengingatkan bahwa mata tersebut dari Allah, sehingga jangan digunakan untuk bermaksiat. Karena bisa saja nikmat penglihatan itu bisa dicabut oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kapan saja. Oleh karena itu, hendaknya seseorang bertakwa atas pendengaran dan penglihatannya. Dan di antara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk hal tersebut adalah beliau berdoa,
اللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُوَّاتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا
“Ya Allah, berilah kami manfaat pada pendengaran kami, penglihatan kami dan kekuatan kami selagi kami hidup, dan jadikanlah itu semua tetap dengan kami dan terpelihara.”([1])
Maka dari itu hendaknya apa yang ada pada diri kita seluruhnya, kita syukuri karena itu semua adalah pemberian dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
_____________________
Footnote :