2. هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ فَمِنكُمْ كَافِرٌ وَمِنكُم مُّؤْمِنٌ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
huwallażī khalaqakum fa mingkum kāfiruw wa mingkum mu`min, wallāhu bimā ta’malụna baṣīr
2. Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Tafsir:
Perlu diketahui bahwa kita semua adalah ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala, dan Allah subhanahu wa ta’ala telah menakdirkan segalanya. Diantara manusia ada yang ditakdirkan menjadi kafir dan diantara manusia ada yang ditakdirkan beriman([1]). Semuanya dalam kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala dan semuanya dalam ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala. Ayat ini berbicara tentang beriman kepada takdir, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan,
” إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ، وَيُقَالُ لَهُ: اكْتُبْ عَمَلَهُ، وَرِزْقَهُ، وَأَجَلَهُ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الرُّوحُ، فَإِنَّ الرَّجُلَ مِنْكُمْ لَيَعْمَلُ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الجَنَّةِ إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ كِتَابُهُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، وَيَعْمَلُ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّارِ إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ “
“Sesungguhnya kalian dikumpulkan penciptaannya pada perut(rahim) ibunya berupa cairan mani selama 40 hari, kemudian berubah menjadi gumpalan darah selama 40 hari, lalu berubah menjadi segumpal daging selama 40 hari. Kemudian diutuslah malaikat lalu meniupkan ruh padanya dan ia(malaikat) diperintah dengan 4 perkara yaitu untuk menuliskan rizkinya, ajalnya, amalannya dan termasuk celaka atau bahagia. Demi Allah Yang tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, sungguh salah seorang diantara kalian beramal dwngan amalan penduduk surga sampai antara dia dengan surga hanya satu hasta namun kitab telah mendahuluinya maka ia pun beramal dengan amalan penduduk neraka maka ia pun masuk ke dalamnya. Dan sungguh sebagian diantara kalian ada yang beramal dengan amalan penduduk neraka sampai antara dia dan neraka hanya satu hasta saja namun kitab telah mendahuluinya maka ia pun beramal dengan amalan penduduk surga lalu masuk ke dalamnya.” ([2])
Maka dalam hadits ini dijelaskan bahwa segala sesuatu yang ada pada diri seseorang semuanya telah ditentukan, dan kita semua wajib untuk beriman kepada takdir bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala telah mencatat siapa yang berhak masuk surga dan Allah subhanahu wa ta’ala telah mencatat siapa yang berhak untuk masuk neraka, akan tetapi itu semua adalah rahasia Allah subhanahu wa ta’ala. Rahasia ini tidak ada yang pernah mengetahuinya dan yang mengetahuinya hanyalah Allah subhanahu wa ta’ala, oleh karenanya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ
“Dialah yang menciptakan kalian, lalu di antara kalian ada yang kafir dan di antara kalian (juga) ada yang mukmin.”
Masalah takdir adalah permasalahan yang membutuhkan pembahasan tersendiri, akan tetapi intinya terkadang kita harus tunduk terhadap sesuatu yang logika kita terkadang tidak sampai, dan kita dituntut untuk melakukan amalan shalih karena kita tidak dapat mengetahui bagaimana takdir kita. Betapa banyak pertanyaan yang ditanyakan kepada penulis: “Ustadz, jika saya ditakdirkan masuk neraka maka untuk apa saya beramal shalih?”, Maka jawabannya: “ Jika kamu telah mengetahui bahwasanya namamu di lauh mahfuz berada di golongan penduduk neraka maka tidak perlu lagi untuk beramal shalih, akan tetapi permasalahannya kamu tidak akan pernah mengetahuinya, kecuali kamu naik ke lauh mahfuz dan melihat dan ternyata benar kamu mendapati namamu berada pada kelompok ahli neraka maka tidak perlu lagi untuk beramal shalih. Karena percuma kau beramal shalih maka tetap akan masuk neraka”.
Yang perlu kita ketahui bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala telah menakdirkan ada penghuni surga dan penghuni neraka, dan dikarenakan kita tidak mengetahui kita berada dalam kelompok yang mana maka hendaknya kita beramal shalih. Allah subhanahu wa ta’ala hanya memberikan petunjuk bahwa jika kita ingin untuk masuk surga maka hendaknya beramal shalih. Tidak ada yang memaksa kita, kita sangat sadar bahwasanya kita bisa memilih apa yang ingin kita lakukan. Misalnya jika azan dikumandangkan, maka kita sadar bahwa dihadapan kita ada dua pilihan, pergi untuk shalat di masjid atau shalat di rumah saja. Kita bisa memilih salah satu dari dua pilihan tersebut tanpa ada paksaan sama sekali. Kitapun dapat mengetahui kapan kita terpaksa untuk mengerjakan sesuatu, contohnya jika mengalami sakit sehingga tangan kita tidak bisa kita kontrol gerakannya, maka ini adalah gerakan yang terpaksa, dan tidak ada hukumnya bagi gerakan terpaksa karena dia tidak bisa apa-apa. Berbeda dengan seseorang ketika diperintahkan oleh orang lain untuk mengangkat kaki kanannya, maka dia bisa melakukannya bisa juga untuk tidak melakukannya, maka dia bisa mengendalikan kaki kanannya. Namun ketika dia sudah mengangkat kaki kanannya kemudian diperintahkan kembali untuk mengangkat kaki kirinya maka tentunya dia tidak bisa, ini menunjukkan saat itu dia tidak bisa mengendalikan kaki kirinya. Dari contoh ini menunjukkan bahwa ada perbuatan yang terpaksa dan ada perbuatan yang tidak terpaksa, ada gerakan yang bisa kontrol dan ada gerakan yang diluar kendali kita. Dan dalam kehidupan kita ini maka semua yang dihukumi oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah semua perbuatan yang bisa kita pilih, maka tidak bisa seseorang nanti pada hari kiamat berkata: “Ya Allah, sesungguhnya saya masuk neraka karena terpaksa”, maka ini pernyataan yang sangat keliru, karena tidak ada bentuk keterpaksaannya sama sekali, karena ketika di dunia diberikan pilihan untuk melakukan sesuatu atau tidaknya. Ini adalah permasalahan takdir yang cukup bagi kita untuk beriman bahwasanya semuanya telah ditakdirkan, penghuni surga telah ditakdirkan dan penghuni neraka sudah ditakdirkan. Dan semua ini adalah rahasia Allah subhanahu wa ta’ala yang tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Tugas kita hanyalah beramal shalih, jika ingin masuk surga maka tinggal beramal shalih, dan jika ingin masuk neraka tinggal bemaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Kemudian firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan.”
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan maka Allah subhanahu wa ta’ala melihatnya, tidak ada sedikit pun yang luput dari penglihatan Allah subhanahu wa ta’ala.
____________
Footnote: