33. كَذَٰلِكَ ٱلْعَذَابُ ۖ وَلَعَذَابُ ٱلْءَاخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ
każālikal-‘ażāb, wa la’ażābul-ākhirati akbar, lau kānụ ya’lamụn
33. Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.
Tafsir :
Ayat ini merupakan peringatan bagi orang-orang kafir Quraisy, bahwasanya azab di akhirat itu lebih besar daripada azab di dunia. ([1])
Apa kaitan kisah Ashabul Jannah dan orang-orang kafir Quraisy? pada firman Allah ﷻ,
إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ
“Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekkah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun (Ashabul Jannah).” (QS. Al-Qalam : 17)
Para ulama menjelaskan bahwa sisi kemiripan Ashabul Jannah dengan orang-orang kafir Quraisy adalah Ashabul Jannah diberi kenikmatan oleh Allah ﷻ namun tidak mensyukurinya, adapun orang-orang kafir Quraisy juga diberi kenikmatan dengan diutusnya Nabi Muhammad ﷺ namun mereka juga tidak mensyukurinya. Di antara kenikmatan yang diberikan kepada orang-orang kafir Quraisy adalah mereka diberi kenikmatan keamanan di kota Mekkah; mereka dimudahkan dalam perdagangan; mereka diberi kenikmatan sebagai pengurus Ka’bah; dan kenikmatan terakhir adalah Allah ﷻ sempurnakan dengan diutusnya seorang Nabi dari kalangan mereka. Akan tetapi dengan semua ini mereka tidak bersyukur. Maka sebagaimana Ashabul Jannah yang tidak bersyukur dikirimkan teguran oleh Allah ﷻ, demikian pula orang-orang Quraisy dikirimkan teguran karena tidak bersyukur. ([2])
Oleh karenanya hal ini merupakan dalil bahwasanya ujian bukan hanya kekurangan dan kesulitan. Akan tetapi Allah ﷻ juga menamakan kenikmatan yang diperoleh Ashabul Jannah dan orang-orang kafir Quraisy sebagai ujian. Oleh karena itu kesehatan, kenikmatan, keamanan, dan yang lainnya juga termasuk ujian([3]).
Akan tetapi antara Ashabul Jannah dan orang-orang kafir Quraisy terdapat perbedaan. Bedanya adalah orang-orang kafir Quraisy tetap berada dalam kekufuran mereka meskipun telah datang teguran Allah ﷻ terhadap mereka. Adapun Ashabul Jannah sadar tatkala ditegur oleh Allah ﷻ, maka mereka langsung bertaubat kepada Allah ﷻ([4]). Bahkan sebagian Ahli Tafsir seperti As-Sa’di dan yang lainnya mengatakan bahwa zahirnya Allah ﷻ memberi ganti kepada Ashabul Jannah([5]). Bahkan ada yang mengatakan bahwa hari itu juga Allah ﷻ tumbuhkan kebun yang lebih baik daripada kebun yang Allah ﷻ hancurkan karena mereka kembali kepada Allah ﷻ([6]). Hal ini merupakan dalil bahwasanya ketika seseorang berbuat dosa dan sadar, kemudian dia kembali kepada Allah ﷻ, maka bisa jadi Allah ﷻ memberikan ganti dengan yang lebih baik sebagaimana yang dialami oleh Ashabul Jannah.
________________________
Footnote :
([1]) Tafsir Ibnu Katsir 8/197.
([2]) Lihat: Al-Kassyaf Li Az-Zamakhsyari 4/589 dan Tafsir Al-Qurthubiy 18/239.
([3]) Lihat: Tafsir Ar-Raziy 30/607.
([4]) Lihat: Tafsir Al-Baghawiy 8/197.