7. سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَٰنِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى ٱلْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ
sakhkharahā ‘alaihim sab’a layāliw wa ṡamāniyata ayyāmin ḥusụman fa taral-qauma fīhā ṣar’ā ka`annahum a’jāzu nakhlin khāwiyah
7. yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
Tafsir :
Ada dua pendapat di kalangan Ahli Tafsir tentang makna حُسُومًا. Pendapat pertama, حُسُومًا bermakna مُتَتَابِعًا yaitu terus menerus tidak berhenti mereka diputar oleh angin tersebut selama tujuh malam delapan hari. Pendapat kedua, حُسُومًا bermakna قَاطِعَةٌ مُسْتَأْصِلَةٌ yaitu angin yang menghabisi mereka ([1]). Karena kata حُسُم dalam bahasa Arab bermakna memutuskan. Dan pedang disebut dengan حُسَام karena sifatnya yang memutuskan. Oleh karenanya sifat angin tersebut ditafsirkan dengan angin yang membinasakan habis mereka.
Kemudian pada firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ
“Maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).”
Di sini Allah Subhanahu wa ta’ala menggunakan kata تَرَى (melihat) kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai bentuk uslub dalam bahasa Arab untuk menunjukkan sesuatu yang sangat dahsyat dan seakan-akan beliau melihatnya secara langsung ([2]). Demikian pula kita yang membaca ayat ini tidak melihat kejadian tersebut, akan tetapi karena saking dahsyatnya Allah Subhanahu wa ta’ala menggambarkan kejadian tersebut sehingga seakan-akan kita melihatnya. Seandainya kita melihat mereka secara langsung, niscaya akan kita jumpai keadaan mereka seperti pohon-pohon kurma yang kosong. Adapun makna bahwa mereka seperti batang pohon kurma yang telah kosong, para ulama mengatakan bahwa karena saking kencangnya angin tersebut memutar-memutar mereka sampai-sampai membuat isi-isi perut mereka keluar sampai tak bersisa ([3]). Dan sebagian ulama mengatakan, bahkan angin tersebut yang masuk ke dalam tubuh-tubuh mereka dan mengeluarkan isi perut mereka. Akhirnya tubuh mereka menjadi kosong seperti batang pohon kurma yang dalamnya telah kosong dan tersisa hanya pada bagian luarnya saja. Setelah diputar-putar oleh angin, tubuh mereka terjatuh ke bumi dan tertancap di tanah seakan-akan tubuh mereka itu adalah pohon kurma ([4]). Ini menandakan bahwa mereka adalah kaum yang bertubuh besar karena Allah mempermisalkan mereka dengan pohon kurma. Dan inilah akibat yang dirasakan oleh kaum yang angkuh dan sombong dengan kekuatan tubuhnya, Allah mengazab mereka hanya dengan angin.
_____________________
Footnote :
([1]) Lihat: tafsir Al-Qurthubi 18/259
([2]) Lihat: Tafsir Ath-Thobari 23/215 menyebutkan khithob untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan lihat: At-Tahrir wat Tanwir 29/118 khithob untuk siapa saja, seandainya dia melihatnya akan merasakan betapa dahsyatnya hal tersebut.