4. وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
wa innaka la’alā khuluqin ‘aẓīm
4. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Tafsir :
Hal ketiga yang Allah ﷻ ingin tekankan adalah Allah ingin memuji Nabi ﷺ bahwa dirinya berada dalam puncak akhlak mulia. Sungguh ini adalah hiburan bagi Nabi ﷺ yang sangat luar biasa. Beliau tidak pernah mencari pujian, akan tetapi beliau mendapat pujian tersebut, bahkan pujian tersebut datangnya dari Rabb semesta alam. Meskipun demikian, pujian Allah ﷻ tersebut tidak menjadikan beliau sebagai orang yang sombong dan angkuh. Padahal untuk memuji Nabi ﷺ, Allah ﷻ bersumpah terlebih dahulu.
Oleh karenanya tidak seperti yang dikatakan oleh orang-orang musyrikin bahwa Nabi ﷺ adalah orang gila. Namun demikianlah kebiasaan umat-umat terdahulu terhadap Nabi-Nabi mereka, Allah ﷻ berfirman,
كَذَٰلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ، أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ
“Demikianlah setiap kali seorang Rasul yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, mereka (kaumnya) pasti mengatakan, ‘Dia itu pesihir atau orang gila’. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Adz-Dzariyat : 52-53)
Sungguh ayat ini sangat menakjubkan. Umat Nabi Nuh ‘alaihissalam tidak pernah bertemu dengan kaum kafir Quraisy, akan tetapi Nabi Nuh ‘alaihissalam dikatakan orang gila, dan Nabi Muhammad ﷺ juga dikatakan sebagai orang gila. Umat Nabi Musa ‘alaihissalam juga tidak pernah bertemu dengan kaum kafir Quraisy, akan tetapi mereka sama-sama saling mengatakan Nabi yang diutus kepada mereka sebagai penhyihir. Oleh karenanya Allah ﷻ mengatakan bahwa seakan-akan semua umat bersepakat dan saling berwasiat agar menuduh Nabi-Nabi mereka sebagai orang gila. Padahal tidak demikian, yang ada adalah Iblis yang menggoda mereka masih sama, dan syubhat mereka juga masih sama.
Akhlak mulia Nabi ﷺ yang Allah ﷻ kabarkan dalam ayat ini adalah salah satu mukjizat Nabi dari sekian banyak mukjizat Nabi yang bisa kita dapatkan dalam kitab Dalail An-Nubuwwah. Karena akhlak Nabi ﷺ yang mulia adalah mukjizat, maka Allah ﷻ bersumpah dengan akhlak tersebut. Bahkan Allah ﷻ pernah bersumpah dengan umur Nabi ﷺ([1]), dan Allah tidak pernah bersumpah dengan umur siapa pun selain beliau, karena seluruh amalan Nabi ﷺ adalah teladan. Oleh karena itu, ketika ‘Aisyah radhiallahu ‘anha ditanya tentang akhlak Nabi, beliau mengatakan,
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
“Akhlak beliau adalah Alquran.”([2])
Maksudnya adalah semua ayat-ayat di dalam Alquran yang menganjurkan untuk melakukan kebaikan, maka yang mengamalkan dan mempraktikkannya terlebih dahulu adalah Nabi ﷺ. Demikian pula, semua ayat di dalam Alquran yang berisi larangan, maka Nabi ﷺ pula yang paling pertama menjauhinya. Artinya adalah seluruh ayat telah diamalkan oleh Rasulullah ﷺ. Ini adalah kesimpulan yang sangat indah yang diungkapkan oleh wanita yang sangat cerdas seperti ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. ([3])
Oleh karena itu, Islam memberi perhatian yang sangat besar terhadap akhlak. Karena yang ditekankan oleh Allah ﷻ sebagai pembelaan terhadap Nabi ﷺ atas bantahan bagi orang-orang musyrikin adalah dari sisi akhlak beliau yang mulia. Maka karena Islam memberi perhatian yang besar terhadap akhlak, maka kita pun hendaknya memiliki perhatian yang besar terhadap akhlak. Dengan berusaha menghiasi diri dengan akhlak-akhlak mulia. Sebagaimana Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat (di surga) kelak adalah orang yang terbaik akhlaknya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah tsartsarun, mutasyaddiqun dan mutafaihiqun.” Sahabat berkata: ‘Ya Rasulullah ﷺ, kami sudah tahu arti tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu siapa itu mutafaihiquun?” Beliau menjawab, ‘Orang yang sombong’.”([4])
Ini merupakan dalil bahwasanya akhlak yang mulia adalah barometer tingginya iman seseorang, dan begitu pula sebaliknya. Oleh karenanya hendaknya seseorang berhati-hati dalam berkata-kata secara lisan maupun tulisan, karena itu bisa menunjukkan tingkatan akhlaknya.
_____________________________
Footnote :
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Demi Umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka (kaum Nabi Luth) terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)” (QS Al-Hijr : 72)
Padahal ayat ini konteksnya sedang membicarakan tentang Nabi Luth álaihis salam dan kaumnya, akan tetapi ketika bersumpah Allah tidak bersumpah dengan Nabi Luth akan tetapi dengan Umur Nabi Muhammad shallallahu álaihi wasallam. Ini menunjukan akan agungnya umur Nabi, yaitu seluruh waktu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkah dan penuh keteladanan.
([3]) Lihat: Tafsir Al-Baghawiy 8/188 dan Tafsir Ibnu Katsir 8/189.