9. وَتَكُونُ ٱلْجِبَالُ كَٱلْعِهْنِ
wa takụnul-jibālu kal-‘ihn
9. dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang berterbangan).
Tafsir :
الْعِهْنُ maknanya adalah الصُّوْف الْمَصْبُوْغ([1]) , yaitu wol dari bulu domba lalu dihamburkan. Intinya kain tersebut sangat ringan, dan jika diterbangkan maka dia akan beterbangan di udara. Sebagaimana dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنفُوشِ
“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (QS. Al-Qari’ah : 5)
Demikianlah kondisi gunung pada hari kiamat kelak. Dia akan mengalami beberapa tahapan.
Pertama, gunung tersebut akan tercabut dari pasaknya sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَإِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْ
“Dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan.” (QS. Al-Mursalat : 10)
Para ulama menafsirkan نُسِفَتْ maksudnya adalah gunung-gunung dilepaskan dari pasaknya([2]). Karena Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
“Dan gunung-gunung sebagai pasak.” (QS. An-Naba’ : 7)
Kedua, setelah dicabut maka gunung-gunung tersebut akan diterbangkan. Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ
“Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan.” (QS. An-Naml : 88)
Sehingga gunung-gunung yang super kokoh dan berat seakan-akan ringan seperti buluh yang beterbangan. Allah berfirman:
وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنفُوشِ
“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (QS. Al-Qari’ah : 5)
Ketiga, setelah gunung-gunung diterbangkan maka gunung-gunung tersebut dijalankan lalu ditabrakkan satu sama lain oleh Allah.
وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً
“Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan.” (QS. Al-Haqqah : 14)
Setelah ditabrakkan jadilah ia seperti debu-debu kecil. Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا، فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا
“Dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan.” (QS. Al-Waqi’ah : 5-6)
Ketika telah menjadi debu-debu kecil, jadilah gunung-gunung tersebut hancur seakan-akan tidak pernah ada. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا
“Dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana.” (QS. An-Naba’ : 20)
Artinya adalah gunung-gunung yang kita lihat selama ini begitu kokoh, dapat disaksikan oleh semua orang, tetapi pada hari kiamat nanti dia akan hancur lebur seperti sesuatu yang sebelumnya tidak pernah ada. Gunung-gunung akan seperti fatamorgana, yang sekilas dari jauh ada tetapi setelah didekati ternyata tidak ada karena telah dihancurkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Adapun dalam ayat ini menunjukkan bahwa gunung akan melewati salah satu fase dari yang telah kita sebutkan.
Sebagian para ulama menyebutkan bahwa gunung-gunung tersebut hancur lebur ketika pada hari kiamat karena rasa takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Kalau gunung yang begitu kokoh bisa hancur, maka bagaimana lagi dengan kita manusia yang lemah namun menyaksikan kedahsyatan hari tersebut([3]). Tentunya akan ada rasa takut yang luar biasa yang akan menembus hati-hati manusia. Oleh karenanya para ulama menyebutkan bahwa di antara nama hari kiamat yaitu الْقَارِعَةُ memiliki makna hari kiamat akan menjadikan rasa takut menembus ke dalam dada-dada manusia. ([4])
________________________
Footnote :
([2]) Tafsir Al-Qurthubi: 19/ 157 dari perkataan Al-Mubarrid.
([3]) At-Tafsir Al-Ma`tsur : 22/ 611.