9. وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَٰعِدَ لِلسَّمْعِ ۖ فَمَن يَسْتَمِعِ ٱلْءَانَ يَجِدْ لَهُۥ شِهَابًا رَّصَدًا
wa annā kunnā naq’udu min-hā maqā’ida lis-sam’, fa may yastami’il-āna yajid lahụ syihābar raṣadā
9. dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).
Tafsir :
Sebagian Ahli Tafsir menyebutkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala mendatangkan isim syarat dalam ayat ini dengan mengatakan فَمَن (barangsiapa). Dan ini menunjukkan bahwa siapa pun dari kalangan jin yang mencoba untuk mencuri berita di langit, maka dia pasti akan terbakar terkena panah api dari percikan bintang. Oleh karena itu, sebagian ulama berpendapat bahwa setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diutus, maka tidak ada lagi berita langit yang berhasil dicuri oleh bangsa jin. Para ulama membagi tiga keadaan tentang berita langit. ([1])
Kondisi pertama adalah sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada masa ini banyak jin-jin yang berhasil mencuri berita langit, karena langit belum dijaga oleh malaikat. Oleh karenanya mungkin kita dapati bahwa ramalan sekitar 2000 tahun yang lalu atau lebih lama daripada itu benar. Karena memang dahulu langit tidak dijaga, dan mungkin Allah Subhanahu wa ta’ala biarkan banyak peramal yang mendapatkan kabar-kabar dari langit sehingga ramalan mereka banyak benarnya.
Kondisi kedua adalah ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diutus. Pada masa ini, langit dijaga begitu ketat oleh malaikat sehingga tidak mungkin ada jin yang berhasil mencuri berita langit. Bahkan ‘Aisyah radhiallahu ‘anha meriwayatkan,
سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَاسٌ عَنِ الكُهَّانِ، فَقَالَ: لَيْسَ بِشَيْءٍ
“Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang dukun, beliau menjawab, ‘Mereka itu tidak bisa apa-apa’.”([2])
Kondisi ketiga adalah setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal. Maka para ulama berbeda pendapat apakah berita dari langit berhasil dicuri atau tidak. Sebagian ulama mengatakan bisa tetapi sudah sangat sulit bagi jin untuk melakukannya. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa hal itu mustahil untuk dilakukan, dan inilah yang dikuatkan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani. Oleh karena itu, dukun-dukun yang ada di zaman sekarang bisa kita katakan sebagai pembohong besar. Dari mana mereka bisa mendapat berita sementara jin-jin sudah tidak mampu mencuri berita di langit? Maka jika ada dari ramalan mereka yang benar dan mencocoki realitas, itu hanya sekadar tebak-tebakan saja dan kebetulan tebakan mereka benar. Oleh karenanya itu pendapat yang terkuat dalam masalah ini adalah berita langit sudah tidak bisa dicuri lagi oleh para jin, dan karena Allah Subhanahu wa ta’ala menggunakan isim syarat sebagai penekanan bahwa tidak mungkin lagi ada jin yang berhasil mencuri berita di langit. Adapun ramalan para peramal dengan berbagai macam model ramalannya, maka itu semua dusta.
__________________________
Foonote :
([1]) Lihat Fathul-Bariy karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy: 10/ 216.