25. وَأَمَّا مَنْ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيْتَنِى لَمْ أُوتَ كِتَٰبِيَهْ
wa ammā man ụtiya kitābahụ bisyimālihī fa yaqụlu yā laitanī lam ụta kitābiyah
25. Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).
Tafsir :
Di ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala bercerita tentang orang-orang yang mendapatkan catatan amalnya dengan tangan kirinya. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ
Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).
Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan kondisi dimana orang-orang yang menerima catatan amal dengan tangan kirinya tidak ingin menerima catatan tersebut. Mereka takut, padahal mereka belum melihat isinya. Akan tetapi tatkala itu Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan dia ingat dengan apa yang telah dia lakukan selama di dunia. Kemudian dia akhirnya sadar bahwa diterimanya catatan dengan tangan kiri merupakan pertanda bahwa dia akan binasa, karena kiri merupakan simbol keburukan ([1]). Sampai-sampai dia berangan-angan untuk tidak menerima catatan tersebut. Akan tetapi dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada seluruh manusia termasuk mereka,
اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu.” (QS. Al-Isra’ : 14)
________________________
Footnote :