9. ثُمَّ إِنِّىٓ أَعْلَنتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا
Tsumma innī a’lantu lahum wa asrartu lahum isrārā
9. kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam.
Tafsir :
Nabi Nuh ‘alaihissalam dalam ayat ini menyebutkan bahwa dia berdakwah secara terang-terangan dan juga secara diam-diam. Maksudnya adalah, dakwah terang-terangan itu seperti ketika kaumnya sedang berkumpul maka Nabi Nuh ‘alaihissalam mendatanginya lalu kemudian mendakwahi mereka. Sedangkan dakwah secara diam-diam maksudnya adalah Nabi Nuh ‘alaihissalam terkadang mendatangi rumah satu per satu untuk mendakwahi kaumnya. ([1])
Artinya Nabi Nuh ‘alaihissalam telah menempuh semua metode dalam berdakwah, baik dakwah secara umum maupun dakwah fardhiyah([2]). Dan demikianlah dalam dakwah, terkadang sebagian orang lebih tertarik menghadiri pengajian jika dihadiri oleh banyak orang lain, namun terkadang ada pula orang yang lebih suka apabila dia mendengarkan pengajian di tempat yang sepi seperti di rumahnya sendiri bersama keluarganya. Oleh karena itu, hendaknya para Da’i menempuh berbagai macam metode karena mad’u (objek dakwah/audience) juga bermacam-macam tipenya. Tetapi jangan kemudian seorang Da’i membatasi objek dakwah pada golongan tertentu, sehingga yang di sini didakwahi dan yang di sana tidak. Karena dakwah para Nabi adalah dakwah yang semua golongan tanpa terkecuali bisa merasakannya. Oleh karena itu segala potensi yang bisa kita tempuh untuk berdakwah maka hendaknya kita tempuh hal tersebut. Selama seorang Da’i bisa melihat tempat-tempat kondusif untuk berdakwah maka berdakwahlah. Baik itu mendatangi mereka ke masjid, ke rumahnya, atau lewat media massa, media sosial, atau televisi, dan radio, dan yang lainnya. Lihatlah Nabi Nuh ‘alaihissalam yang menempuh berbagai metode dalam menyampaikan dakwahnya.
_______________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Al-Mawardi 6/101 dan Tafsir Al-Baghawiy 8/230