1. إِنَّآ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦٓ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
innā arsalnā nụhan ilā qaumihī an anżir qaumaka ming qabli ay ya`tiyahum ‘ażābun alīm
1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”.
Tafsir :
Sebagaimana dalam banyak ayat lainnya di dalam Alquran, pada ayat ini Allah ﷻ juga menggunakan kata ganti jamak “kami” untuk memaksudkan diri-Nya. Dan ini tidak mengharuskan berbilangnya Allah, akan tetapi kata ganti “kami” bagi Allah dimaksudkan untuk pengagungan. Uslub bahasa seperti ini dikenal dalam bahasa Arab, sebagaimana juga dikenal dalam bahasa Indonesia bahwa penggunaan kata ganti “kami” sering maksudnya adalah sendiri.
Dan dalam ayat ini, Allah ﷻ menggunakan kalimat “أَنذِرْ قَوْمَكَ” (berilah beringatan kepada kaummu sendiri) dan bukan menggunakan kalimat “أَنذِرِ النَّاسَ” (berilah beringatan kepada manusia). Tujuannya adalah seakan-akan Allah ﷻ ingin menegaskan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam bahwa dia diutus kepada kaumnya sendiri. Hal ini dikarenakan di dalam kaumnya tersebut ada kerabat-kerabat Nabi Nuh ‘alaihissalam, seperti istrinya, anak-anaknya, dan orang-orang terdekatnya. Dan sebagaimana telah disebutkan bahwa karena jarak antara Nabi Adam dan Nabi Nuh ‘alaihissalam tidak jauh, maka tentu jumlah manusia tatkala itu tidak begitu banyak, dan masing-masing tentu memiliki hubungan kekerabatan. Maka Allah ﷻ memerintahkan Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk memberikan peringatan kepada kerabat-kerabatnya karena mereka itu adalah kaumnya. ([1])
________________________
Footnote :