Kisah Nabi Musa álaihis salam #6
Allah Mengirim Belalang, Kutu, Belalang dan Darah untuk Mengadzab Fir’aun dan Rakyatnya
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Seusai duel dan eksekusi para penyihir, Fir’aun tetap terus melancarkan penindasannya kepada Bani Isra’il, walau ia tidak sampai membunuh Musa ‘Alaihissalam, lantaran kemenangannya pada duel tersebut. Maka Bani Israil pun mengeluhkan hal itu kepada Nabi mereka, dan Nabi Musa ‘Alaihissalam pun berdoa demikian.
Para ulama mengatakan bahwa doa nabi Musa ini baru dikabulkan setelah 20 atau 40 tahun kemudian. Ini mengajarkan kepada kita, bahwa pengabulan do’a adalah sesuai kehendak Allah ﷻ Yang Maha Bijaksana. Tugas kita hanya berdoa. Adapun waktu, tempat, momen, dan cara pengabulan, kita serahkan dan percayakan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Jangan pernah berputus asa untuk berdoa, dan jangan pernah berprasangka buruk kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Selama masa itu, Allah ﷻ menimpakan bencana kemarau dan kelaparan kepada Fir’aun dan kaumnya, agar mereka tersadarkan dan mau kembali kepadaNya. Allah ﷻ berfirman:
وَلَقَدۡ أَخَذۡنَآ ءَالَ فِرۡعَوۡنَ بِٱلسِّنِينَ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَذَّكَّرُونَ فَإِذَا جَآءَتۡهُمُ ٱلۡحَسَنَةُ قَالُواْ لَنَا هَٰذِهِۦۖ وَإِن تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةٞ يَطَّيَّرُواْ بِمُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓۗ أَلَآ إِنَّمَا طَٰٓئِرُهُمۡ عِندَ ٱللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: ‘Itu adalah karena (usaha) kami.’ Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Q.S. Al-A’raf : 130-131)
Namun bukannya tersadar, Fir’aun malah kembali bersilat-lidah dengan mengklaim bahwa hal-hal tersebut adalah akibat kesialan yang dibawa oleh Nabi Musa ‘Alaihissalam dan para pengikut beliau ‘Alaihissalam. Subhaanallah! Memang benar semua musibah tersebut datang setelah kedatangan Nabi Musa ‘Alaihissalam, akan tetapi ia semata-mata disebabkan oleh pengingkaran mereka terhadap beliau ‘Alaihissalam, bukan karena kesialan beliau ‘Alaihissalam.
Tidak hanya menuduh yang aneh-aneh, bahkan Fir’aun dengan angkuhnya mengatakan:
مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ آيَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ
“Bagaimana pun tanda kau bawakan untuk menyihir kami, sungguh kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu!” (QS. Al-A’raf: 132)
Allah ﷻ pun kembali menegur Fir’aun dan pengikutnya untuk menyadarkan mereka. Allah ﷻ berfirman:
فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ
“Maka Kami kirimkan kepada mereka thufan, belalang, kutu, katak dan darah[1], sebagai bukti yang jelas. Akan tetapi mereka tetap menyombongkan diri, dan sungguh mereka adalah kaum yang berdosa.” (QS. Al-A’raf: 133)
Yang dimaksud dengan thufan adalah angin kencang yang disertai hujan lebat, yang secara spesial hanya menghancurkan pemukiman Fir’aun dan kaumnya, dan sama sekali tidak menyentuh perkampungan Bani Israil([2]).
Begitu parahnya thufan yang menimpa mereka, hingga mereka pun terpaksa meminta tolong kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam. Allah ﷻ berfirman:
وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُوا يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ لَئِنْ كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ
“Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata: ‘Hai Musa, mohonkanlah (pertolongan) untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.’” (QS. Al-A’raf: 134)
Nabi Musa ‘Alaihissalam pun berdoa kepada Allah ﷻ sesuai permohonan mereka, dan Allah ﷻ pun mengabulkan permintaan beliau ‘Alaihissalam dengan menghilangkan thufan, dan menghijaukan tanah Mesir kembali. Namun Fir’aun dan rakyatnya malah terlalaikan dengan hijaunya tanah mereka setelah itu, sehingga enggan mengakui bahwa thufan itu adalah azab yang menimpa mereka. Bukannya menepati janji, mereka malah semakin ingkar kepada Allah ﷻ.
Kemudian Allah ﷻ menghujani mereka dengan belalang-belalang yang memakan tumbuhan-tumbuhan tersebut. Mereka pun kembali memohon kepada Allah ﷻ melalu Musa ‘Alaihissalam, dan Allah pun mengabulkan permohonan mereka dan menghilangkan wabah belalang tersebut. Namun ternyata mereka mendapati bahwa masih banyak tumbuhan yang tersisa dan tidak dimakan oleh belalang-belalang tersebut. Mereka pun mengatakan bahwa itu sudah mencukupi mereka, dan kembali ingkar dan menolak untuk beriman. ([3])
Demikian seterusnya, hingga bencana bertubi-tubi menimpa mereka agar mereka sadar, namun nyatanya mereka malah semaking ingkar dan bebal, serta menolak untuk beriman kepada Allah ﷻ.
Allah ﷻ mengirimkan wabah kutu, kemudian wabah katak, sampai-sampai dikisahkan bahwa tidak seorang pun di antara mereka yang berani membuka mulut, karena takut katak tersebut akan lompat memasuki mulut mereka.
Dan terakhir, Allah ﷻ jadikan sungai Nil yang merupakan nyawa rakyat Mesir, serta semua sumber air mereka berubah airnya menjadi darah tatkala mereka mengambilnya. Mereka pun mengambil air dari perkampungan Bani Israil yang airnya sama sekali tidak berubah. Namun sesampainya di rumah mereka masing-masing, air yang ketika diambil amat jernih tersebut berubah menjadi darah.
Allah ﷻ pun kemudian mengangkat musibah terakhir ini atas permohonan mereka, namun mereka tetap ingkar dan tidak beriman kepada Allah ﷻ. ([4])
Allah ﷻ juga mengisahkan ucapan Fir’aun saat Musa ‘Alaihissalam mengabarkan kepadanya bahwa Allah ﷻ berada di atas. Allah ﷻ berfirman:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا ۚ وَكَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ ۚ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ
“Dan berkatalah Fir’aun: ‘Hai Haman! Buatkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu langit, agar aku dapat melihat Tuhan Musa. Sungguh aku memandangnya sebagai seorang pendusta!’
Demikianlah perbuatan buruk itu dijadikan terkesan indah bagi Fir’aun, dan (demikianlah) dia dihalangi dari jalan (yang benar). Dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.” (QS. Al-mukmin: 36-37)
Berdasarkan ayat ini para ulama mengatakan bahwa orang yang mengingkari Allah ﷻ di atas, maka dia telah mengikuti keyakinan Fir’aun.
Footnote:
______________
[1] Disebutkan dalam surat Al-Isra’ ayat 101, bahwa Allah SWT memberikan 9 mukjizat/tanda kepada Musa AS. Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan 9 tanda/mukjizat tersebut. Salah satu pendapat yang ada mengatakan bahwa lima di antaranya telah disebutkan dalam ayat ini, dan empat lainnya adalah: musibah kelaparan dan kekeringan, tongkat yang menjelma menjadi ular besar, tongkat yang melahap tali-tali para penyihir, dan tangan yang putih bercahaya. (Lihat Tafsir Ath-Thabari)
([2]) Lihat Tafsir Al-Qurthubiy: 7/ 268.
([3]) Lihat Tafsir Al-Qurthubiy: 7/ 268-269.
([4]) Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 3/ 465dan Tafsir Al-Qurthubiy:7/ 271.