Keberkahan
(Khutbah Jumat)
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا، أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهُدَى هدى مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عليهِ وَسلَّم، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ، أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله، فَقَد فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Al-Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
بَيْنَا رَجُلٌ بِفَلَاةٍ مِنَ الْأَرْضِ، فَسَمِعَ صَوْتًا فِي سَحَابَةٍ: اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ، فَتَنَحَّى ذَلِكَ السَّحَابُ، فَأَفْرَغَ مَاءَهُ فِي حَرَّةٍ، فَإِذَا شَرْجَةٌ مِنْ تِلْكَ الشِّرَاجِ قَدِ اسْتَوْعَبَتْ ذَلِكَ الْمَاءَ كُلَّهُ، فَتَتَبَّعَ الْمَاءَ، فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي حَدِيقَتِهِ يُحَوِّلُ الْمَاءَ بِمِسْحَاتِهِ، فَقَالَ لَهُ: يَا عَبْدَ اللهِ مَا اسْمُكَ؟ قَالَ: فُلَانٌ – لِلِاسْمِ الَّذِي سَمِعَ فِي السَّحَابَةِ – فَقَالَ لَهُ: يَا عَبْدَ اللهِ لِمَ تَسْأَلُنِي عَنِ اسْمِي؟ فَقَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ صَوْتًا فِي السَّحَابِ الَّذِي هَذَا مَاؤُهُ يَقُولُ: اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ، لِاسْمِكَ، فَمَا تَصْنَعُ فِيهَا؟ قَالَ: أَمَّا إِذْ قُلْتَ هَذَا، فَإِنِّي أَنْظُرُ إِلَى مَا يَخْرُجُ مِنْهَا، فَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثِهِ، وَآكُلُ أَنَا وَعِيَالِي ثُلُثًا، وَأَرُدُّ فِيهَا ثُلُثَهُ
“Suatu ketika ada seseorang berjalan di salah satu tanah terbuka di atas muka bumi ini, ia mendengar suara dari arah awan berakta, ‘Siramilah kebun si fulan’. Lalu awan itu bergerak dan mencurahkan airnya pada harrah (sebuah tempat yang penuh dengan bebatuan). Tiba-tiba air tersebut turun di salah satu saluran air yang ada di harrah tersebut. Maka orang tersebut mengikuti ke arah air tersebut mengalir. Maka ia mendapati ada seseorang berdiri di kebunnya sambil memegang cangkulnya untuk mengarahkan air. Ia bertanya padanya, ‘Wahai hamba Allah, siapa namamu?’ Orang tersebut menjawab, ‘Fulan’ -namanya seperti nama yang ia dengar dari arah awan-. Orang itu bertanya, ‘Wahai hamba Allah, kenapa kau tanya namaku?’ Ia menjawab, ‘Aku mendengar suara di awan berkata: Siramilah kebun si fulan, dan fulan tersebut adalah namamu. Apa yang kau lakukan dengan kebunmu?’ Ia menjawab, ‘Karena kau mengatakan seperti itu, maka ketika aku melihat hasil yang keluar dari kebunku, aku sedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya bersama keluargaku, dan aku kembalikan sepertiganya ke kebun untuk ditanam’.”([1])
Ma’asyiral muslimin, lihatlah dalam hadis ini, bagaimana Allah ﷻ memberikan berkah kepada pemilik kebun, sampai-sampai Allah ﷻ mengirim awan khusus untuk menurunkan hujan kepada kebunnya. Tidak lain dan bukan adalah karena dia adalah hamba yang bertakwa kepada Allah ﷻ, dan itu terlihat dari sikapnya yang menyedekahkan sebagian hasil dari kebunnya, sementara mungkin tidak ada orang yang mengetahui apa yang dia lakukan. Namun, karena Allah ﷻ Maha Mengetahui atas apa yang dia lakukan tersebut, maka Allah ﷻ tidak membiarkan dia begitu saja, melainkan Allah ﷻ memberinya keberkahan pada kebunnya.
Berbicara tentang keberkahan, maka keberkahan dalam bahasa Arab diambil dari kata بِركَةٌ yang artinya adalah كَثْرَةُ الْخَيْرِ وَثُبُوتُهُ ‘kebaikan yang banyak lagi menetap’. Artinya, ketika seseorang mendapatkan kebaikan yang banyak, maka dikatakan bahwa dia telah mendapatkan keberkahan.
Allah ﷻ adalah yang menentukan kepada siapa keberkahan itu diberikan, karena Dia adalah وَاهِبُ الْبَرَكَة. Dialah Allah ﷻ yang menganugerahkan keberkahan kepada siapa pun yang Dia kehendaki. Oleh karenanya, Allah ﷻ disifat dengan ‘تَبَارَك’, dan itu disebutkan dalam banyak ayat.
Allah ﷻ, ketika telah memberikan keberkahan kepada seseorang, bisa jadi Allah ﷻ menurunkan keberkahannya pada umurnya, kepada istrinya, kepada anak-anaknya, kepada hartanya, atau kepada dakwah yang dia sebarkan melalui buku dan yang lainnya. Intinya, keberkahan Allah turunkan kepada seseorang melalui jalan mana yang Allah ﷻ kehendaki.
Keberkahan tersebut bisa kita rasakan dan bisa pula kita lihat baik pada diri ataupun orang lain. Terkadang, seseorang diberikan keberkahan pada umurnya. Umur dia dengan umur orang lain mungkin sama, waktu yang dihabiskannya pun sama, namun kita melihat bahwa orang yang mendapatkan keberkahan tersebut memiliki produktivitas yang lebih baik daripada yang lainnya.
Orang yang mendapatkan keberkahan dari Allah melalui umurnya, dia menggunakan umur dan waktunya untuk bertakwa kepada Allah ﷻ. Sementara orang yang tidak mendapatkan keberkahan pada umurnya, sangat minim dari aktivitas akhirat, atau bahkan tidak ada sama sekali.
Orang yang paling Allah ﷻ berkahi dari sisi umurnya adalah Nabi Muhammad ﷺ, sampai-sampai Allah ﷻ bersumpah dengan umur Nabi Muhammad ﷺ dengan berfirman,
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kesesatan.” (QS. Al-Hijr: 72)
Allah ﷻ bersumpah dengan umur Nabi Muhammad ﷺ karena umur beliau seluruhnya berkah, karena dipenuhi dengan ibadah kepada Allah ﷻ.
Lihatlah kepada Sa’ad bin Mu’adz radhiallahu ‘anhu. Sa’ad bin Mu’adz tidaklah masuk Islam kurang lebih hanya sekitar tujuh atau delapan tahun. Akan tetapi, ketika Sa’ad bin Mu’adz meninggal dunia, Nabi Muhammad ﷺ mengatakan,
اهْتَزَّ عَرْشُ الرَّحْمَنِ لِمَوْتِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ
“Bergetar Arasy Allah karena kematian Sa’ad bin Mu’adz.”([2])
Umur yang sangat singkat dalam Islam, akan tetapi Allah ﷻ memberikan keberkahan pada umurnya dengan keutamaan tersebut.
Selain itu, terkadang Allah ﷻ memberikan keberkahan kepada seseorang melalui anaknya. Ada orang yang mungkin memiliki sepuluh orang anak, namun ada satu di antara anak-anaknya tersebut yang lebih unggul dari yang lainnya. Anak tersebut sangat berbakti kepada orang tuanya, melebihi saudara-saudaranya yang lain. Sementara di tempat yang lain, ada orang yang memiliki banyak anak, namun tidak satu pun dari anaknya yang berbakti kepadanya. Ketika dia sakit, tidak ada satu pun anaknya yang menjenguknya. Ini menunjukkan bahwa Allah ﷻ terkadang memberikan keberkahan pada anak seseorang, dan terkadang mencabut keberkahan tersebut.
Selain itu, terkadang Allah ﷻ juga memberikan keberkahan melalui istri, yaitu dengan kesalehan seorang istri. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا، وَلِسَانًا ذَاكِرًا، وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً، تُعِينُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الْآخِرَةِ
“Hendaknya salah seorang dari kalian menjadikan hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir, dan istri mukminat yang menolong salah seorang dari kalian dalam urusan akhiratnya.”([3])
Sebagian suami diberikan keberkahan pada istrinya, sehingga istrinya senantiasa membantunya untuk bertakwa kepada Allah ﷻ, membantunya untuk berbakti kepada orang tuanya, selalu menasihatinya, mengingatkannya untuk bersedekah, dan bahkan ringan mahar maupun biaya hidupnya. Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda,
أَعْظَمُ النِّسَاءِ بَرَكَةً أَيْسَرُهُنَّ مَئُونَةً
“Wanita yang paling besar berkahnya adalah yang paling sedikit biayanya.”([4])
Di sisi lain, ada istri yang tidak berkah. Dia menjadi istri yang kerjanya hanya menghabiskan uang suaminya, tidak pernah berterima kasih kepada suaminya, tidak pernah menghargai suaminya, maka ini menunjukkan bahwa Allah ﷻ terkadang memberkahi seseorang pada istrinya atau tidak.
Terkadang, Allah ﷻ juga memberkahi seseorang pada buku yang dia tulis, sehingga buku tersebut banyak di baca dan disenangi oleh orang-orang, tersebar di mana-mana. Namun di sisi lain, sebagian buku ada yang tidak diberkahi oleh Allah ﷻ, sehingga buku-buku tersebut tidak tersebar, tidak ada yang senang membacanya, dan seterusnya.
Ma’asyiral Muslimin, jemaah salat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah ﷻ.
Oleh karenanya, kita harus berusaha untuk bisa mendapatkan keberkahan dari Allah ﷻ pada perkara-perkara yang kita miliki, baik pada umur, pada keluarga, atau pada harta kita, agar kelak kita bertemu dengan Allah ﷻ dengan membawa banyak keberkahan dan segudang pahala yang akan kita panen hasilnya di akhirat kelak.
أَقٌولُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيئَةٍ فَأَسْتَغْفِرُهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشْهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، أَللَّهُمَّ صَلِى عَلَيهِ وعَلَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ
Ma’asyiral muslimin, bagaimana cara agar seseorang bisa meraih keberkahan? Ada banyak cara yang bisa seseorang lakukan untuk meraih keberkahan, antara lain:
- Bertakwa kepada Allah ﷻ
Allah ﷻ telah berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96)
Jadi, di antara cara yang memudahkan seseorang mendapatkan keberkahan pada dirinya, pada keluarganya, dan pada hartanya adalah dengan cara bertakwa kepada Allah ﷻ. Bahkan, Allah ﷻ berkata kepada para Jin dalam firman-Nya,
وَأَن لَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُم مَّاءً غَدَقًا
“Dan jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), sungguh Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (QS. Al-Jin: 16)
Maka tidak diragukan lagi bahwa barang siapa yang bertakwa kepada Allah ﷻ, maka Allah ﷻ akan berkahi dia pada dirinya, keluarganya, dan pada perkara-perkara yang dia miliki lainnya dengan ketakwaan kepada Allah ﷻ.
- Berdoa kepada Allah ﷻ
Berdoa kepada Allah ﷻ adalah salah satu cara untuk mendapatkan keberkahan dari-Nya. Di antara doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ untuk meminta keberkahan antara lain seperti yang biasa kita baca dalam kunut,
اللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنَا فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنَا فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ
“Ya Allah, berikanlah kami petunjuk seperti orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, Berilah kami keselamatan, sebagaimana orang yang telah Engkau beri keselamatan. Jadilah wali bagi kami, sebagaimana Engkau telah menjadi wali bagi hamba-Mu yang Engkau kehendaki. Berilah berkah pada segala yang telah Engkau berikan kepada kami. Jauhkanlah kami dari segala kejahatan yang telah Engkau pastikan.”
Oleh karena itu, kalau kita mau membaca hadis-hadis tentang kisah para sahabat, maka akan kita jumpai di mana Nabi Muhammad ﷺ sangat sering mendoakan para sahabat, sehingga akhirnya mereka mendapatkan keberkahan berkat doa Nabi Muhammad ﷺ.
Di antaranya seperti yang dialami oleh Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Tatkala ia diantar oleh ibunya Ummu Sulaim kepada Nabi Muhammad ﷺ, maka Ummu Sulaim meminta kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk mendoakan Anas bin Malik. Maka Nabi Muhammad ﷺ kemudian berdoa untuk Anas bin Malik,
اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ، وَوَلَدَهُ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ
“Ya Allah, karuniailah dia harta dan anak yang banyak dan berkahilah terhadap apa yang telah Engkau berikan kepadanya.”([5])
Akhirnya, Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu pun diberkahi oleh Allah ﷻ, sehingga memiliki harta yang banyak, memiliki keturunan yang banyak, sampai Anas bin Malik menuturkan bahwa anak dan cucunya lebih dari seratus orang.([6])
Demikian pula Nabi Muhammad ﷺ mendoakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Kata Nabi Muhammad ﷺ,
اللَّهُمَّ إِنَّهُ لاَ خَيْرَ إِلَّا خَيْرُ الآخِرَهْ فَبَارِكْ فِي الأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَهْ
“Ya Allah, sesungguhnya tidak ada kebaikan melainkan kebaikan akhirat. Maka itu berkahilah Kaum Anshar dan Muhajirin.”([7])
Masih ada banyak lagi doa-doa Nabi Muhammad ﷺ kepada para sahabat agar mereka diberikan keberkahan. Oleh karenanya, hendaknya kita berusaha untuk berdoa meminta keberkahan, baik kepada diri kita maupun kepada orang lain, sebagaimana sunah bagi orang yang diundang makan oleh saudaranya untuk mendoakan keberkahan kepadanya,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِيمَا رَزَقْتَهُمْ، وَاغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ
“Ya Allah berikanlah keberkahan kepada mereka dari rezeki yang Engkau berikan kepada mereka, dan ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka.”([8])
- Jangan mengambil harta dengan cara yang haram
Di antara cara untuk mendapatkan keberkahan adalah tidak mengambil harta dengan cara yang haram. Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda,
مَنْ يَأْخُذْ مَالًا بِحَقِّهِ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ يَأْخُذْ مَالًا بِغَيْرِ حَقِّهِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ
“Barang siapa yang mengambil harta yang menjadi haknya maka akan diberikan keberkahan kepadanya, Dan barang siapa yang mengambil harta yang bukan menjadi haknya maka ia adalah seperti orang yang selalu makan dan tidak pernah merasa kenyang.”([9])
Artinya, orang yang mengambil harta dengan cara yang haram, maka dia akan mengumpulkan harta yang banyak, namun tidak pernah puas dan cukup dengan apa yang dia dapatkan. Secara zahir hartanya banyak, tapi kenyataannya ia tidak pernah puas dan selalu merasa kurang karena harta dia peroleh dengan cara yang haram.
Oleh karena itu, ketika seseorang ingin mendapatkan keberkahan pada hartanya, hendaknya dia mencari harta tanpa disertai sikap tamak dan nafsu yang berlebihan. Nabi Muhammad juga telah ﷺ bersabda,
إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ
“Harta itu hijau lagi manis, maka barang siapa yang mencarinya dengan jiwa yang tidak tamak, maka ia akan diberkahi pada hartanya. Namun barang siapa yang mencarinya untuk keserakahan (tamak), maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang.”([10])
Harta itu tentu menyenangkan, dan kita yakin bahwa tidak ada orang yang tidak senang dengan harta yang banyak. Namun, dalam hadis tersebut Nabi Muhammad ﷺ mengingatkan bahwa keberkahan pada harta hanya akan diberikan kepada orang yang mencari harta tanpa rasa tamak dan serakah. Adapun yang mencari harta dengan cara yang tamak dan serakah, maka tidak ada baginya keberkahan seperti orang yang senantiasa makan namun tidak pernah kenyang.
Maka dari itu, saat mencari rezeki, janganlah kita tamak dan serakah. Hendaknya kita senantiasa bersyukur kepada Allah ﷻ atas apa yang telah Allah ﷻ berikan. Tidak terlarang bagi kita untuk mencari harta sebanyak-banyaknya, namun jangan sampai ada rasa tamak dalam pencarian tersebut, karena hal itu bisa menghilangkan keberkahan pada harta yang kita cari.
- Kejujuran
Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda,
البَيِّعَانِ بِالخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menampakkan cacat dagangannya maka keduanya diberkahi dalam jual belinya dan bila menyembunyikan cacatnya dan berdusta maka akan dicabut keberkahan jual belinya.”([11])
Seseorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, dan jujur dalam segala hal yang dia lakukan, maka dia akan diberkahi oleh Allah ﷻ. Namun, apabila dia berdusta dan menutup-nutupi aib yang seharusnya ditampakkan seperti dalam jual-beli, maka akan dicabut keberkahan darinya.
Ma’asyiral muslimin, inilah beberapa hal yang bisa membantu kita untuk bisa mendapatkan keberkahan dari Allah ﷻ. Dari sini pula kita belajar bahwasanya yang menjadi patokan seseorang itu diberkahi oleh Allah ﷻ bukan dengan jumlah yang banyak. Betapa banyak orang yang memiliki harta berlimpah, tapi ternyata hartanya tersebut tidak diberkahi oleh Allah ﷻ dengan kegelisahan yang menyelimuti kehidupannya, dengan banyaknya masalah yang dia hadapi, tidak bisa berbakti kepada orang tuanya, tidak pernah merasa cukup, dan yang lainnya.
Di sisi lain, mungkin ada seseorang yang penghasilannya tidak banyak. Namun, dengan penghasilan tersebut dia bisa membangun rumahnya, dia bisa berbakti kepada orang tuanya, penghasilan tersebut pula dia bisa mencukupkan istri dan anak-anaknya, dan bahkan banyak tamu yang dia bisa layani, itu semua karena dia diberkahi oleh Allah ﷻ.
Kita berharap semoga Allah ﷻ senantiasa memberikan keberkahan kepada kita semua, dalam kehidupan kita, dan dalam amal saleh kita.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنا وَمَا أَخَّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا، أنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأنْتَ الْمُؤَخِّرُ لا إله إلاَّ أنْتَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Footnote:
__________
([3]) HR. Ibnu Majah No. 1856, dinyatakan sahih oleh Syekh al-Albani.
([4]) HR. Nasai No. 9229 dalam Sunan al-Kubra, namun Syekh al-Albani menilai hadis ini daif.
([6]) Lihat: Al-Muwattha’, karya Imam Malik, tahkik al-A’zhami (6/38).
([8]) HR. Abu Daud No. 3729, dinyatakan sahih oleh Syekh al-Albani.