2. وَلَيَالٍ عَشْرٍ
wa layālin ‘asyr
dan malam yang sepuluh.
Tafsir Surat al-Fajr Ayat-2
Terkait makna ‘malam-malam yang sepuluh’, ulama juga terbagi ke dalam dua pendapat. Pendapat pertama sekaligus pendapat mayoritas bahwa malam-malam yang dimaksudkan adalah hari-hari 10 Dzulhijjah. Dan dalam bahasa Arab terkadang ”hari” disebut dengan malam (lihat Tafsir Juz Ámma, Ibnu al-Útsaimin hal 188)
Pendapat kedua bahwa yang dimaksudkan adalah 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Allah bersumpah dengan 10 malam terakhir bulan ramadhan karena malam-malam tersebut adalah malam yang mulia, diantaranya ada malam lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Yang menguatkan pendapat ini adalah Allah menyebut dalam ayat ini lafal “lail”yang artinya secara asal bahasa Arab adalah malam dan bukan siang atau hari. (dan inilah pendapat yang dirajihkan oleh Ibnu al-Útsaimin)
Adapun pendapat jumhur (dan inilah pendapat yang dipilih oleh At-Thobari dalam tafsirnya 24/348) yaitu 10 hari Dzulhijjah, Allah bersumpah dengannya karena amalan yang dilakukan pada 10 hari Dzulhijjah adalah amalan yang sangat dicintai oleh Allah. Dalam suatu hadist Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّوَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ، يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْرِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ؟ قَالَ: “وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada hari-hari dimana suatu amal shalih lebih di cintai Allah melebihi amal shalih yang dilakukan di hari-hari ini (yakni sepuluh hari pertama Dzulhijjah)”. Para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad di jalan Allah?” Nabi ٍShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Termasuk lebih utama dibanding jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (kemedan jihad) dan dia tidak kembali dengan apapun sama sekali (yaitu jiwanya tidak kembali yaitu dia mati syahid dan hartanya juga tidak kembali karena dirampas musuh-pen).” (HR Bukhari no. 969)
Sama saja apakah kita menguatkan pendapat pertama atau pendapat kedua maka keduanya (baik 10 hari pertama Dzulhijjah atau 10 malam terakhir Ramadhan) adalah waktu yang agung untuk beribadah dan meraih pahala sebanyak-banyaknya. Kita jumpai sebagian besar kaum muslimin -terutama di tanah air- memusatkan konsentrasi mereka pada 10 malam terakhir Ramadhan, namun banyak diantara mereka kurang memperhatikan 10 hari Dzulhijjah, padahal keutamaan 10 hari Dzulhijjah besar sebagaimana dalam hadits sebelumnya. Oleh karena itu, ketika memasuki bulan Dzulhijjah maka hendaknya kita memperbanyak ibadah kepada Allah dengan ibadah apa saja, mulai dari shalat, puasa, dzikir, baca Al-Quran, sedekah, dan lain-lainnya.