3. وَأَنَّهُۥ تَعَٰلَىٰ جَدُّ رَبِّنَا مَا ٱتَّخَذَ صَٰحِبَةً وَلَا وَلَدًا
wa annahụ ta’ālā jaddu rabbinā mattakhaża ṣāḥibataw wa lā waladā
3. dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.
Tafsir :
Inilah di antara konsekuensi dari keagungan Tuhan yaitu tidak mempunyai istri dan anak. Karena jika Tuhan punya istri, berarti Tuhan butuh terhadapnya, dan itu bertentangan dengan sifat kesempurnaan Allah([1]). Demikian pula Tuhan tidak punya anak, karena jika punya anak maka akan muncul tuhan-tuhan yang lain sebab anak itu mirip dengan bapaknya. Sedangkan Allah itu Maha Esa dan tidak mungkin berbilang (lebih dari satu) dan tidak ada yang serupa denganNya. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
قُلْ إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ، سُبْحَانَ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika benar Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakan (anak itu). Mahasuci Tuhan pemilik langit dan bumi, Tuhan pemilik ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu’.” (QS. Az-Zukhruf : 81-82)
Kalimat ini disampaikan oleh para jin tersebut kepada kaumnya. Dan ini menunjukkan bahwa seakan-akan sebagian dari bangsa jin ada yang memiliki keyakinan-keyakinan demikian yaitu Allah punya istri dan anak, sebagaimana apa yang terjadi pada sebagian manusia yang meyakini hal tersebut pula. ([2])
________________________
Footnote :