15. إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَٰدُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ
innamā amwālukum wa aulādukum fitnah, wallāhu ‘indahū ajrun ‘aẓīm
15. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Tafsir:
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan kembali bahwa harta-harta dan anak-anak adalah ujian bagi seorang hamba, dan kecintaan seseorang terhadap harta-harta dan anak-anak pada dasarnya adalah suatu yang wajar, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” QS. Al-Kahfi: 46
Maka kita lihat seseorang ketika memiliki anak maka dia akan bahagia dengan anak-anaknya, begitu juga kita lihat seseorang ketika memiliki harta yang banyak maka dia akan bahagia dengan hartanya, akan tetapi perlu diingat bahwa harta-harta dan anak-anak adalah ujian, semuanya adalah amanah dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk menguji seseorang. Maka hati-hati jangan sampai hal tersebut membuat seseorang menjadi jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Kemudian firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“dan di sisi Allah pahala yang besar.”
Maka seseorang harus bisa menghadapi ujian tersebut, menunaikan amanah tersebut, yaitu dengan membina anak-anaknya dengan baik, begitu pula dengan hartanya maka handaknya ia mengaturnya dengan baik. Maka jika seseorang telah melakukan hal tersebut dia akan mendapatkan ganjaran yang besar di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.