6. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
illaa alladziina aamanuu wa’amiluu alshshaalihaati falahum ajrun ghayru mamnuunin
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putusnya”
Tafsir Surat At-Tiin Ayat-6
Berdasarkan pendapat pertama pada tafsir ayat sebelumnya, maka orang-orang yang sudah tua dan menjadi pikun tetapi dia adalah orang yang beriman dan selalu beramal shaleh di masa mudanya maka dia tetap mendapatkan pahala sebagaimana sebelum pikun. Meskipun dia tidak shalat atau tidak puasa karena pikunnya, maka dia tetap mendapatkan pahala. Bahkan pahala yang terus mengalir tersebut adalah pahala yang terbaik yang ia lakukan tatkala di masa mudanya di masa sehat dan kuatnya. (lihat Tafsir At-Thobari 24/517-518). Hal ini sesuai dengan sabda Nabi:
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR Bukhari, no. 2996)
Orang yang sedang bersafar kemudian tidak melaksanakan shalat rawatib atau orang yang sakit kemudian tidak puasa atau tidak bisa shalat malam, maka dia tetap mendapatkan pahala sebagaimana dia senantiasa melakukannya saat sedang mukim (tidak bersafar) atau saat dalam kondisi sehat. Begitu pula dengan seseorang yang masa mudanya rajin beribadah, maka saat pikunnya dia tetap mendapatkan pahala meskipun dia tidak lagi bisa beribadah seperti masa mudanya dahulu.
Berdasarkan pendapat kedua pada tafsir ayat sebelumnya, maka orang-orang yang dikembalikan ke neraka jahannam adalah orang-orang kafir yang tidak mensyukuri nikmat Allah, bukan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Dan inilah pendapat yang benar yang dipilih oleh Ibnu Katsir (lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/420). Sebagaimana dalam ayat yang lain, Allah berfirman:
وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُوعُونَ (23) فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (24) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (25)
“(23) Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka); (24) Maka sampaikanlah kepada mereka (ancaman) adzab yang pedih; (25) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat pahala yang tidak putus-putusnya.” (QS Al-Insyiqaq : 23-25)
Ayat di atas sama dengan ayat yang sedang dibahas ini, dan ayat pada surat Al-Insyiqaq di atas berbicara tentang kabar dari Allah untuk orang-orang kafir bahwasanya mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam. Demikian pula yang dimaksudkan pada ayat ini. Mereka akan dikembalikan ke neraka jahannam kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh serta bersyukur kepada Allah.
Kemudian tentang tafsiran غَيْرُ مَمْنُونٍ, maka ada tiga penafsiran. Pertama, ganjaran mereka غَيْرُ مَنْقُوْصٍ tidak pernah dikurangi. Kedua, ganjaran mereka غَيْرُ مَقْطُوْعٍ tidak pernah terputus. Ketiga, ganjaran mereka غَيْرُ مَحْسُوْبٍ tidak ada batasannya. (lihat Tafsir At-Thobari 24/521-522). Inilah ganjaran yang Allah siapkan di surga kelak. Allah berfirman:
نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.” (QS Fusshilat : 31)
Demikianlah kenikmatan surga, tidak berkurang, tidak terputus, dan tidak terbatas. Apapun yang diinginkan oleh para penghuninya Allah siapkan seketika. Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّا لحِينَ مَ لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرِ
“Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (tinggi di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia.” (HR Bukhari no. 3072 dan Muslim no. 2824)