Tatkala Kiamat Terjadi:
(Khutbah Jumat)
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Khutbah Jumat
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا، أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهُدَى هدى مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عليهِ وَسلَّم، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
Para hadirin yang dirahmati oleh Allah ﷻ.
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu meriwayatkan sebuah hadis tentang seorang Arab badui yang datang menemui Nabi Muhammad ﷺ. Lalu dia bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ tentang kapan terjadinya hari kiamat. Maka Nabi Muhammad ﷺ justru balik bertanya kepadanya dengan berkata,
وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟
“Apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapinya?”([1])
Ketahuilah bahwasanya hari kiamat akan tiba tanpa keraguan. Allah ﷻ berfirman,
﴿وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ﴾
“Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah akan membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (QS. Al-Hajj: 7)
Ketahuilah bahwa dunia yang kita tempati sekarang ini, matahari yang kita lihat terbit dari timur menuju barat, tidak akan terus menerus seperti demikian. Akan tiba saat di mana Allah ﷻ akan membalikkan aturan yang berlaku di alam semesta ini. Matahari kelak akan terbit dari barat menuju timur. Langit yang terlihat begitu megah, yang ketika melihatnya menyadarkan kita akan hebatnya penciptanya, namun suatu saat langit tersebut akan hancur, sebagaimana firman Allah ﷻ,
﴿إِذَا السَّمَاءُ انفَطَرَتْ﴾
“Apabila langit terbelah.” (QS. Al-Infithar: 1)
﴿إِذَا السَّمَاءُ انشَقَّتْ﴾
“Apabila langit terbelah.” (QS. Al-Insyiqaq: 1)
﴿وَإِذَا السَّمَاءُ كُشِطَتْ﴾
“Dan apabila langit dilenyapkan (dicabut).” (QS. At-Takwir: 11)
Allah ﷻ juga berfirman,
﴿يَوْمَ تَمُورُ السَّمَاءُ مَوْرًا، وَتَسِيرُ الْجِبَالُ سَيْرًا﴾
“Pada hari ketika langit benar-benar berguncang, dan gunung benar-benar berjalan.” (QS. Ath-Thur: 9-10)
Kita melihat gunung dengan kokohnya, namun kata Allah ﷻ tentang gunung-gunung pada hari kiamat,
﴿وَإِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْ﴾
“Dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu.” (QS. Al-Mursalat: 10)
Gunung yang kita lihat dengan megah menjulang tinggi, suatu saat dia akan hancur. Allah ﷻ juga berfirman,
﴿وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ﴾
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana awan berjalan.” (QS. An-Naml: 88)
Allah ﷻ juga berfirman dalam ayat yang lain,
﴿وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا، فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا، لَّا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلَا أَمْتًا﴾
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, ‘Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS. Thaha: 105-107)
Allah ﷻ juga berfirman,
﴿وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنفُوشِ﴾
“Dan gunung-gunung (pada hari itu) seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (QS. Al-Qari’ah: 5)
Kita melihat lautan yang sangat luas. Allah ﷻ berfirman tentang lautan pada hari kiamat kelak,
﴿وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ﴾
“Dan apabila lautan menjadikan meluap.” (QS. Al-Infithar: 3)
Air laut akan meluap dari tempatnya, lalu kemudian Allah ﷻ bakar air tersebut sebagaimana firman-Nya,
﴿وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ﴾
“Dan apabila lautan dipanaskan.” (QS. At-Takwir: 6)
Semua ini adalah kejadian-kejadian yang akan terjadi pada hari kiamat. Oleh karenanya Allah ﷻ berfirman,
﴿يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ، يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُم بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ﴾
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya guncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (guncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras.” (QS. Al-Hajj: 1-2)
Allah ﷻ juga berfirman,
﴿فَكَيْفَ تَتَّقُونَ إِن كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا﴾
“Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban?” (QS. Al-Muzzammil: 17)
Sungguh betapa dahsyatnya hari kiamat tersebut. Bumi ketika itu diguncangkan oleh Allah ﷻ dengan sekencang-kencangnya, kemudian dikeluarkan apa yang merupakan isi perut bumi, maka orang-orang akan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada hari itu. Pada hari itu, terjadilah hari kiamat.
Pada hari itu, bumi akan didatarkan oleh Allah ﷻ, sebagaimana firman-Nya,
﴿وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ، وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ﴾
“Dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.” (QS. Al-Insyiqaq: 3-4)
﴿يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ﴾
“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa.” (QS. Ibrahim: 48)
Bumi yang tadinya bulat diratakan oleh Allah ﷻ dan menjadi padang mahsyar. Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda,
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ، كَقُرْصَةِ النَّقِيِّ، لَيْسَ فِيهَا عَلَمٌ لِأَحَدٍ
“Pada hari kiamat kelak manusia akan dikumpulkan di bumi yang sangat putih kemerah-merahan, sebagaimana warna roti yang terbuat dari gandum yang bersih, tidak ada tanda bagi siapa pun di atasnya.”([2])
Kemudian, matahari pun diturunkan dengan jarak satu mil, maka manusia pun dibangkitkan dan dikumpulkan dalam padang mahsyar tersebut. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ، حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ، فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا
“Pada hari kiamat, matahari di dekatkan kepada manusia hingga sebatas satu mil. Maka mereka berada dalam keringat sesuai amal perbuatan mereka, di antara mereka ada yang berkeringat hingga tumitnya, ada yang berkeringat hingga lututnya, ada yang berkeringat hingga pinggang dan ada yang benar-benar tenggelam oleh keringatnya di mulutnya.”([3])
Manusia, akan dibangkitkan pada hari tersebut dengan kondisi yang sangat mengenaskan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ bahwasanya manusia akan dibangkitkan dalam keadaan telanjang, tidak beralas kaki, dalam keadaan belum dikhitan, dan tidak membawa apa-apa. Lalu kemudian Nabi Muhammad ﷺ membacakan firman Allah ﷻ,
﴿كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ﴾
“Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati, sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” (QS. Al-Anbiya’: 104)([4])
Artinya, sebagaimana manusia tatkala dilahirkan dari perut ibunya tanpa membawa apa-apa, tidak memakai alas kaki, telanjang dan belum dikhitan, maka demikian pula keadaan manusia tatkala dibangkitkan pada hari kiamat kelak. Mendengar hadis tersebut, Aisyah i bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwa apakah kelak laki-laki dan perempuan akan saling melihat satu sama lain? Maka Nabi Muhammad ﷺ mengatakan,
يَا عَائِشَةُ الْأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يَنْظُرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ
“Wahai Aisyah, perkaranya lebih sulit dari saling melihat satu sama lain.”([5])
Artinya, tidak seorang pun terbetik di dalam hatinya untuk melihat aurat orang lain karena saking dahsyatnya hari kiamat tersebut, karena hari tersebut hari yang sangat mengerikan. Allah ﷻ berfirman,
﴿فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ، يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ، وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ، وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ﴾
“Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 33-37)
Pada hari itu setiap orang akan lari dari orang tua yang dia cintai, akan lari dari istri yang senantiasa menjadi teman tidurnya, akan lari dari anak-anak yang dia berkorban banting tulang untuk mereka. Mengapa? Karena pada hari itu setiap orang kan sibuk dengan urusannya, akan sibuk untuk bertanggungjawab di hadapan Allah ﷻ.
أَقٌولُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيئَةٍ فَأَسْتَغْفِرُهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشْهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، أَللَّهُمَّ صَلِى عَلَيهِ وعَلَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ
Ma’asyiral muslimin yang dirahmati oleh Allah ﷻ.
Kita semua akan dibangkitkan oleh Allah ﷻ. Kita semua akan bertemu dengan hari yang sangat dahsyat tersebut. Kita akan tiba pada hari di mana kita mulai dimintai pertanggungjawaban oleh Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,
﴿فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى، يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ مَا سَعَى، وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَن يَرَى﴾
“Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari itu manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.” (QS. An-Nazi’at: 34-36)
Mungkin saat ini kita lupa bahwa diri kita pernah bermaksiat kepada Allah ﷻ, mungkin kita lupa bahwa pernah menzalimi orang lain, mungkin kita lupa bahwa kita pernah melihat hal-hal yang haram dan belum bertaubat darinya, atau bahkan mungkin kita lupa telah menerima dan memakan uang yang haram. Pada hari tersebut, kita akan ingat semua maksiat yang pernah kita lakukan.
Oleh karena itu, hendaknya kita mempersiapkan untuk bertemu dengan hari di mana kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah ﷻ. Ingatlah, di awal khotbah kita menyebutkan orang Arab badui yang bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ tentang kapan datangnya hari kiamat, namun Nabi Muhammad ﷺ justru balik bertanya kepadanya,
وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟
“Apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapinya?”([6])
Maka kita hendaknya bertanya kepada diri kita masing-masing, apa yang telah kita persiapkan untuk bertemu dengan hari yang sangat dahsyat tersebut? Ingatlah bahwa sebelum kita bertemu dengan kiamat kubra, maka kita akan bertemu dengan kiamat kecil yaitu kematian, sementara para ulama telah mengatakan,
مَنْ مَاتَ فَقَدْ قَامَتْ قِيَامَتُهُ
“Barang siapa yang meninggal dunia maka telah tiba hari kiamatnya.”([7])
Sungguh tidak ada di antara kita yang mengetahui kapan maut akan menjemputnya. Maka dari itu, hendaknya kita tidak teperdaya dengan harta yang kita miliki, jangan teperdaya dengan jabatan yang kita miliki, karena harta dan jabatan tidak akan bisa menambah umur kita meskipun hanya sedetik lebih lama.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Footnote:
_________
([7]) An-Nihayah Fi al-Fitan Wa al-Malahim, karya Ibnu Katsir (1/31).