5. فَٱصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلًا
faṣbir ṣabran jamīlā
5. Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.
Tafsir :
Kata صَبْرًا جَمِيلًا mirip dengan perkataan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam dalam surah Yusuf. Adapun makna صَبْرًا جَمِيلًا, disebutkan oleh Al-Qurthubi,
صَبْرٌ جَمِيلٌ هُوَ الَّذِي لَا جَزَعَ فِيهِ وَلَا شَكْوَى فِيهَا لِغَيرِاللهِ
“Shabrun jamil itu adalah kesabaran yang tidak disertai dengan keluh kesah dan tidak disertai dengan mengeluh kepada selain Allah.”([1])
Artinya, apabila seseorang terkena musibah lalu ia berkeluh kesah kepada Allah, maka hal itu tidak mengapa. Sebagaimana apa yang dikatakan oleh Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ketika tertimpa musibah dengan hilangnya anaknya Nabi Yusuf ‘alaihissalam, maka dia berkata,
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Dia (Ya’qub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Yusuf : 6)
Dan demikianlah kebiasaan para Nabi dalam kisah-kisah mereka dalam Alquran, ketika mereka ditimpa musibah, mereka berkeluh kesah kepada Allah. Hal tersebut tidaklah menafikan shabrun jamil([2]). Adapun seseorang yang ketika tertimpa musibah lalu kemudian berkeluh kesah kepada manusia, maka hal itu telah keluar dari makna shabrun jamil. Oleh karena itu, dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi agar bersabar terhadap gangguan kaum musyrikin yang selalu mendustakannya.
_______________________
Footnote :
([1]) Tafsir Al-Qurthubi 18/284
([2]) At-Tafsir Al-Qayyim: 1/ 553.