5. وَأَنَّا ظَنَنَّآ أَن لَّن تَقُولَ ٱلْإِنسُ وَٱلْجِنُّ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا
wa annā ẓanannā al lan taqụlal-insu wal-jinnu ‘alallāhi każibā
5. dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.
Tafsir :
Dahulu para jin tersebut mengira bahwa tidak akan ada dari kalangan manusia maupun kalangan jin yang berani berdusta atas nama Allah Subhanahu wa ta’ala. Namun ayat ini merupakan dalil bahwa setelah mereka mendengarkan Alquran, barulah mereka mengerti ternyata ada dari kalangan manusia dan jin yang berani berdusta atas nama Allah Subhanahu wa ta’ala. ([1])
Sebagian ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menjadi dalil bahwa tidak boleh seseorang taqlid dalam masalah akidah([2]). Karena para jin tersebut dulunya hanya ikut-ikutan dalam berkeyakinan seperti keyakinan para manusia dan jin yang berdusta nama Allah Subhanahu wa ta’ala. Sehingga menunjukkan bahwa mereka selama itu telah taqlid dalam akidah tanpa tahu dalilnya. Mereka mengetahui kebenaran tersebut setelah mendengarkan Alquran. Oleh karena itu, dalam masalah akidah hendaknya seseorang terlebih dahulu menanyakan dalilnya apa, karena jangan sampai hal itu merupakan kedustaan atas nama Allah Subhanahu wa ta’ala. Kalau dalilnya ada dari Alquran maupun As-Sunnah, maka barulah kita beriman terhadapnya. Karena Akidah tidak bisa kita atur sendiri, melainkan akidah itu turun dari Allah Subhanahu wa ta’ala dan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
_________________________
Footnote :