Asmaul Husna
Ath-Thayyib (الطَّيِّبُ)
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Dalil yang menunjukkan hal ini adalah sabda Nabi Muhammad ﷺ,
إنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لا يَقْبَلُ إلَّا طَيِّبًا
“Sesungguhnya Allah ﷻ Maha baik, Allah ﷻ tidak menerima kecuali yang baik pula.”[1]
Yang dimaksud dengan Allah ﷻ Maha baik adalah sifat-sifat Allah ﷻ seluruhnya baik, selamat dari aib dan kekurangan. Jadi makna Ath-Thayyib sama halnya dengan As-Subbuh, Al-Quddus, dan juga As-Salam. Hanya saja yang membedakan Ath-Thayyib dengan yang lainnya adalah Ath-Thayyib berkaitan dengan perbuatan hamba. Maksudnya adalah Allah ﷻ tidak menerima dari perbuatan hamba kecuali yang baik saja.
Oleh karenanya jika melihat kepada hadits di atas secara lengkap maka akan dipahami konsekuensi dari nama Allah ﷻ Ath-Thayyib yaitu Allah ﷻ tidak menerima kecuali yang baik pula. Rasulullah ﷺ bersabda,
أَيُّها النَّاسُ، إنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لا يَقْبَلُ إلَّا طَيِّبًا، وإنَّ اللَّهَ أمَرَ المُؤْمِنِينَ بِمَا أمَرَ بِهِ المُرْسَلِينَ، فقالَ: {يَا أيُّها الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّباتِ واعْمَلُوا صالِحًا، إنِّي بما تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} وَقَالَ: {يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِن طَيِّباتِ ما رَزَقْناكُمْ} ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أشْعَثَ أغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، ومَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وغُذِيَ بِالحَرامِ، فأنَّى يُسْتَجابُ لِذَلِكَ
“Sesungguhnya Allah itu Maha baik dan tidak menerima, kecuali sesuatu yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kaum Mukminin dengan perintah yang Allah gunakan untuk memerintahkan para rasul. Maka Allah berfirman, ”Wahai para rasul, makanlah segala sesuatu yang baik dan beramal salehlah.” Dan Allah juga berfirman, ”Wahai orang-orang yang beriman, makanlah segala sesuatu yang baik, yang telah kami berikan kepada kalian”. Kemudian Rasulullah menyebutkan tentang seseorang yang melakukan perjalanan panjang, kusut rambutnya dan penuh dengan debu, kemudian mengangkat tangannya dan mengatakan: Wahai Rabb-ku, Wahai Rabb-ku, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, perutnya diisi dengan sesuatu yang haram, bajunya haram, maka bagaimana Kami mengabulkan doanya?”[2]
Pada hadits di atas Rasulullah ﷺ menyebutkan tentang seseorang yang telah mengumpulkan sebab-sebab terkabulnya doa. Sebab-sebab tersebut adalah:
- Sedang bersafar.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ : دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِه
“Ada tiga doa yang mustajab tanpa diragukan lagi: doa orang yang terzalimi, doa orang yang sedang safar, doa orang tua kepada anaknya.”[3]
- Telah lama bersafar
Semakin lama seseorang bersafar, doanya akan semakin mudah dikabulkan.
- Kusut rambutnya dan penuh dengan debu
Ini menunjukkan bahwa ia sedang pada kondisi jauh dari kesombongan, dan orang yang jauh dari kesombongan doanya mudah dikabulkan. Oleh karenanya orang yang sedang sujud doanya mudah dikabulkan. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ العَبْدُ مِن رَبِّهِ، وَهُوَ سَاجِدٌ
“Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa.”[4]
Mengapa demikian? Hal ini karena orang yang sedang sujud ia sedang berada dalam kondisi jauh dari kesombongan.
Begitu juga Allah ﷻ membanggakan para jamaah haji kepada para malaikat, kenapa? Karena mereka jauh dari kesombongan. Allah ﷻ berkata kepada malaikat,
انْظُرُوْا إِلَى عِبَادِي هَؤُلَاءِ جَاؤُوْنِي شُعْثًا غُبْرًا
“Lihatlah hamba-hamba-Ku mereka datang kepada-Ku dalam kondisi lusuh dan berdebu.”[5]
Dalam riwayat lain Allah ﷻ kemudian berkata,
اشهَدُوا أُنِّي قًدْ غَفَرْتُ لَهُمْ ذُنُوبَهُمْ
“Persaksikanlah, sungguh Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka.”[6]
Oleh karena itu, seseorang jika ingin doanya dikabulkan oleh Allah ﷻ hendaknya ia merendahkan dirinya di hadapan Allah ﷻ. Hal ini pun dilakukan para nabi, seperti halnya Nabi Zakaria ‘alaihissalam dalam doanya,
رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.” (QS. Maryam: 4)
- Mengangkat kedua tangan ke langit.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
“Sesunguhnya Tuhan kalian tabaraka wa ta’ala Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia malu terhadap hamba-Nya, jika hamba tersebut menengadahkan tangan kepada-Nya, lalu kedua tangan tersebut kembali dalam keadaan hampa.”[7]
- Bertawasul dengan nama Allah ﷻ Rabb
Jika dicermati dari nas-nas yang ada maka akan didapati bahwa para nabi dan orang-orang saleh ketika berdoa mereka bertawasul dengan nama Allah ﷻ Rabb. Hal ini karena nama Rabb berkaitan dengan sifat rububiyah Allah ﷻ, dan pengabulan doa berkaitan dengan sifat rububiyah. Oleh karenanya bertawasul dengan nama Allah ﷻ Rabb memudahkan dikabulkannya doa.
- Mengulang-ulang.
Ini menunjukkan orang tersebut sangat butuh kepada Allah ﷻ. Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,
كَانَ إِذَا دَعَا دَعَا ثَلَاثًا
“Rasulullah ﷺ jika berdoa, beliau ﷺ berdoa tiga kali.”[8]
Terkumpulnya 6 sebab terkabulnya doa pada diri seseorang seharusnya menjadikan doanya dikabulkan oleh Allah ﷻ. Namun ternyata Nabi Muhammad ﷺ menyebutkan bahwa doa orang ini tidak dikabulkan oleh Allah ﷻ, mengapa? Karena makanannya dan minuman yang dikonsumsinya adalah haram sehingga perutnya terisi dengan hal yang haram, kemudian juga baju yang dipakainya pun haram.
Dari hadits ini dapat diketahui bahwa Allah ﷻ Maha baik, dan konsekuensi dari Allah ﷻ Maha baik adalah Allah ﷻ tidak menerima kecuali yang baik pula. Allah ﷻ tidak menerima perkataan kecuali perkataan-perkataan yang baik. Allah ﷻ berfirman,
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ
“Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik.” (QS. Al-Fathir: 10)
Begitu juga dengan amalan, Allah ﷻ tidak menerima kecuali amalan yang baik. Begitu pun dengan niat, Allah ﷻ tidak menerima niat kecuali niat yang baik, dan seterusnya. Oleh karena itu, seseorang harus yakin hal ini bahwasanya Allah ﷻ hanya menerima yang baik saja.
Seseorang yang bersedekah dengan uang yang haram seperti dari hasil riba, korupsi, menipu orang lain, dan semisalnya, maka sedekah tersebut Allah ﷻ tidak terima. Kenapa? Karena sedekah tersebut tidak thayyib (baik). Jangan teperdaya dengan jumlah yang banyak, Allah ﷻ tidak akan terima jika berasal dari harta haram meskipun banyak. Allah ﷻ berfirman,
قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ
“Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu.” (QS. Al-Maidah: 100)
Begitu juga dengan seseorang yang membangun masjid besar dan mewah, tetapi menggunakan harta haram, atau karena riya, atau juga kemudian ia ujub, maka amalan ini Allah ﷻ tidak terima. Kenapa? Karena amalan ini tidak thayyib (baik), tidak sesuai dengan aturan Allah ﷻ.
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad ﷺ menyebutkan bahwa jika seorang muslim menziarahi saudaranya karena Allah ﷻ maka malaikat akan mendoakannya dengan berkata,
طِبتَ وطابَ ممشاكَ وتبوَّأتَ منَ الجنَّةِ منزلًا
“Engkau baik, dan perjalananmu pun juga baik, engkau mendapatkan surga sebagai tempat tinggal.”[9]
Orang-orang yang akan masuk ke dalam surga hanyalah orang-orang yang baik. Allah ﷻ berfirman,
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“(yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), ‘Salamun ‘alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. An-Nahl: 32)
Allah ﷻ juga berfirman,
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (surga) dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zumar: 73)
Demikian juga di dalam hadits disebutkan jika seseorang meninggal dunia maka malaikat akan berkata kepadanya,
اخرجي أيَّتُها النَّفسُ الطَّيِّبةُ، كانت في الجسدِ الطَّيِّبِ
“Wahai ruh yang baik keluarlah dari jasad tersebut, dulu ruh yang baik ini berada di jasad yang baik.”[10]
Kesimpulan dari penjelasan di atas, nama Allah ﷻ Ath-Thayyib memiliki dua konsekuensi:
Pertama: Jika ditinjau dari sifat-sifat Allah ﷻ maka konsekuensinya adalah sifat-sifat Allah ﷻ jauh dari sifat kekurangan dan aib.
Kedua: Jika ditinjau dari konsekuensi terhadap makhluk maka konsekuensinya adalah Allah ﷻ tidak menerima dari hamba-hambanya kecuali perkara-perkara yang baik.
Footnote:
__________
[1] HR. Muslim No. 1015
[2] HR. Muslim No. 1015
[3] HR. Tirmidzi No. 1905, dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani.
[4] HR. Muslim No. 482.
[5] HR. Ibnu Hibban No. 3852, dan dinyatakan sahih oleh Al-Arnauth.
[6] HR. Ibnu Hibban No. 1887, dan dinyatakan sahih oleh Al-Arnauth
[7] HR. Abu Daud No. 1488, dan dinyatakan sahih oleh Al-Albani.
[8] HR. Muslim No. 1794
[9] HR. Ahmad No. 8517, dan dinyatakan hasan oleh Ibnu Hajar Al-Atsqalani.
[10] HR. Ibnu Majah No. 3456, dan dinyatakan sahih oleh Al-Albani.