3. خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ بِٱلْحَقِّ وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلْمَصِيرُ
khalaqas-samāwāti wal-arḍa bil-ḥaqqi wa ṣawwarakum fa aḥsana ṣuwarakum, wa ilaihil-maṣīr
3. Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).
Tafsir:
Setelah Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa di antara kekuasan Allah subhanahu wa ta’ala adalah menciptakan manusia dan juga menjelaskan bahwasanya manusia itu mukallaf (yaitu dibebani untuk menjalankan syariat), lalu Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan di antara kekuasaan-Nya yang lain yaitu menciptakan langit dan bumi.
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwasanya Dia menciptakan langit dan bumi بِالْحَقِّ dengan kebenaran. Para ulama menafsirkan maksud dari بِالْحَقِّ adalah bukan hanya sekedar perbuatan iseng dan sia-sia tanpa ada tujuan, akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan langit dan bumi dengan ada tujuan yang Allah subhanahu wa ta’ala kehendaki, serta ada hikmah yang agung([1]) yang Allah subhanahu wa ta’ala kehendaki. Diantaranya adalah untuk menguji manusia, Allah menciptakan langit dan bumi untuk sarana yang mereka tempati kemudian Allah subhanahu wa ta’ala uji mereka apakah beriman atau tidak.
Kemudian firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ
“Dia membentuk rupa kalian lalu memperbagus rupa kalian”
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia dengan bentuk yang paling indah, dan benar bahwa manusia adalah makhluk yang terindah. Dibandingkan dengan makhluk apa pun maka manusia adalah makhluk yang terindah, tidak ada manusia yang berangan-angan menjadi hewan. Walaupun seseorang kagum tatkala melihat indahnya bentuk hewan, ia tidak akan pernah berkeinginan untuk berubah bentuknya menjadi bentuk hewan tersebut. Contohnya jika ada seseorang yang berkata, “Masya Allah jerapah ini begitu indah”, maka meskipun orang tersebut yang mengatakan hal demikian ketika kagum dengan bentuk ciptaan jerapah, namun dia tidak berangan-angan untuk menjadi jerapah. Begitu juga ketika ada yang mengatakan bahwa singa gagah maka ketika dia takjub akan gagahnya singa dia tidak bercita-cita untuk menjadi singa. Karenanya semua orang menyadari bahwa bentuk terindah adalah manusia, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala,
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” QS. At-Tin 4
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa diri-Nya telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling indah, maka tidak ada satu manusia pun yang berangan-angan untuk menjadi makhluk yang lain. Kita juga dapati banyak orang-orang berimajinasi terhadap bentuk-bentuk selain bentuk manusia norma, seperti bentuk alien atau bentuk-bentuk lainnya, akan tetapi kita dapati semua itu bentuknya buruk. Yang paling sempurna adalah bentuk manusia yang kita lihat seperti sekarang ini. Namun walaupun bentuk manusia itu indah akan tetapi bentuk keindahannya bertingkat-tingkat, ada yang sangat tampan dan ada yang biasa saja, dan ada yang sangat cantik, dan ada yang cantik dan ada yang biasa, dan semua manusia adalah makhluk terindah dibandingkan makhluk yang lain.
Disebutkan sebuah kisah yang dibawakan oleh sebagian ulama tafsir yaitu yang diriwayatkan oleh al-Qadhi Al-Muhsin dari ayahnya,
كَانَ عِيسَى بْنُ مُوسَى الْهَاشِمِيُّ يُحِبُّ زَوْجَهُ حُبًّا شَدِيدًا قَالَ لَهَا يَوْمًا: أَنْتِ طَالِقٌ ثَلَاثًا إنْ لَمْ تَكُونِي أَحْسَنَ مِنْ الْقَمَرِ، فَنَهَضَتْ وَاحْتَجَبَتْ عَنْهُ، وَقَالَتْ: طَلَّقَنِي. وَبَاتَ بِلَيْلَةٍ عَظِيمَةٍ. وَلَمَّا أَصْبَحَ غَدًا إلَى دَارِ الْمَنْصُورِ، فَأَخْبَرَهُ الْخَبَرَ [وَقَالَ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، إنْ تَمَّ عَلَيَّ طَلَاقُهَا تَصَلَّفَتْ نَفْسِي غَمًّا، وَكَانَ الْمَوْتُ أَحَبَّ إلَيَّ مِنْ الْحَيَاةِ]؛ وَأَظْهَرَ لِلْمَنْصُورِ جَزَعًا عَظِيمًا، فَاسْتَحْضَرَ الْفُقَهَاءَ، وَاسْتَفْتَاهُمْ، فَقَالَ جَمِيعُ مَنْ حَضَرَ: قَدْ طَلُقَتْ، إلَّا رَجُلًا وَاحِدًا مِنْ أَصْحَابِ أَبِي حَنِيفَةَ، فَإِنَّهُ كَانَ سَاكِتًا، فَقَالَ لَهُ الْمَنْصُورُ: مَالَك لَا تَتَكَلَّمُ؟ فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. {وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ} [التين: 1] {وَطُورِ سِينِينَ – وَهَذَا الْبَلَدِ الأَمِينِ} [التين: 2 – 3] {لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ} [التين: 4] يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، الْإِنْسَانُ أَحْسَنُ الْأَشْيَاءِ، وَلَا شَيْءَ أَحْسَنُ مِنْهُ [فَقَالَ الْمَنْصُورُ لِعِيسَى بْنِ مُوسَى: الْأَمْرُ كَمَا قَالَ؛ فَأَقْبِلْ عَلَى زَوْجِك]، فَأَرْسَلَ أَبُو جَعْفَرٍ الْمَنْصُورُ إلَى زَوْجِهِ أَنْ أَطِيعِي زَوْجَك، وَلَا تَعْصِيهِ، فَمَا طَلَّقَك.
“Bahwa ‘Isa bin Musa Al-Hasyimy sangat mencintai istrinya, ia pun berkata, ‘Kamu saya talak 3 kali kalau kamu tidak lebih cantik dari rembulan’. Maka istrinya pun bangkit dan menjauh darinya dan berkata, ‘Sungguh dia telah menalakku’. Ia melalui malam tersebut dengan perasaan yang gundah gulana. Keesokan harinya di waktu pagi ia pun pergi menuju rumah Al-Manshur lalu menceritakan kisahnya, dan berkata, “Wahai amirul mukminin, jika benar telah jatuh talak maka diriku benar-benar tertimpa kesedihan, dan aku lebih suka kematian dari pada kehidupan”. Ia memperlihatan kesedihan yang sangat kepada Al-Manshur. Al-Manshur pun menghadirkan para ulama fikih dan meminta fatwa mereka, dan semua yang hadir mengatakan: “Istrinya telah ditalak”, kecuali satu orang dari murid Abu Hanifah yang dari tadi dia hanya diam, maka Al-Manshur bertanya kepadanya, “Mengapa kamu tidak berbicara?” Maka lelaki tersebut menjawab (sambil membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala): “bismillahirrahmanirrahim, demi buah tin dan zaitun, dan demi gunung sinai, dan demi kota (Makkah) yang aman ini, sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-Tin 1-4)”, wahai Amirul Mukminin, manusia adalah makhluk yang paling indah, dan tidak ada sesuatu pun yang lebih indah darinya”, maka Al-Manshur pun berkata kepada Isa bin Musa, “Perkaranya sebagaimana yang dia katakan, temuilah istrimu”, lalu Al-Manshur mengutus utusan kepada istrinya seraya berakta, “Taatlah suamimu, janganlah engkau membangkang kepadanya, karena sesungguhany suamimu tidak menceraikanmu” ([2])
Kemudian firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
“dan kepada-Nya tempat kembali.”
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwasanya semua manusia akan dikembalikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan semuanya akan dibangkitkan, dan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
________
Footnote: