7. إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ ۚ إِنَّهُۥ يَعْلَمُ ٱلْجَهْرَ وَمَا يَخْفَىٰ
illā mā syā`allāh, innahụ ya’lamul-jahra wa mā yakhfā
kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.
Tafsir Surat Al-A’la Ayat-7
Yaitu kecuali Allah menjadikan Nabi lupa terhadap beberapa ayat dari Al-Quran, seperti ayat-ayat yang di-mansukh oleh Allah. Allah berfirman:
مَا نَنسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَا أَوْ مِثْلِهَا ۗ
“Ayat yang Kami batalkan atau Kami hilangkan dari ingatan, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya.” (QS Al-Baqarah : 106)
Menunjukkan bahwasanya ada ayat-ayat Al-Quran yang pernah dibaca oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam kemudian dimansukhkan ayatnya oleh Allah lalu dilupakan, sehingga tidak lagi terbaca sekarang. Namun pada asalnya Nabi tidak akan lupa kecuali Allah yang membuatnya lupa dan ada kemaslahatan dibalik keputusan Allah tersebut.
Kemudian dalam ayat ini, Allah mengatakan bahwasanya Dia mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi. Mengapa Allah mengatakan bahwasanya Dia juga mengetahui yang nampak, padahal dalam ayat ini Allah juga mengatakan bahwasanya Dia mengetahui yang tersembunyi. Secara logika apabila seseorang mengetahui yang tersembunyi maka tentu saja dia lebih mengetahui yang nampak. Sehingga cukup Allah mengabarkan bahwasanya Dia mengetahui yang tersembunyi. Tetapi Allah sengaja menyampaikannya juga karena yang nampak dan yang tersembunyi bagi Allah sama saja tidak ada bedanya, demikianlah kata para ulama. Allah berfirman:
وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ ۖ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nampakkanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS Al-Mulk : 13)
Jangankan perkataan yang diucapkan dengan pelan-pelan, bahkan perkataan yang ada di dalam hati saja Allah juga mengetahuinya. Allah berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ ۚ
“Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka berhati-hatilah.” (QS Al-Baqarah : 235)
Sehingga setiap manusia tidak hanya memperhatikan gerak-gerik tubuhnya, tidak hanya berhati-hati dengan perkataan lisannya, bahkan karena hatinya pun dia harus berhati-hati. Jangan sampai ada niat buruk dalam hati kita, ada penyakit riya’, penyakit hasad, suudzan kepada saudara kita, berburuk sangka dan penyakit-penyakit hati lainnya karena sesunguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati kita. Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati karena ilmu Allah meliputi yang nampak dan yang tersembunyi.