16. وَجَعَلَ ٱلْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ ٱلشَّمْسَ سِرَاجًا
wa ja’alal-qamara fīhinna nụraw wa ja’alasy-syamsa sirājā
16. Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?
Tafsir :
Kehadiran matahari dan bulan merupakan kenikmatan yang selanjutnya Nabi Nuh ‘alaihissalam ingatkan kepada kaumnya. Mereka diingatkan akan matahari yang setiap hari mereka rasakan. Jika sekiranya matahari ditiadakan, atau paling minimal dijauhkan lebih jauh lagi dari bumi, mungkin mereka akan mati kedingingan. Demikian pula bulan yang merupakan bagian dari nikmat Allah ﷻ. Maka Nabi Nuh ‘alaihissalam mengingatkan mereka, bahwa dengan semua nikmat ini, mengapa mereka tidak mengagungkan Allah ﷻ? ([1])
Intinya seluruh nikmat-nikmat ini, adalah dari Allah ﷻ. Dan dalam firman Allah ﷻ,
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ
“Dan dia telah memberikan kepadamu apa yang kamu minta kepada kepada-Nya.” (QS. Ibrahim : 34)
Dalam sebagian qira’ah, kata مِنْ كُلِّ dalam ayat ini dibaca مِنْ كُلٍّ (dengan mentanwin huruf laam), sehingga jika demikian makna ayat ini menjadi, “Dan dia telah memberikan kepada apa yang tidak kamu minta kepada-Nya” ([2]). Maka langit yang berlapis-lapis, matahari, dan bulan adalah nikmat yang tidak mereka minta, akan tetapi hakikatnya sangat mereka butuhkan. Akan tetapi meskipun demikian, mereka (kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam) tetap tidak mengagungkan Allah ﷻ.
_____________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir As-Sa’diy hal:889 dan At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibnu ‘Asyur 29/203.