6. وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا۟ بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ
wa ammā ‘ādun fa uhlikụ birīḥin ṣarṣarin ‘ātiyah
6. Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang.
Tafsir :
Kaum ‘Ad merupakan kaum yang lebih dahulu ada dibandingkan kaum Tsamud. Oleh karenanya kaum ‘Ad disebut kaum ‘Adanil Ula (kaum ‘Ad yang pertama), adapun kaum Tsamud disebut sebagai kaum ‘Ad yang kedua ([1]). Karena antara kaum ‘Ad dan kaum Tsamud mereka memiliki hubungan keturunan, yaitu dimana kaum Tsamud asalnya merupakan keturunan dari kaum ‘Ad. Intinya kaum ‘Ad adalah kaum yang dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi kencang.
Kaum ‘Ad merupakan kaum yang dahulunya istimewa karena Allah Subhanahu wa ta’ala banyak kenikmatan kepada mereka. Mereka diberi keutamaan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala berupa tubuh yang besar dan kuat melebihi nenek moyang mereka yaitu kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam. Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِن بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً
“Dan ingatlah ketika Dia menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah setelah kaum Nuh, dan Dia lebihkan kamu dalam kekuatan tubuh dan perawakan.” (QS. Al-A’raf : 69)
Akan tetapi karena saking kuatnya mereka, ternyata kenikmatan tersebut mengantarkan mereka kepada kesombongan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ۖ أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ
“Maka adapun kaum ‘Ad, mereka menyombongkan diri di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran dan mereka berkata, “Siapakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami?” Tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuatan-Nya dari mereka? Dan mereka telah mengingkari tanda-tanda (kebesaran) Kami.” (QS. Fusshilat : 15)
Karena kesombongan dan pembangkangan mereka terhadap Nabi Hud ‘alaihissalam, maka Allah Subhanahu wa ta’ala mengirimkan azab kepada mereka berupa angin. Adapun angin tersebut bukanlah angin biasa, melainkan angin yang disifat dengan صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ. Adapun angin صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ ini memiliki tiga sifat. Pertama, dia adalah angin yang sangat dingin lagi sangat menyiksa. Kedua, dia adalah angin yang sangat bising dan keras, sebagaimana tafsiran Imam Al-Qurthubi dan Thahir Ibnu ‘Asyur terhadap makna صَرْصَرٍ ([2]). Ketiga, dia adalah angin yang sangat kencang. Bahkan karena saking kencangnya ([3]), Allah Subhanahu wa ta’ala menggambarkannya sebagaimana kencangnya angin tersebut di dalam surah Al-Qamar. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي يَوْمِ نَحْسٍ مُّسْتَمِرٍّ، تَنزِعُ النَّاسَ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ مُّنقَعِرٍ
“Sesungguhnya Kami telah menghembuskan angin yang sangat kencang kepada mereka pada hari nahas yang terus menerus, yang membuat manusia bergelimpangan, mereka bagaikan pohon-pohon kurma yang tumbang dengan akar-akarnya.” (QS. Al-Qamar : 19-20)
Maka kita bisa bayangkan bagaimana badan mereka yang sangat kuat dan besar, akan tetapi angin lebih mampu untuk mengangkat badan-badan mereka. Ketika angin tersebut datang, mereka bersembunyi mencari tempat yang aman, ada yang masuk ke dalam gua, turun ke bawah sumur. Tetapi angin tersebut seakan-akan mencari mereka, memasuki semua tempat persembunyian mereka bagaimanapun sempitnya. Angin tersebut masuk ketempat-tempat persembunyian mereka lalu mengambil mereka, seperti sebuah pohon yang dicabut hingga ke akar-akarnya.
______________________
Footnote :
([1]) Lihat: At-Tafsir Al-Wasith 14/87
([2]) Lihat: tafsir Al-Qurthubi 18/259 dan At-Tahrir wat Tanwir 29/116