17. إِنَّا بَلَوْنَٰهُمْ كَمَا بَلَوْنَآ أَصْحَٰبَ ٱلْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا۟ لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ
innā balaunāhum kamā balaunā aṣ-ḥābal-jannah, iż aqsamụ layaṣrimunnahā muṣbiḥīn
17. Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akanmemetik (hasil)nya di pagi hari.
Tafsir :
Pada ayat ini Allah ﷻ memulai paragraf baru. Allah ﷻ menceritakan tentang suatu kaum yang Allah ﷻ beri kenikmatan, akan tetapi mereka tidak bersyukur sehingga Allah ﷻ mencabut kenikmatan tersebut dari mereka. Dalam buku-buku tafsir disebutkan Ashabul Jannah (para pemilik kebun) tersebut adalah sekelompok orang anak di negeri Yaman. Disebutkan bahwa mereka memiliki seorang ayah yang saleh. Setiap kali ayahnya memanen kebunnya, dia selalu menyisihkan sebagian hasilnya untuk orang miskin. Ketika ayah mereka meninggal, dan jatuhlah hak kepengurusan kebun tersebut ke tangan mereka sebagai anak-anaknya. Akan tetapi mereka tidak ingin melanjutkan kebiasaan baik ayahnya. Sehingga setiap kali mereka panen, mereka tidak ingin memberikan hasilnya kepada fakir miskin sama sekali. Lalu Allah menceritakan bahwa mereka bersumpah di antara mereka, pada keesokan hari mereka akan memanen hasil kebunnya yang banyak([1]).
_________________________
Footnote :