Asmaul Husna
اَلْمَالِكُ (Sang Pemilik)
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Allah ﷻ berfirman,
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.” (QS. Al-Baqarah: 284)
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ
“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.” (QS. Fatir: 13)
قِطْمِيرٍ adalah selaput pada biji kurma([1]). Allah ﷻ menjelaskan bahwa apa yang mereka sembah selain Allah ﷻ tidak memiliki apa pun meski hanya selaput pada biji kurma.
Allah ﷻ berfirman,
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ
“Katakanlah: “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.” (QS. As-Saba’: 22)
Makna اَلْمَالِكُ (Sang Pemilik) adalah Allah ﷻ maha memiliki secara mutlak semua yang ada di langit dan di bumi, dan Allah ﷻ mengatur dengan sepenuhnya. Adapun kepemilikan manusia adalah nisbi (tidak mutlak). Oleh karenanya Allah ﷻ mengatakan,
آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al-Hadid: 7)
Istikhlaaf artinya memiliki sesuatu yang sebelumnya bukan miliknya([2]). Contohnya mobil yang kita miliki sebelumnya mobil tersebut milik perusahaan mobil. Sebelum menjadi milik perusahaan mobil mungkin bahan-bahannya adalah milik orang lain. Contoh berikutnya rumah yang kita miliki, sebelumnya adalah milik kontraktor. Juga setelah kita miliki rumah tersebut tidak selamanya bisa jadi milik kita, terkadang harus kita jual atau menjadi warisan bagi ahli waris kita. Demikianlah keadaan kepemilikan manusia, oleh karenanya sering kita mengucapkan istirja’ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ karena kita tidak memiliki harta secara mutlak. Semua ini hanya titipan Allah ﷻ, adapun kita hanya menjalankan titipan dan amanah Allah ﷻ.
Footnote:
_____________