11. وَأَنَّا مِنَّا ٱلصَّٰلِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَٰلِكَ ۖ كُنَّا طَرَآئِقَ قِدَدًا
wa annā minnaṣ-ṣāliḥụna wa minnā dụna żālik, kunnā ṭarā`iqa qidadā
11. Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.
Tafsir :
Kemudian para jin tersebut menyampaikan bahwa setelah mereka mendengar Alquran tersebut, di antara mereka ada yang menjadi saleh, dan di antara mereka ada yang di bawahnya. Kata yang digunakan oleh jin adalah kata yang lembut, karena mereka mengungkapkannya dengan bahasa yang halus دُونَ ذَٰلِكَ “di bawah itu”, bukan dengan kata kafir, fajir, fasik, dan yang lainnya. ([1])
Kata قِدَدًا berasal dari kata الْقِدَدْ yang artinya adalah potongan-potongan kulit yang banyak. Sehingga seakan-akan kata ini memberi makna bahwa para jin juga memiliki banyak pemahaman dan bertarekat-tarekat. Para Ahli Tafsir menyebutkan di dalam kitabnya seperti Imam Al-Qurthubi, bahwa kalangan jin juga memiliki berbagai macam pemahaman sebagaimana manusia, yaitu di antara mereka ada yang Islam, ada pula yang Yahudi, Nasrani, Ateis, dan yang lainnya. Bahkan di antara jin yang muslim ada yang berpemahaman qadariyyah, murji’ah, khawarij, rafidhah, dan ada pula yang Ahlussunnah([2]). Sebagaimana kelompok-kelompok tersebut ada pada kalangan manusia, demikian pula di kalangan jin mereka berkelompok-kelompok. Oleh karenanya Ibnu Katsir rahimahullah di dalam tafsirnya membawakan sebuah riwayat yang sampai kepada Al-A’masy. Beliau berkata,
وَقَالَ أَحْمَدُ بْنُ سُلَيْمَانَ النَّجَادُ فِي أَمَالِيهِ، حَدَّثَنَا أَسْلَمُ بْنُ سَهْلٍ بَحْشَلُ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ سُلَيْمَانَ -هُوَ أَبُو الشَّعْثَاءِ الْحَضْرَمِيُّ، شَيْخُ مُسْلِمٍ-حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ قَالَ: سمعتُ الْأَعْمَشَ يَقُولُ: تَرَوَّحَ إِلَيْنَا جِنِّيٌّ، فَقُلْتُ لَهُ: مَا أَحَبُّ الطَّعَامِ إِلَيْكُمْ؟ فَقَالَ الْأُرْزَ. قَالَ: فَأَتَيْنَاهُمْ بِهِ، فَجَعَلْتُ أَرَى اللُّقَمَ تُرْفَعُ وَلَا أَرَى أَحَدًا. فَقُلْتُ: فِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الْأَهْوَاءِ الَّتِي فِينَا؟ قَالَ: نَعَمْ. قُلْتُ: فَمَا الرَّافِضَةُ مِنْكُمْ؟ قَالُوْا شَرُّنَا. عَرَضْتُ هَذَا الْإِسْنَادَ عَلَى شَيْخِنَا الْحَافِظِ أَبِي الْحَجَّاجِ المِزِّي فَقَالَ: هَذَا إِسْنَادٌ صَحِيحٌ إِلَى الْأَعْمَشِ
“Ahmad bin Sulaiman An-Najjad di dalam kitabnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Aslam bin Sahl Bahasyal, telah menceritakan kepada kami Ali bin Al-Hasan bin Sulaiman alias Abusy Sya’sa Al-Hadrami guru Imam Muslim, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-A’masy mengatakan bahwa, pernah ada jin datang kepada kami, lalu aku bertanya kepadanya, ‘Makanan apakah yang paling engkau sukai?’ Jin itu menjawab, ‘Nasi’. Maka aku suguhkan kepadanya nasi, dan aku melihat suapan nasi diangkat, tetapi aku tidak melihat sesosok tubuh pun. Dan aku bertanya pula kepadanya, ‘Apakah di kalangan kalian terdapat aliran-aliran seperti yang ada pada kami?’ Jin itu menjawab, ‘Ya’. Aku bertanya, ‘Lalu siapakah kalangan Rafidhah di antara kalian?’ Jin menjawab, ‘Yang paling terburuk di antara kami’. Aku (Ibnu Katsir) kemukakan sanad atsar ini kepada guru kami Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Muzani, maka ia menjawab bahwa sanad ini sahih sampai kepada Al-A’masy.”([3])
Para Ahli Tafsir mengatakan, tujuan para jin tersebut menyampaikan kepada kaumnya bahwa mereka berkelompok-kelompok adalah agar mereka para jin berpikir dan merenungkan tentang kesalahan mereka yang terpecah-pecah tersebut. Sehingga mereka bisa mengambil langkah untuk kembali kepada jalan yang satu yaitu jalan tauhid, jalan kebenaran, jalan menuju Allah Subhanahu wa ta’ala di atas manhaj Ahlussunnah wal Jamaah. Kemudian yang berada dalam agama yang berbeda, agar kembali kepada Islam agama tauhid. ([4])
____________________________
Footnote :
([2]) Lihat Tafsir Al-Qurthubi: 19/ 15.