6. ذَٰلِكَ بِأَنَّهُۥ كَانَت تَّأْتِيهِمْ رُسُلُهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ فَقَالُوٓا۟ أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا فَكَفَرُوا۟ وَتَوَلَّوا۟ ۚ وَّٱسْتَغْنَى ٱللَّهُ ۚ وَٱللَّهُ غَنِىٌّ حَمِيدٌ
żālika bi`annahụ kānat ta`tīhim rusuluhum bil-bayyināti fa qālū abasyaruy yahdụnanā fa kafarụ wa tawallaw wastagnallāh, wallāhu ganiyyun ḥamīd
6. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-Rasul mereka membawa keterangan-keterangan lalu mereka berkata: “Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?” lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka). Dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Tafsir:
Ayat ini menjelaskan alasan kaum terdahulu diadzab yaitu kaum Nuh, kaum Hud, Kaum Shalih, kaum Fir’aun, kaum Musa yaitu karena telah datang kepada mereka para Rasul mendakwahkan kepada mereka untuk mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala dengan bukti-bukti yang banyak, dengan mukjizat-mukjizat yang ada pada para nabi. Jadi bukan hanya dengan penjelasan-penjelasan yang jelas saja, akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala menguatkannya dengan mendatangkan mukjizat-mukjizat akan tetapi mereka tetap tidak mau beriman bahkan mereka berkata أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا “Apakah (pantas) manusia yang memberi petunjuk kepada kami?”, seakan-akan mereka berkata mengapa tidak malaikat saja yang menjadi rasul yang kemudian memberi kami peringatan, mengapa harus manusia seperti kami yang menjadi utusan Allah([1]), dan mengapa kami yang berjumlah banyak harus mengikuti satu orang, dan mengapa harus dia yang dipilih dan bukan kami”, dan ungkapan-ungkapan ini sering mereka ucapkan seperti dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala,
فَقَالُوا أَبَشَرًا مِنَّا وَاحِدًا نَتَّبِعُهُ إِنَّا إِذًا لَفِي ضَلَالٍ وَسُعُرٍ
Maka mereka berkata: “Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita?” Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila”. QS. Al-Qomar: 24
Yang mana mereka tidak mau mengikuti para nabi, bahkan mereka menuduh para nabi seperti nabi Nuh, Shalih dan Hud bahwasanya mereka adalah orang-orang miskin yang tidak memiliki harta dan kekuasaan, sehingga mereka mencari kekuasaan dengan cara mengaku-ngaku sebagai nabi atau utusan Allah agar mereka mempunyai pengikut. Akhirnya Allah menjelaskan keadaan mereka فَكَفَرُوا وَتَوَلَّوْا yaitu mereka kafir dan berpaling. Lihatlah ketika berpaling dari ajaran nabi mereka malah menyembah batu, berhala, atau pohon([2]). Sungguh ini sangat aneh, otak mereka tidak bisa menerima untuk mengikuti ajaran para rasul namun otak mereka bisa menerima untuk menyembah berhala, otak mereka tidak bisa menerima agama Islam namun otak mereka bisa menerima jika sapi menjadi tuhan, dan itulah keadaan orang-orang musyrik dan ini menunjukkan betapa mahalnya hidayah, padahal mereka memiliki otak yang cerdas akan tetapi mereka tidak mau menerima ajaran nabi Muhammad dan tidak mau menerima Islam namun mereka mau menyembah manusia seperti mereka yang menyembah nabi Isa. Otak mereka tidak menerima ajaran Islam yang begitu indah namun mereka menerima untuk menyembah tuhan yang terbuat dari dengan berbagai macam bentuknya, dan inilah menunjukkan betapa berharganya hidayah. Dan keadaan ini juga sama didapati pada kaum musyrikin Quraisy mereka tidak menerima jika Muhammad adalah utusan Allah subhanahu wa ta’ala namun mereka menerima untuk menyembah berhala. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan bahwasanya Dia tidak butuh mereka karena Allah subhanahu wa ta’ala maha kaya, jika mereka tidak mau menyembah Allah subhanahu wa ta’ala maka tidak masalah, dan jika mereka menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala juga tidak masalah, maka Allah subhanahu wa ta’ala membinasakan mereka, dan Allah subhanahu wa ta’ala maha terpuji walaupun banyak yang menyekutukannya akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala tetap maha terpuji.
________
Footnote: