Asmaul Husna
(Al-Khabir (الْخَبِيْرُ) – Yang Maha Mengetahui yang detail)
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Nama Allah Subhanahu wa ta’ala Al-Khabir (الْخَبِيْرُ) artinya adalah Maha Mengetahui yang detail. Jadi, kalau kita mau mengklasifikasikan, maka Al-‘Alim (الْعَلِيمُ) adalah umum, adapun Al-Khabir (الْخَبِيْرُ) lebih khusus. Al-Khabir merupakan bagian daripada Al-‘Alim, tapi Al-Khabir biasanya dikhususkan kepada perkara-perkara yang detail. Al-Khabir (الْخَبِيْرُ) dalam secara bahasa diambil dari kata الْخِبْرَةُ, yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah ahli atau pakar, karena para ahli atau pakarlah yang mengetahui sesuatu secara detail.
Telah kita jelaskan pada pembahasan nama Allah Al-‘Alim, bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala mengetahui segala sesuatu karena Allah Subhanahu wa ta’ala yang menciptakan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا
“Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya.” (QS. Al-An’am: 59)
Sederhananya, Allah Subhanahu wa ta’ala mengetahui semua daun yang berguguran karena Allah Subhanahu wa ta’ala yang menciptakan daun tersebut. Maka coba bayangkan, ada berapa banyak jumlah pohon dan daun-daunnya di dunia ini? Tentunya jumlahnya banyak sekali, bahkan dibandingkan dengan manusia jumlah daun jauh lebih banyak. Maka satu daun saja yang jatuh berguguran dari setiap pohon di atas muka bumi ini, Allah Subhanahu wa ta’ala tahu bagaimana jatuhnya, di mana letak jatuhnya, semuanya Allah Subhanahu wa ta’ala ketahui tentang daun tersebut. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala tahu tentang seluruh makhluk-Nya, tahu tentang hewan-hewan di dasar laut, tahu tentang makhluk yang di dalam lubang-lubang bumi, karena semua adalah ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala, dan karena Allah Subhanahu wa ta’ala adalah Al-Khabir.
Oleh karenanya, demikian pula manusia, kita ini diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Yang menciptakan mata kita adalah Allah Subhanahu wa ta’ala, yang menciptakan lisan kita adalah Allah Subhanahu wa ta’ala, yang menciptakan jantung (hati) kita adalah Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka jika Allah-lah yang menciptakan itu semua, maka Allah Subhanahu wa ta’ala tentu tahu gerak-gerik itu semua. Tentang mata, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Quran,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An-Nur: 30)
Al-Khabir dan Al-‘Alim asalnya artinya sama saja, namun para ulama menyebutkan bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala menggunakan kata خَبِيرٌ ketika berbicara tentang pandangan karena masalah pandangan adalah perkara yang tidak ada yang tahu kecuali diri kita sendiri dan Allah Subhanahu wa ta’ala saja. Misalnya kita sedang mengobrol dengan seseorang, kemudian mata kita melirik wanita yang lewat, teman kita mungkin tidak tahu dengan apa yang kita lakukan, tapi Allah Subhanahu wa ta’ala tahu bahwa kita telah melirik wanita. Atau mungkin dalam suatu kesempatan kita sedang berkumpul dengan istri dan anak kita, lalu misalnya kita membuka sesuatu yang haram pada gawai kita, mungkin istri dan anak kita tidak tahu dengan apa yang kita lakukan di gawai kita, akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala tahu kita sedang melihat apa pada gawai tersebut. Oleh karenanya hendaknya orang-orang yang beriman berhati-hati, karena semua yang dilihat oleh mata diketahui oleh Allah Subhanahu wa ta’ala secara detail, karena Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah menciptakan mata. Bahkan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ
“Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata?” (QS. Al-Balad: 8)
Demikian pula dengan lisan kita, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman pada ayat berikutnya,
وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ
“Dan (Bukankah Kami telah menjadikan untuknya) lidah dan sepasang bibir?” (QS. Al-Balad: 9)
Maka apa yang lisan kita katakan itu diketahui oleh Allah Subhanahu wa ta’ala secara detail, apalagi Allah memberi tugas kepada malaikat untuk mencatat perkataan manusia. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18)
Demikian pula gerak-gerik hati seseorang, Allah Subhanahu wa ta’ala mengetahui secara detail. Allah Subhanahu wa ta’ala apakah seseorang itu ikhlas atau riya, apakah seseorang itu sombong atau tawadhu, Allah Subhanahu wa ta’ala tahu itu semua meskipun kita sembunyikan dalam relung hati yang paling dalam. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang tersembunyi dalam dada.” (QS. Ghafir: 19)
Bahkan dalam banyak ayat Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan,
وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
“Dan Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS. Ali-‘Imran: 154)
Jika seseorang mengatakan bahwa dirinya ikhlas akan tetapi ternyata riya’, Allah Subhanahu wa ta’ala tahu akan hal tersebut. Jika seseorang mengatakan sesuatu dengan lisannya namun dia menyembunyikan sesuatu dalam dirinya, Allah Subhanahu wa ta’ala juga tahu akan hal tersebut. Kenapa Allah Subhanahu wa ta’ala tahu segalanya? Karena Allah Subhanahu wa ta’ala adalah Al-Khabir, Maha Mengetahui yang detail. Oleh karenanya seseorang hendaknya waspada apabila dia hendak bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena Allah Subhanahu wa ta’ala adalah Al-Khabir.
Faedah
Ada beberapa faedah yang bisa kita dapatkan dari beriman kepada nama Allah Al-Khabir, di antaranya:
- Kita akan lebih mudah ikhlas dalam beribadah dan tidak khawatir akan berkurangnya pahala
Dengan kita tahu bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Melihat, maka kita akan lebih ikhlas dalam beramal, karena kita tahu bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala itu Al-Khabir, niat baik kita diketahui oleh-Nya meskipun tidak ada satu pun orang yang mengakuinya, kita tidak akan merasa khawatir. Meskipun kita tidak mengungkapkan niat kita dalam sebuah status di media sosial, meskipun kita tidak ungkapkan dalam sebuah forum, tapi Allah Subhanahu wa ta’ala tahu isi hati kita, maka ini menjadikan kita bisa lebih ikhlas karena kita tidak butuh pengakuan dari orang lain.
- Kita akan lebih waspada untuk tidak bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
Beriman bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala itu Al-Khabir, maka akan menjadikan kita semakin waspada untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena yakin bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala mengetahui dosa-dosa kita secara detail. Bukankah Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman,
وَكَفَى بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
“Dan cukuplah Tuhanmu Yang Maha Mengetahui, Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Isra’: 17)
Kemudian juga dalam surah Luqman, Luqman menasihati anaknya dengan berkata,
يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“(Lukman berkata) Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Teliti.” (QS. Luqman: 16)
Kemudian juga Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan dalam firman-Nya yang lain,
إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ
“Sungguh, Tuhan mereka pada hari itu Maha Teliti terhadap keadaan mereka.” (QS. Al-‘Adiyat: 11)
Yaitu Allah Subhanahu wa ta’ala tahu keadaan manusia pada hari kiamat secara detail untuk membalas secara detail. Para ulama menjelaskan bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala sebenarnya tahu keadaan hamba-Nya dunia dan akhirat, akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala menjelaskan secara khusus bahwasanya Dia mengetahui secara detail pada hari kiamat karena Allah Subhanahu wa ta’ala juga membalas secara detail baik kebaikan dan kemaksiatan.
- Mengetahui bahwasanya Allah Al-Khabir akan menjadikan kita tenang dan husnuzan kepada-Nya atas segala keputusan-Nya
Allah Subhanahu wa ta’ala ketika menetapkan sesuatu bukan untuk sekadar main-main, akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala adalah pakar, Dia tahu tentang apa yang Dia takdirkan. Allah Subhanahu wa ta’ala tidak seperti para pakar yang kita ketahui, yang mereka butuh beberapa kali praktik percobaan untuk mencapai hasil yang sempurna, tidak. Akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Detail, Dia tahu dengan apa yang Dia lakukan, karena Dia adalah Al-Khabir. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Teliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 27)
Oleh karenanya ketika kita beriman bahwasanya Allah adalah Al-Khabir, maka kita akan husnuzan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Seberapa banyak rezeki yang kita dapatkan akan menjadikan kita tenang, karena kita tahu bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala tahu yang terbaik untuk kita, karena Dia adalah ahlinya (pakar). Kita juga tidak pernah tahu apakah kalau kita mendapatkan rezeki yang lebih banyak bisa menjadikan kita lebih baik atau malah jadi semakin kacau. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
“Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Isra’: 30)