12. وَجَزَىٰهُم بِمَا صَبَرُوا۟ جَنَّةً وَحَرِيرًا
wa jazāhum bimā ṣabarụ jannataw wa ḥarīrā
12. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.
Tafsir :
Huruf ما di dalam ayat ini adalah Ma Al-Maushulah yang bermakna الذي. Dan dalam Ushul Fiqh, Ma Al-Maushulah memberikan faedah keumuman. Jika demikian, maka arti ayat ini adalah “Dan Allah memberi balasan kepada mereka karena seluruh kesabaran mereka (di dunia) berupa surga dan (pakaian) sutra”. Oleh karenanya kesabaran yang dimaksud dalam ayat ini mencakup seluruh kesabaran.
Sebagian ulama ada yang membagi kesabaran menjadi tiga,
- Sabar dalam menjalankan ketaatan. Menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala membutuhkan kesabaran. Di antaranya adalah sabar dalam mendirikan shalat, sabar untuk bangun malam, sabar dalam berlisaturahmi, atau sabar dalam bergaul dengan kawan-kawan.
- Sabar dalam meninggalkan maksiat. Sabar dalam meninggalkan maksiat juga merupakan hal yang berat di zaman ini. Di antaranya adalah sabar untuk menundukkan pandangan, sabar untuk tidak melihat gambar maupun video wanita yang memperlihatkan aurat, dan yang lainnya.
- Sabar ketika ditimpa musibah. Ketika seseorang ditimpa dengan musibah, maka orang harus bisa bersabar. Bisa jadi musibah itu berupa kezaliman orang lain terhadap kita, atau kehilangan harta, atau dihina dan dicaci. Maka kita harus bersabar karena hidup ini memang adalah ujian.
Dan sebagian ulama yang lain membagi kesabaran menjadi empat, tiga di antaranya sebagaimana yang disebutkan di atas. Adapun yang keempat adalah sabar sejak pertama kali terkena musibah. Sebagian ulama menyebutkan bahwa sabar jenis keempat ini adalah sabar tingkat tinggi([1]). Dan ini didasarkan pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى
“Sesungguhnya sabar itu pada kesempatan pertama (saat datang musibah).” ([2])
Tatkala seseorang terkena musibah, maka seketika itu pula dia langsung bersabar dengan berucap “qadarullah wa-ma-syaa-a fa’ala”. Atau bisa juga berucap,
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.” (QS. Al-Baqarah : 156)
Pada dasarnya sabar yang keempat ini merupakan bagian dari sabar jenis ketiga, yaitu sabar ketika ditimpa musibah. Akan tetapi sebagian ulama menyebutkan sabar ini menjadi sabar yang keempat karena memiliki keutamaan yang lebih tinggi.
Intinya adalah hidup ini isinya adalah ujian. Maka seseorang harus bersabar dengan segala ujian tersebut agar dia mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa ta’ala berupa surga. Dan nikmat lain yang akan di dapatkan oleh penghuni surga adalah mereka masuk surga dengan menggunakan pakaian dari sutra. Padahal kita tahu bahwa di dunia laki-laki dilarang menggunakan sutra. Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
مَنْ لَبِسَ الحَرِيرَ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَلْبَسْهُ فِي الآخِرَةِ
“Barangsiapa mengenakan kain sutra di dunia, maka ia tidak akan memakainya di akhirat kelak.”([3])
_____________________
Footnote :
([1]) Lihat Syarah Riyadhusshalihin karya Ibnu Utsaimin 1/229, Tafsir Al-Qurthuby 2/174.