24. كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ هَنِيٓـًٔۢا بِمَآ أَسْلَفْتُمْ فِى ٱلْأَيَّامِ ٱلْخَالِيَةِ
kulụ wasyrabụ hanī`am bimā aslaftum fil-ayyāmil-khāliyah
24. (kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”.
Tafsir :
Ayat ini adalah dalil bahwasanya seseorang akan masuk surga dengan sebab amal saleh yang telah dikerjakan ketika dulu masih di dunia, karena dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan,
بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَة
“Karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”
Oleh karena itu, berkaitan dengan masuknya seseorang ke dalam surga, Allah Subhanahu wa ta’ala telah menjadikan amal sebagai sebabnya ([1]). Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. An-Nahl : 32)
Akan tetapi pada dasarnya amalan yang dilakukan oleh seseorang tidaklah pantas untuk memasukkannya ke dalam surga. Adapun amalan itu hanya merupakan sebab untuk mendatangkan rahmat dan karunia-Nya Allah Subhanahu wa ta’ala sehingga seseorang bisa masuk surga. Hal ini sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah sabdakan,
لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لاَ وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
“Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” Para sahabat bertanya, ‘Dan tidak pula engkau wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab, ‘Aku pun tidak. Kecuali Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepadaku’.”([2])
Ini menunjukkan bahwa amalan seseorang tidak bisa digunakan untuk membayar surga, karena amalan tersebut tidak ada bandingannya dengan surga. Kita tahu bahwa shalat sunnah fajar memiliki balasan pahala yang lebih baik daripada dunia dan seisinya. Pertanyaannya, apakah shalat yang kita lakukan kurang dari lima menit itu atau mungkin yang terkadang kita lakukan dengan setengah sadar (tidak khusyuk) pantas untuk mendapatkan pahala sebesar dunia dan seisinya? Tentu tidak pantas. Maka demikian pula seluruh amalan seseorang pada dasarnya tidak pantas digunakan untuk membayar surga yang dimana orang-orang akan abadi di sana. Oleh karenanya amal saleh itu merupakan sebab untuk mendatangkan rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala bagi kita, sehingga dengan rahmat tersebut kita dapat masuk surga. Dan dari amalan-amalan tersebutlah, Allah Subhanahu wa ta’ala akan menempatkan seseorang di dalam surga pada derajat sesuai yang pantas untuknya. Semakin banyak amalan seseorang maka akan semakin tinggi derajat surganya dan semakin tinggi kualitas kenikmatan yang akan dia dapatkan di surga. Oleh karena itu, seseorang yang diberi umur dan kesehatan oleh Allah hendaknya ia benar-benar memanfaatkan waktu-waktunya untuk memperbanyak amalan saleh, karena tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh kecuali dengan hal tersebut. Dan sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu,
فَإِنَّ الْيَوْم عَمَلٌ وَلَا حِسَاب، وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَل
“Sesungguhnya hari ini adalah untuk beramal dan tidak ada hisab, dan esok adalah hari penghisaban bukan lagi untuk beramal.”([3])
Maka sungguh beruntung orang yang banyak beramal saleh dalam kehidupannya di dunia. Demikianlah orang yang mendapatkan catatan amalnya dengan tangan kanannya, dia pun akhirnya bangga dan memamerkan catatan amalnya tersebut yang berisikan berbagai amalan kebaikan dan ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala selama dulu ia masih hidup di dunia.
___________________________
Footnote :