17. وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ
wal-ākhiratu khairuw wa abqā
Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
Tafsir Surat Al-A’la Ayat-17
Ini adalah sesuatu yang mengherankan dari perkara manusia, dimana kebanyakan dari mereka lebih mendahulukan dunia daripada akhirat. Padahal apabila kita renungi kemudian kita bandingkan, dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan akhirat. Karenanya Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda tentang dunia:
لَوْ كَانَتِ الدُّنْـيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk, maka Dia tidak memberi minum sedikit pun darinya kepada orang kafir.” (HR Tirmidzi no. 2320 dan Ibnu Majah no. 4110)
Namun karena dunia ini ringan dan rendah di sisi Allah maka Allah berikan minuman kepada orang kafir, Allah berikan kekayaan kepada orang kafir. Oleh karena itu, hendaknya dunia ini dijadikan sarana semata menuju akhirat, jangan dijadikan keutamaan. Sebagaimana doa Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam:
وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا
“Ya Allah, Janganlah Engkau jadikan musibah yang menimpa kami dalam urusan agama kami, dan jangan pula Engkau jadikan (harta dan kemewahan) dunia sebagai cita-cita kami yg paling besar, dan tujuan utama dari ilmu yg kami miliki.” (HR Tirmidzi no.3502)
Tetapi barang siapa yang justru menjadikan dunianya sebagai puncak kehidupannya niscaya dia tergolong sebagai orang yang celaka. Sebagaimana sindiran Allah dalam ayat ini bahwasanya manusia itu lebih mendahulukan dunia daripada akhirat.
Jika kita mencoba membandingkan antara kenikmatan dunia dan kenikmatan akhirat maka tidak akan bisa kita dibandingkan. Pertama kata Allah kenikmatan akhirat itu lebih baik daripada kenikmatan dunia, apapun bentuk kenikmatan tersebut. Kedua kata Allah kenikmatan akhirat itu lebih kekal daripada kenikmatan dunia. Seandainya kita membuat suatu perbandingan, misalnya seseorang yang diberi emas kemudian dia menikmatinya hanya sekedar waktu tertentu, lantas tidak berselang lama emas itu tidak lagi menjadi miliknya, dibanding apabila dia diberi secangkir susu tetapi dia bisa menikmatinya sepanjang hayatnya, maka dia akan lebih memilih kenikmatan yang meskipun sedikit akan tetapi bisa dinikmati lebih lama. Akal yang sehat akan memilih kenikmatan yang lebih lama meskipun sedikit. Maka bagaimana lagi jika kenikmatan itu sempurna ditambah bisa menikmatinya selamanya, sebagaimana akhirat.
Secara ringkas, beberapa perbandingan antara dunia dan akhirat berikut ini:
Pertama, kenikmatan akhirat abadi sedangkan kenikmatan dunia fana. Dan sesuatu yang fana tidak pantas dibandingkan dengan sesuatu yang abadi.
Kedua, kenikmatan surga itu sempurna sedangkan kenikmatan dunia penuh dengan kekurangan. Seperti seorang istri, istri yang dimiliki oleh seorang lelaki merupakan kenikmatan. Secantik-cantiknya seorang wanita, pasti ia memiliki kekurangan, apakah dari tubuhnya keluar bau badan, terkadang dia akan buang angin, atau sering marah. Adapun wanita di akhirat mereka adalah istri-istri yang disucikan, tidak ada bau yang tidak enak dari badannya, tidak ada kotoran di matanya, dari hidungnya, dan dari sekujur tubuhnya. Semuanya bersih tidak ada kekurangannya sama sekali. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bahwasanya seorang laki-laki dari penduduk surga akan memeluk istrinya dari kalangan bidadari selama 70 tahun, dia tidak bosan begitupun istrinya. Demikianlah perbandingan antara kenikmatan dunia dan surga, jika khamr di dunia memabukkan dan memudharatkan maka khamr di akhirat adalah khamr yang lezat yang tidak menimbulkan kemudharatan, jika rumah kita di dunia terbuat dari batu bata maka di surga kelak Allah menyediakan istana-istana besar yang terbuat dari mutiara yang lantainya dari emas.
Ketiga, kenikmatan surga mudah diraih sedangkan kenikmatan dunia perlu perjuangan. Ketika kita ingin makan maka terlebih dahulu harus beli bahan-bahan kemudian memasaknya, adapaun di surga tinggal diambilkan oleh para pelayan yang disediakan Allah. Ketika di dunia kita harus mencarikan nafkah untuk istri agar dia mau melayani kita sedangkan di surga langsung dilayani oleh para bidadari.
Keempat, kenikmatan surga ada setiap saat tanpa bergantung kepada musim. Jika durian, rambutan, mangga dan buah-buahan lainnya bisa dinikmati ketika musimnya tiba maka di akhirat semua buah-buahan mudah di dapatkan kapanpun waktunya.
Kelima, kenikmatan akhirat tidak menimbulkan kotoran sedangkan kenikmatan dunia akan menghasilkan kotoran. Jika kita makan sesuatu maka kita pasti buang air seenak apapun makanannya, adapun di akhirat jika kita makan maka tidak ada buang air meskipun makan sekenyang-kenyangnya.